Friday 9 December 2022

Makalah BATASAN VARIASI FONEM ALOFON DAN AFTERNAL

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuankomunikasi. Oleh karena itu pengajaran Bahasa Indonesia pada hakekatnyamempunyairuanglingkupdantujuanyangmenumbuhkankemampuanmengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik danbenar agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentangfonologi. Sebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian tentang fonologi iniuntuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia. Penyusun merasaperlu untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu penyusun pada khususnyadan pembaca pada umumnya untuk mengetahui tentang batasan dan kajian fonologi,beberapa pengetian mengenai tata bunyi, kajian fonetik, kajian fonemik, gejalafonologi Bahasa Indonesia..

 

B.       Rumusan Masalah

  1. Apa pengertian mengenai tata bunyi fonem?
  2. Apa pengertian mengenai tata bunyi fonem alofon?

 

C.      Tujuan Masalah

  1. Untuk mengetahui dan memahami tentang tata bunyi fonem.
  2. Untuk mengetahui dan memahami tentang tata bunyi Alofon

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Variasi Fonem

1.      Pengertian Variasi Fonem

a.         Pengertian Fonem

Fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip satu sama lain dalam sebuah penggunaan bahasa yang sama. Dalam ilmu bahasa, fonem itu ditulis diantara dua garis miring:/…/. Jadi dalam bahasa Indonesia /p/ dan /b/ merupakan dua fonem yang kedua bunyi ini membedakan arti.

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.fonem dapat juga dibatasi sebagai unit bunyi yang bersifat distingtif atau unit bunyi yang signifikan. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf.

b.         Pengertian Variasi Fonem

Variasi fonem vokal ialah pengungkapan sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis berupa bunyi ujaran yang tidak mendapatkan rintangan saat dikeluarkan dari paru-paru.

Variasi fonem terjadi karena posisi atau letak suatu fonem dalam suatu kata atau suku kata yang merupakan lingkungannya. Variasi fonem disebut juga variasi alofonis, yaitu alofon atau realisasi fonem dalam suatu lingkungan. Variasi bebas adalah variasi fonem, yang tidak mengubah makna pada suatu lingkungan tertentu. Variasi bebas dapat terjadi karena ketidaksengajaan atau karena dialek.

2.   Macam-macam Fonem

Fonem terbagi kedalam 4 golongan, yaitu:

a.      Vokal

Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh suara tanpa hambatan. Vokal merupakan bunyi yang sonoritasnya (kenyaringan) tinggi. Vokal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki beberapa pengertian, dalam hal ini yang dimaksud dengan vokal adalah

1)      Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh arus udara dari paru-paru melalui pita suara dan penyempitan pada saluran suara di atas glottis

2)      Satuan fonologis yang diwujudkan dalam lafal tanpa pergeseran, seperti [a], [i], [u], [e], [o]

Vokal dibagi menjadi dua, yaitu vokal tunggal  (monoftong) yang meliputi a, i, u, e, o dan vokal rangkap (diftong), yang meliputi ai, au, oi. Vokal dapat dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, striktur (stricture), dan bentuk bibir.

1)      Berdasarkan tinggi rendahnya lidah

a)      Vokal tinggi : [i, u]

b)      Vokal madya : [e, ǝ, ԑ, o, ɔ]

c)      Vokal rendah : [a, ɑ]

2)      Berdasarkan bagian lidah yang bergerak

a)      Vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naiknya lidah bagian depan, misalnya: [i, e, ԑ, a]

b)      Vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah bagian tengah, misalnya: [ǝ]

c)      Vokal belakang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naiknya lidah bagian belakang (pangkal lidah), misalnya: [u, o, ɔ, ɑ]

3)      Berdasarkan striktur (stricture)

Striktur merupakan hubungan posisi antara artikulator aktif yaitu lidah dan artikulator pasif yaitu langit-langit. Dengan demikian, striktur vokal ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit.

Berdasarkan strikturnya, vokal dibedakan menjadi vokal tertutup, vokal semi-tertutup, vokal semi-terbuka, dan vokal terbuka.

1)      Vokal tertutup

a)      Close vowels atau vokal tertutup adalah vokal yang dibentuk dengan posisi lidah yang diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit. Yang termasuk vokal tertutup adalah fonem [i] dan [u]

b)      Vokal semi-tertutup

Half-close atau vokal semi-tertutup adalah vokal yang dibentuk dengan posisi lidah yang diangkat sepertiga di bawah tertutup atau dua pertiga di atas vokal yang paling rendah. Yang termasuk vokal semi-tertutup adalah fonem [e] dan [o].

2)      Vokal semi-terbuka

Half-open atau vokal semi-terbuka adalah vokal yang dibentuk dengan posisi lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah atau dua pertiga di bawah vokal tertutup. Yang termasuk vokal semi-terbuka adalah fonem [ԑ] dan [ɔ]

3)      Vokal terbuka

Open vowels atau vokal terbuka adalah vokal yang dibentuk dengan posisi lidah serendah mungkin, kira-kira pada garis yang menghubungkan antara vokal [a] dan [ɑ]. Dengan demikian kedua fonem tersebut merupakan vokal terbuka.

4)      Berdasarkan bentuk bibir

Vokal bulat : yaitu diucapan dengan bentuk bibir bulat. Terbuka bulat contohnya [ɔ], tertutup bulat contohnya [u]

Vokal netral: yaitu diucapkan dengan bentuk bibir dalam posisi netral. Misalnya vokal [ɑ].

Vokal tak bulat: yaitu yang diucapkan dengan bentuk bibir terbentang lebar. Misalnya vokal: [i, e, ǝ, ԑ, a]

 

 

 

 

b.      Diftong

Diftong menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong dalam satu suku kata (seperti ai dalam kata rantai, au dalam kata imbau). Diftong terbagi menjadi diftong naik (rising dipthtongs), diftong turun (falling diphtongs) dan diftong memusat (centring diphtongs).

1)      Diftong naik (rising diphtongs)

Diftong naik (rising dipthtongs) adalah vokal yang diucapkan dengan posisi lidahvokal kedua lebih tinggi daripada yang pertama. Diftong ini juga disebut diftong menutup (closing diphtongs). Bahasa Indonesia memiliki tiga jenis diftong naik, yaitu:

a)      Diftong naik-menutup-maju [aI], misalnya pakai, tupai.

b)      Diftong naik-menutup-maju [oi], misalnya amboi, sepoi-sepoi.

c)      Diftong naik-menutup-mundur [aU], misalnya kacau, saudara.

Dalam bahasa Indonesia, hanya terdapat jenis diftong naik saja, sedangkan jenis diftong yang lain tidak ada.

2)      Diftong turun (falling diphtongs)

Diftong turun (falling diphtongs) adalah kebalikan dari diftong naik, yaitu ketika posisi lidah vokal kedua lebih rendah dari vokal pertama. Contoh diftong turun pada bahasa Inggris, diftong [iǝ] pada kata ear.

3)      Diftong memusat

Diftong memusat adalah vokal yang diucapkan dengan menggerakkan lidah ke vokal tengah sentral. Diftong memusat terdiri dari diftong naik-menutup-memusat [ɔǝ] misalnya more [mǝɔ] dan diftong naik-menutup-memusat [ɛә], misalnya dalam: there [ðɛә].

 

 

c.       Konsonan

Konsonan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):

    Bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada salah satu tempat di saluran suara di atas glotis

    Bunyi bahasa yang dapat berada pada tepi suku kata dan tidak sebagai inti suku kata

1.      Konsonan Hambat Letup

Konsonan hambat letup adalah konsonan arus udara dihambat secara penuh dan dilepaskan secara tiba-tiba. Berdasarjan tempat hambatan atau artikulasinya, konsonan hambat letup dapat dibedakan menjadi:

a.       Konsonan hambat letup bilabial : [p, b]

b.      Konsonan hambat letup apiko dental : [t, d]

c.       Konsonan hambat letup apiko alveolar : [t, d]

d.      Konsonam hambat letup apiko-palatal : [t, d]

e.       Konsonan hambat letup medio palatal : [c, j]

f.       Konsonan hambat letup dorso velar : [k, g]

g.      Konsonan hamzah (glottal plosive, glottal stop) : (?)

h.      Konsonan geser atau frikatif: [f, v, s, z, x]

2.      Konsonan Nasal

Nasal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mengeluarkan udara melalui hidung.

Dengan demikian, konsonan nasal dapat diartikan sebagai konsonan yang dibentuk dengan menutup jalan udara secara rapat dari paru-paru melalui rongga mulut, anak tekak dan langit-langit lunak diturunkan sehingga udara akan dikeluarkan melalui rongga hidung. Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan nasal dapat dibedakan menjadi:

    Nasal bilabial : [m]

a.       Nasal apiko-alveolar : [n]

b.      Nasal medio-palatal : [ñ]

c.       Nasal dorso-velar : [ŋ]

d.      Konsonan sampingan/lateral : [l]

3.      Konsonan Paduan

Konsonan paduan adalah konsonan yang terbentuk dengan menghambat arus udara dari paru-paru secara penuh dan kemudian dilepaskan pelan-pelan.

Ujung lidah dan gusi merupakan tempat artikulasi konsonan ini. Konsonan yang dihasilkan adalah paduan apiko-prepalatal seperti dalam kata bahasa Inggris riches.

4.      Konsonan Sampingan (laterals)

Konsonan sampingan merupakan konsonan yang dibentuk dengan menghambat rapat arus udara dari tengah rongga mulut sehingga udara keluar dari samping. Konsonan yang dihasilkan disebut sampingan apiko alveolar: [l]

5.      Konsonan Frikatif atau Geseran

Konsonan geseran merupakan konsonan yang dihasilkan dengan menyempitkan arus udara dari paru-paru. Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan ini dibagi menjadi:

a.       Konsonan geseran labio dental: [f,v]

b.      Konsonan geseran apiko-dental: [Ө, ð]

c.       Konsonan geseran apiko-palatal: [r]

d.      Konsonan geseran lamino-alveolar: [s,z]

e.       Konsonan geseran dorso-velar: [x] pada [khilaf]

f.       Konsonan geseran laringal: [h]

6.      Konsona Getar/trill

Konsonan getar merupakan konsonan yang dibentuk dengan menghambat udara dari paru-paru dengan cepat dan berulang-ulang. Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan getar terbagi menjadi:

    Konsonan getar apiko-alveolar: [r]

    Konsonan getar uvular: [R] dalam bahasa Prancis

7.      Konsonan Sentuhan

Konsonan sentuhan merupakan konsonan yang dibentuk dengan menghambat udara dari paru-paru satu kali.

Konsonan sentuhan hampir sama dengan dengan konsonan getar, bedanya konsonan sentuhan hanya satu kali. Dalam bahasa Indonesia tidak ada konsonan sentuhan.

8.      Konsonan Sentuhan Kuat

Konsonan sentuhan kuat sama seperti konsonan sentuhan, hanya saja konsonan sentuhan diserta ancang-angcang sehingga sentuhan antara artikulator pasif dengan aktif lebih kuat. Dalam bahasa Indonesia tidak ada konsonan sentuhan kuat.

9.      Semi-vokal

Semi vokal merupakan konsonan yang ketika diartikulasikan belum membentuk konsonan murni. Berdasarkan termpat artikulasinya, semi-vokal dibagi menjadi:

    Semi-vokal bilabial dan labio dental: [w]

    semi-vokal medio-palatal: [y]

d.      Kluster

Kluster adalah gugusan konsonan dalam batas silibel. Kluster merupakan dua konsonan yang dibaca satu bunyi. Contohnya: drama, struktur.

B.  Alofon

1.      Pengertian Alofon

Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata. Alofon adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem. Pendistribusian alofon terbagi menjadi duayakni bersifat komplementer dan bersifat babas. Yang disebut bersifat komplementer adalah distri busi saling melengkapi distribusi yang tidak dapat dipisahkan meskipun dipisahkan juga tidak akan menimbulkan perubahan makna.Yang dimaksud bersifat pendistribusian bebas adalah alofon-alofon itu dapat digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Kalau diperhatkan bahwa alofon merupakan realisasi dari fonem maka dapat dikatakan bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanyalah abstraksi dari alofon atau alofon-alofon lain. Dengan kata lain yang nyata dalam bahasa adalah alofon.

 

2.      Factor yang mempengaruhi terjadinya alofon

Variasi Fonem terjadi karena factor sebagai berikut:

a.       Variasi fonem terjadi karena posisi atau letak suatu fonem dalam suatu kata atau suku kata yang merupakan lingkungannya.

b.      Variasi fonem disebut juga variasi alofonis, yaitu alofon atau realisasi fonem dalam suatu lingkungan.

c.       Variasi bebas adalah variasi fonem, yang tidak mengubah makna pada suatu lingkungan tertentu.

d.      Variasi bebas dapat terjadi karena ketidaksengajaan.

 

3.      Macam-macam Alofon

a.       Alofon vocal

1)      Alofon fonem /a/, yaitu

a)      [a] jika terdapat pada semua posisi suku kata.

b)      [aku]à/aku, [sabtu]à/sabtu/

2)      Alofon fonem /i/, yaitu

a)      [i] jika terdapat pada suku kata terbuka. Misalnya, [bibi]à /bibi/

b)      [I] jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [karIb]à /karib/

c)      [Iy] palatalisasi jika diikuti oleh vokal [aou].à [kiyos]à /kios/

d)     [ϊ] nasalisasi jika diikuti oleh nasal. [ϊndah]à /indah/

3)      Alofon fonem /u/, yaitu

a)      [u] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka.

b)      [aku]à/aku/, [buka]à/buka/

c)      [U] jika terdapat pada suku kata tertutup.

d)     [ampUn]à/ampun/, [kumpul]à/kumpul/

e)      [uw] labialisasi jika diikuti oleh[I,e,a], [buwih]à/buih/, [kuwe]à/kue/

4)      Alofon fonem /ε/, yaitu

a)      [e] jika terdapat pada suku kata terbuka dan tidak diikuti oleh suku kata yang

b)      mengandung alofon [ε]. Misalnya, [sore]à /sore/

c)      [ε] jika terdapat pada tempat-tempat lain. Misalnya, [pεsta]à/pesta/

d)     [¶] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka. [p¶ta]à/peta/

e)      [¶] jika terdapat pada posisi suku kata tertutup. [sent¶r]à/senter/

5)      Alofon fonem /o/, yaitu

a)      [o] jika terdapat pada suku kata akhir terbuka. [soto]à/soto/

b)      [É] jika terdapat pada posisi lain. [jeblÉs]à/jeblos/

b.      Alofon konsonan

• Fonem /c/

[c] bunyi lepas jika diikuti vocal.

[cari]à/cari/, [cacing]à/cacing/

• Fonem /f/

[j] jika terdapat pada posisi sebelum dan sesudah vocal.

[fakir]à/fakir/, [fitri]à/fitri/

• Fonem /g/

[g] bunyi lepas jika diikuti glottal.

[gagah]à/gagah/, [gula]à/gula/

[k>] bunyi hambat-velar-tak bersuara dan lepas jika terdapat di akhir kata.

[beduk>]à/bedug/,[gudek>]à/gudeg/

• Fonem /h/

[h] bunyi tak bersuara jika terdapat di awal dan akhir suku kata.

[hasil]à/hasil, [hujan]à/hujan/

[H] jika berada di tengah kata

[taHu]à/tahu/, [laHan]à/lahan/

• Fonem /j/

[j] bunyi lepas jika diikuti vocal.

[juga]à/juga/, [jadi]à/jadi/

• Fonem /k/

[k] bunyi lepas jika terdapat pada awal suku kata.

[kala]à/kala/, [kelam]à/kelam/

[k>] bunyi tak lepas jika tedapat pada tengah kata dan diikuti konsonan lain.

[pak>sa]à/paksa/, [sik>sa]à/siksa/

[?] bunyi hambat glottal jika terdapat pada akhir kata.

[tida?]à/tidak/, [ana?]à/anak/

• Fonem /l/

[l] berada di awal dan akhir suku kata.

[lama]à/lama/, [palsu]à/palsu/

• Fonem /m/

[m] berada di awal dan akhir suku kata

[masuk]à/masuk/, [makan]à/makan/

• Fonem /n/

[n] berada di awal dan akhir suku kata.

[nakal]à/nakal/, [nasib]à/nasib/

[ň] berada di awal suku kata

[baňak]à/banyak/, [buňi]à/bunyi/

• Fonem /Ƞ/

[Ƞ] berada di awal dan akhir suku kata.

[Ƞarai]à/ngarai/, [paȠkal]à/pangkal/

• Fonem /p/

[p] bunyi konsonan hambat-bilabial-tak bersuara

[piker]à/piker/, [hapal]à/h

• Fonem /p/

[p] bunyi lepas jika diikuti vokal.

[pipi]à/pipi/, [sapi]à/sapi/

[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.

[atap>]à/atap/, [balap>]à/balap/

[b] bunyi lepas jika diikuti oleh vocal.

[babi]à/babi/, [babu]à/babu/

[p>] bunyi taklepas jika terdapat pada suku kata tertutup, namun berubah lagi menjadi [b] jika diikuti lagi vokal.

[adap>]à/adab/, [jawap>]à/jawab/

apal/

• Fonem /r/

[r] berada di awal dan akhir suku kata, kadang-kadang bervariasi dengan bunyi getar uvular [R].

[raja] atau [Raja]à/raja/, [karya] atau [kaRya]à/karya/

• Fonem /š/

[š] umumnya terdapat di awal dan akhir kata

[šarat]à/syarat/, [araš]à/arasy/

• Fonem /t/

[t] bunyi lepas jika diikutu oleh vokal.

[tanam]à/tanam/, [tusuk]à/tusuk/

[t>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.

[lompat>]à/lompat/,[sakit>]à/sakit/

[d] bunyi lepas jika diikuti vocal.

[duta]à/duta/, [dadu]à/dadu/

[t>] bunyi hambat-dental-tak bersuara dan tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup atau pada akhir kata.

[abat>]à/abad/,[murtat>]à/murtad/

• Fonem /w/

[w] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada akhir suku kata.

[waktu]à/waktu/, [wujud]à/wujud/

• Fonem /x/

[x] berada di awal dan akhir suku kata.

[xas]à/khas/, [xusus]à/khusus/

• Fonem /y/

[y] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada akhir suku kata.

[santay]à/santai/, [ramai]à/ramai/

• Fonem /z/

[z] [zat]à/zat/, [izin]-à/izin/

 


BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.fonem dapat juga dibatasi sebagai unit bunyi yang bersifat distingtif atau unit bunyi yang signifikan. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf.

Variasi fonem vokal ialah pengungkapan sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis berupa bunyi ujaran yang tidak mendapatkan rintangan saat dikeluarkan dari paru-paru.

Macam-macam Fonem

1.      Vokal

2.      Diftong

3.      Konsonan

4.      Kluster

Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata


DAFTAR PUSTAKA

 

Alwasilah, A, Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung : Angkasa.

Chaer, Abdul. (2012). Linguistik umum (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2002. Psikolinguistik. Jakarta : RINEKA CIPTA.

Clark, John E., Yallop, Colin. (1995). An introduction to phonetics and phonology (second edition). Oxford: Blackwell Publisher.

Husen, Akhlan, dkk. 1996. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP SetaraD-III Tahun 1996/1997.

Keraf, Gorys. (2004). Komposisi: sebuah pengantar kemahiran bahasa. Flores: Nusa Indah.

Muslich, Masnur. (2018). Fonologi bahasa Indonesia: tinjauan deskriptif sistem bunyi bahasa indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Resmini, Novi, dkk. 2006. Kebahasaan 1 (Fonologi, Morfologi, dan      Semantik). Bandung : UPI PRESS.

Triadi, R.B., Emha, R.J. (2021). Fonologi bahasa Indonesia. Tangerang: Unpam Press.

No comments:

Post a Comment