Tuesday 12 March 2019

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN RUPTUR PERINEUM TINGKAT II


Laporan Individu

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
DENGAN RUPTUR PERINEUM TINGKAT II
DI BPS SITI FARIDA DESA GANI
ACEH BESAR


DI

S

U

S

U

N

Oleh :

AYU NASRI FITRIANA
06053
















AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH
BANDA ACEH
2009


LEMBARAN PENGESAHAN



            Laporan ini dibuat berdasarkan data yang didapat di BPS Siti Farida dari tanggal 22 Februari s/d 18 April 2009 dengan judul “Laporan Praktek Klinik Ibu Hamil Dengan Letak Sunsang di BPS Siti Farida Desa Gani Aceh Besar.




Telah disahkan oleh :


Mengetahui Preceptor                                                          Mengetahui Pembimbing


(Siti Farida, A.Md.Keb)                                                       (Sirajul Muna A.Md.Keb)


KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim
            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Manajemen Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ruptur Perineum tingkat II di BPS Siti Farida Desa Gani Aceh Besar”.
            Shalawat beriring salam juga tidak lupa penulis sanjungkan kepada junjunganalam Nabi Besar Muhammad Saw yang telah bersusah payah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
            Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada preceptor dan dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam pembuatan laporan ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan berikutnya. Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membaca. Amin ya rabbil’alamin.

                                                                                                                                                                        Banda Aceh,              2009
                 

                                                                                                            Penulis


DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN..............................................................       i          
KATA PENGANTAR ...........................................................................       ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................       iii
BAB I  PENDAHULUAN ....................................................................       1
A.    Latar Belakang.......................................................................       1
B.     Tujuan Penulisan ...................................................................       1
1.      Tujuan Umum ...........................................................       1
2.      Tujuan Khusus ..........................................................       1

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...........................................................       3
A.    Konsep Dasar Ruptur Perineum ...........................................       3
1.      Pengertian .................................................................       3
2.      Etiologi .....................................................................       3
3.      Klasifikasi .................................................................       3
4.      Patofisiologi ..............................................................       4
5.      Diagnosis ..................................................................       4
6.      Pencegahan ...............................................................       4
7.      Penanganan ...............................................................       4

BAB III TINJAUAN KASUS ..............................................................       8
BAB IV PENUTUP ...............................................................................       13
A.    Kesimpulan ...........................................................................       13
B.     Saran .....................................................................................       13
           
DAFTA R PUSTAKA ............................................................................       14

BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Di negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal merupakan masalah besar, namun sejumlah kematian yang cukup besar tidak dilaporkan dan tidak tercatat dalam statistic resmi. Di negara-negara maju angka kematian maternal berkisar antara 5 – 10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara sedang berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat kematian maternal di Indonesia di perkirakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran hidup (Winkjosastro, 2005).
            Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara bekembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah. (Depkes, 2005).
            Ruptur Perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan yang disebabkan oleh pertolongan persalinan yang salah, janin besar, letak sungsang, perineum yang kaku dan sempit, partus presipitatus serta presentasi dahi dan muka (Mochtar, 1998).

B. Tujuan Penulisan
   1. Tujuan Umum
            Mampu menerapkan manajemen kebidananpada ibu bersalin dengan rupture perineum tingkat II di BPS Jauniwati Aceh Besar.
   2. Tujuan Khusus
a.       Dapat melakukan pengumpulan data subjektif pada ibu bersalin dengan ruptur perineum tingkat II di BPS Jauniwati Indrapuri Aceh Besar.
b.      Dapat melakukan pengumpulan data objektif pada ibu bersalin dengan ruptur perineum tingkat II di BPS Jauniwati Indrapuri Aceh Besar.
c.       Dapat membuat assessment yang dibuat berdasarkan data subjektif dan objektif pada ibu bersalin dengan ruptur perineum tingkat II di BPS Jauniwati Indrapuri Aceh Besar.
d.      Dapat melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada ibu bersalin dengan ruptur perineum tingkat II di BPS Jauniwati Indrapuri Aceh Besar.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar Ruptur Perineum
1.   Pengertian
      Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Winkjosastro, 2005).

2.   Etiologi
      Yang dapat menyebabkan terjadinya ruptur perineum antara lain : partus presipitatus, kepala janin besar dan janin besar, pada pressentasi defleksi (dahi, muka), primigravida (para), letak sungsang dan after coming head, pimpinan persalinan yang salah, pada obstetric operatif pervaginam (ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, serta embriotomi) (Mochtar, 1998).

3.   Klasifikasi
      Ruptur  perineum diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan, dapat dibagi menjadi 4 yaitu :
1)      Derajat Satu
Robekan mengenai mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit perineum
2)      Derajat Dua
Robekan mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum.
3)      Derajat Tiga
Robekan mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfingter ani.
4)      Derajat Empat
Robekan mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani dan dinding depan rektum (Depkes RI, 2007).

4.  Patofisiologi
      Robekan perineum umumnya terjadinya di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal (Winkjosastro, 2005).

5.   Diagnosis
      Diagnosis ruptur perineum ditujukan dengan pemeriksaan langsung pada tempat terjadinya perlukaan akan timbul perdarahan yang bersifat merembes (Winkjosastro, 2005).

6.   Pencegahan
      Robekan perineum dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama. Oleh karena itu keterampilan melahirkan kepala janin sangat menentukan untuk mencegah terjadinya ruptur perineum (Winkjosastro, 2005).

7.   Penanganan
      a. Persiapan penjahitan
      1.   Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan :
-          Wadah DTT berisi : sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit kromik atau catgut no. 2-0 atau 3-0, kasa steril, pinset.
-          Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT.
-          Patahkan simpul lidokain, perkirakan jumlah lidokalin yang akan digunakan (sesuai dengan luas/dalamnya robekan perineum).
      2.   Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi ditepi tempat tidur.
      3.   Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
      4.   Atur lampu sorot ke arah vulva/perineum ibu
      5.   pastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
      6.   Pakai sarung tangan DTT pada tangan kanan.
      7.   Ambil spuit sekali pakai 10 ml dengan tangan yang bersarung tangan. Isi tabung suntik dengan lidokain 1 % dan letakkan kembali wadah DTT.
      8.   lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan
      9.   Gunakan kasa bersih atau DTT untuk menyeka vulva, vagina dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka.
      b. Anestesi Lokal
      1.   Beritahu ibu akan disuntik yang akan terasa nyeri dan menyengat
      2.   Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum, masukkan jarum suntik secara subkutan sepanjang luka tepi luka
      3.   Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan. Ulangi melakukan aspirasi.
      4.   Suntikkan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum.
      5.   Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi dan suntikkan anestesi sambil menarik jarum suntik. Bila robekan luas dan dalam, anestesi daerah bagian dalam robekan, alur suntikan anestesi akan berbentuk seperti kipas : tepi perineum, dalam luka, mukosa vagina.
      6.   Lakukan langkah no. 2 – 5 diatas pada kedua tepi robekan
      7.   Tunggu 1 – 2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil optimal dari anestesi lokal (Saifuddin, 2001).

      c.  Penjahitan Laserasi pada Perineum
      1.   Cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika sudah terkontaminasi, atau jika tertusuk jarum maupun peralatan tajam lainnya.
      2.   Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan penjahitan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.
      3.   Setelah memberikan anestesi local dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah dianestesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas menentukan batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan bagaimana cara menjahitnya menjadi satu dengan mudah..
      4.   Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di bagian dalam vagina, setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang yang lebih pendek dari ikatan.
      5.   Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah kearah cincin hymen
      6.   Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum kedalam mukosa vagina lalu kebawah cincin himen sampai jarum ada dibawah laserasi. Periksa bagian antara jarum diperineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum kepuncak luka.
      7.   Teruskan kearah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas kedalam otot, mungkin perlu untuk melakukan satu atau dua lapisan jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan dan mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.
      8.   Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum keatas dan teruskan penjahitan menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkuticuler. Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa lubang bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka.
      9.   Tusukkan jarum dari robekan perineum kedalam vagina. Jarum harus keluar dari belakang cincin himen.
      10  Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan sekitar 1,5 cm. jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar dan laserasi akan membuka.
      11  Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal di dalam.
      12  Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakah ada jahitan pada rektum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rektum enam minggu pasca persalinan. Jika penyembuhan belum sempurna (misalkan jika ada fistula rektovaginal atau ibu melaporkan inkontinensia alvi), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
      13  Cuci daerah genital dengan lembut dengan air DTT, kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman
      14  Nasehati ibu untuk :
a.       Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering
b.      Hindari penggunaan obat-obat tradisional pada perineumnya
c.       Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali perhari
d.      Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri (Depkes RI, 2007).














BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN RUPTUR PERINEUM TINGKAT II

Tanggal           : 03/03/2009
Pukul               : 21.00 wib

S : Ibu Nurmi umur 35 tahun, G : 1  P:  0  A : O datang ke BPS SITI FARIDA dengan alasan ingin melahirkan. Ibu mengatakan perutnya mules dan terasa sakit pada pinggang.

O : TD : 110/70 mmHg                                  Leopold I        : 28 cm
      N   : 80 x/m                                              Leopold II       : punggung kanan
      RR : 24 x/m                                              Leopold III     : kepala
      T     : 36,50C                                              Leopold IV     : Sudah masuk PAP (PintuAtas Panggul)
      BB : 62 kg
      Pembukaan serviks            : 4 cm
      Penurunan kepala              : 2/5
      DJJ                                    : 140 x/m
      TBBJ                                 : 2635 gram
      Ketuban                            : utuh

A : Ibu inpartu kala I fase aktif, G : I  P : O A : O dengan usia kehamilan 40 minggu. Keadaan umum ibu dan janin baik. Kemajuan persalinan normal.

P : 1     Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan; TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/m, RR : 24 x/m, T : 36,50C, DJJ : 140 x/m
      2.   Memberikan konseling :
-          Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar mempunyai energi pada saat melahirkan.
-          Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan untuk mempercepat penurunan kepala
      3.   Mengkaji ulang persiapan persalinan
      4.   Memantau kondisi ibu dan janin :
-          Memantau DJJ, kontraksi, dan nadi setiap 30 menit
-          Memantau TD, suhu dan melakukan periksa dalam setiap 4 jam

1.      Mencatat temuan ke dalam partograf

KALA I
Pukul : 21.30 WIB
S  : Ibu merasa keluar cairan dari alat genitalianya, kontraksinya lebih kuat dan sering. Ibu merasa sakit pada pinggang menjalar ke symphisis.
O :  Penurunan kepala  : 2/5
       Pembukaan seviks : 4 cm
       DJJ                         : 142 x/m
      Kontraksi                : 3 x dalam 10 menit selama 30 detik
      Nadi                        : 82 x/m
A : Ibu inpartu kala I fase aktif, G : P : A : O, hamil aterm, keadaan umum ibu dan janin baik, kemajuan persalinan baik.

P : 1) Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan DJJ : 142 x/m, nadi : 82 x/m, kontraksi baik
       2)  Mengajarkan ibu teknik mengurangi rasa nyeri disaat his dengan menganjurkan ibu memilih posisi yang nyaman
       3) Memberikan dukungan dan motivasi kepada ibu
       4)  Menganjurkan ibu untuk minum diantara kontraksi
       5)  Memantau kondisi ibu dan janin
            - memantau DJJ, kontraksi dan nadi setiap 30 menit
            - memantau TD, suhu dan melakukan periksa dalam setiap 4 jam
      6)   Bersiap-siap menolong persalinan.

KALA II
Pukul 00:00 wib
S :  Ibu merasa sangat sakit dibagian perut dan punggung. Dorongan untuk meneran semakin kuat dan sering.
O : Pembukaan serviks            : 10 cm (lengkap)
      Penurunan kepala              : 0/5
      DJJ                                    : 149 x/m
      Kontraksi                          : 5 x dalam 10 menit selama 45 detik
      Nadi                                  : 86 x/m
      Kepala bayi terlihat di vulva
A : Ibu inpartu kala II, keadaan umum ibu dan janin baik, kemajuan persalinan baik
P :  1.   Mengantisipasi persalinan spontan
      2.   Memimpin persalinan dan mengajarkan ibu cara meneran yang benar.
      3.   Menganjurkan ibu merubah posisi senyaman mungkin untuk mengurangi rasa nyeri.
      4.   Menganjurkan ibu untuk minum dan mengambil napas diantara kontraksi.
      5.   Meminta keluarga untuk mendukung dan mendampingi ibu.
      6.   Kepala bayi terlihat di vulva, melakukan perlindungan perineum untuk mencegah ruptur perineum
      7.   Kelahiran : VVK – dahi – hidung – dagu – memeriksa lilitan tali pusat – melahirkan bahu depan dan belakang – sangga – susur – melahirkan badan bayi.
      8.   Bayi lahir selamat dengan jenis kelamin perempuan pukul 20.30 Wib, BB = 2500 gram, PB = 47 cm, mengeringkan tubuhnya kecuali tangan, memeriksa kemungkinan adanya bayi kedua, dan suntikkan oksitosin.
      9.   Menjepit dan memotong tali pusat, ikat tali pusat, serta meletakkan bayi diantara payudara ibu (inisiasi menyusui dini).

KALA III
Pukul : 00.15 WIB 
S    :     Ibu merasa lelah, perut terasa mules dan banyak darah keluar
O   :     - tidak ada janin kedua
            - kotraksi baik
            - Adanya semburan darah, tali pusat memanjang dan TFU setinggi pusat
A   :     Ibu inpartu kala III, keadaan umum ibu sedikit lemah
P    :     1. Memberitahukan ibu bahwa ia akan disuntik
            2. Memberikan suntikan oxitosin 10 ui secara intramuskuler
            3. Melakukan PTT dengan cara menegangkan tali pusat sejajar tempat tidur, menunggu tali pusat memanjang, memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva. Tangan kiri diatas symphisis melakukan dorso cranial, plasenta terlihat di vulva, meminta ibu untuk meneran dan melahirkan plasenta, memutar searah jarum jam.
            4. Massage fundus selama 15 detik
            5. Mengecek keutuhan plasenta dan memeriksa laserasi
            6. Plasenta utuh, adanya laserasi tingkat II
            7. Kotraksi uterus baik, perdarahan + 300 cc

KALA IV
Pukul 00:25 Wib
S    :     Ibu merasa lelah dan perut terasa sedikit sakit
O   :     TD       : 115/76 mmHg
            N         : 84 x/m
            RR       : 24 x/m
            T          : 36,70 C
            TFU     : 2 jari di bawah pusat
            Kontraksi uterus baik
            Kandung kemih kosong
            Perdarahan + 300 cc
            Laserasi tingkat II
A   :     Ibu inpartu kala Iv dengan rupture perineum tingkat II
P    :     1. Melakukan penjahiran rupture tingkat II dengan cata jelujur pada daerah luka dengan menggunakan benang kromik dengan langkah-langkah berikut:
a.       menentukan batas-batas luka laserasi denmgan cara menggunakan jari agar jahitan mengenai seluruh permukaan laserasi.
b.      Memberikan anestasi local dengan 1 ampul lidokain 1 %
c.       Membuat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas otot yang laserasi, kemudian lanjutkan jahitan mukosa vagina, otot perineum dan kulit perineum
d.      Diakhiri dengan memotong ujung benang, sisakan + 0,5 cm.
2.      membersihkan ibu dang anti duk agar ibu lebih nyaman
3.      mengkaji ulang keadaan umum ibu dan jumlah perdarahan
4.      mengajarkan ibu untuk massage fundus
5.      memeriksa ulang kontraksi uterus, TD dan kandung kemih setiap :
-          15 menit pada 1 jam pertama
-          30 menit pada 1 jam kedua
6.      Memberikan konseling :
-          Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dan menjaga perineumnya selalu bersih dan kering
-          Menghindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
-          Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas seperti luka laserasi yang terinfeksi, mastitis, demam, lochea berubah warna dan berbau busuk.
-          Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
-          Memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan tanpa makanan pendamping, perawatan tali pusat serta makanan bergizi pada ibu agar ibu sehat dan bayi sehat.
           
            Heacting sudah dilakukan, perineum agak sedikit nyeri. Keadaan umum ibu baik ditandai dengan TD : 115/76 mmHg, N : 84 x/m, RR : 24 x/m, T : 36,70 C, bayi menghisap ASI dengan baik.




BAB IV
PENUTUP


A. Kesimpulan
            Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Ruptur perineum diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan dapat dibagi menjadi 4 yaitu : Derajat satu, derajat dua, derajat tiga dan derajat empat. Penyebabnya, antara lain partus presipitatus, primigravida, pimpinan persalinan yang salah, dan lain-lain. Robekan perineum dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul di lalui oleh kepala janin dengan cepat.

B.  Saran
      -     Diharapkan pada klien dapat memahami tentang terjadinya Ruptur perineum tingkat II dan juga klien harus selalu menjaga personal  hygiene, makan makanan yang bergizi sehingga luka jahitan dapat sembuh dengan baik
      -     Diharapkan pada bidan agar dapat bekerja sama yang baik dengan pasien
      -     Guna meningkatkan mutu pelayanan kebidanan diharapkan anggota profesi kebidanan agar mau mengembangkan diri dengan cara meningkatkan ilmu pengetahuan baik secara formal maupun non formal melalui diskusi, seminar dan mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA


Depkes RI. 2007. Buku acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. EGC Jakarta
Saifuddin, AB. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP-SP.Jakarta
Winkjosastro, H.2005. Ilmu Kebidanan. YBP.-SP. Jakarta

     



           
       


           
  




           

No comments:

Post a Comment