Tuesday 12 March 2019

ASKEP KONSEP IBU DENGAN INFERTILITAS

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai masalah hidupnya (Aprillia, 2010).
Infertilitas disebut juga subfertilitas dan dapat didefinisikan sebagai ketidak mampuan pasangan untuk mengandung secara spontan. Lama waktu pasangan untuk mencoba mendapat kehamilan sangat penting, dan biasanya dianggap sebagai masalah jika mereka belum mendapat kehamilan setelah mereka melakukan hubungan seksual, tanpa pelindung selama satu tahun (Brooker, 2008). Infertilitas primer adalah keadaan di mana seorang istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Prawirohardjo, 1999).
Banyak faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil setelah kehidupan seksual normal yang cukup lama. Banyak pasutri yang memilih bercerai karena salah satu dari mereka tidak dapat memberi keturunan. Ancaman terjadinya perceraian ini mencapai 43% dari masalah dalam sebuah pernikahan yang ada. Mereka beranggapan bahwa peran mereka sebagai orang tua tidak sempurna tanpa kehadiran seorang anak dalam kehidupan perkawinannya. Pada umumnya faktor-faktor organik Universitas Sumatera Utara atau fisiologik yang menjadi sebab. Akan tetapi, sekarang telah menjadi pendapat umum bahwa ketidakseimbangan jiwa dan ketakutan yang berlebihan (emotional stress) dapat pula menurunkan kesuburan wanita (Prawirohardjo, 2005)
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja, seperti dikemukakan bahwa suami sebaiknya diperiksa lebih dahulu dan dinyatakan sehat jasmani dan rohani, karena kehamilan dapat terjadi apabila suami benar-benar sehat dan kemampuan menunaikan tugas dengan baik, suami menyumbang 40% dari angka kejadian infertil, sedangkan sisanya ada pada istri. Pada wanita dikemukakan beberapa sebab infertilitas idiopatik, artinya semua keadaan fisik dan reproduksinya baik tetapi pasangan tersebut belum dapat hamil (Manuaba, 1999). Pendidikan agama yang terlampau kolot, yang menganggap segala yang berhubungan dengan seks itu tabu dan prifasi sehingga tidak layak untuk dibicarakan (Prawirohardjo, 2005).

B.     TUJUAN MASALAH
1.    Mengetahui penyebab dari infertilitas
2.    Mengetahui pencegahan serta pengobatan infertilitas

C.     RUMUSAN MASALAH
1.    Apa pengertian dari infertilitas ?
2.    Apa faktor-faktor penyebab infertilitas ?
3.    Bagaimana cara pencegahan serta pengobatan infertilitas ?

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    PENGERTIAN
     Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai masalah hidupnya (Aprillia, 2010).
     Fertilitas ialah kemampuan seorang isteri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. (Sarwono Prawirohardjo, 2009)
     Disebut infertilitas primer kalau istri belum perna hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepeda kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Disebut infertilitas sekunder kalau istri perna hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Sarwono Prawirohardjo, 2009)

B.     JENIS-JENIS INFERTILITAS
Djuwanto, dkk., (2008) mengemukakan bahwa secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1.      Infertilitas primer
Berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2.      Infertilitas sekunder
Berarti pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk
C.     FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS
Pada wanita
a.     gangguan organ reproduksi
1.    Infeksi  vagina  menyebabkan  meningkatnya  keasaman  vagina  yang  akan membunuh sperma, dan pengkerutan vagina akan menghambat transportasi sperma ke vagina.
2.    Kelainan  pada  serviks  akibat  defesiensi  hormon  esterogen  yang  mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks  yang  menyisakan  jaringan  parut  juga  dapat  menutup  serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim.
3.    Kelainan  pada  uterus,  misalnya  diakibatkan  oleh  malformasi  uterus  yang mengganggu  pertumbuhan  fetus,  mioma  uteri  dan  adhesi  uterus  yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4.    Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.   
b.    Gangguan ovulasi
Gangguan  ovulasi  ini  dapat  terjadi  karena  ketidakseimbangan  hormonal seperti  adanya  hambatan  pada  sekresi hormone  FSH  dan  LH  yang  memiliki pengaruh  besar  terhadap  ovulasi.  Hambatan  ini  dapat  terjadi  karena  adanya tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi  hiotalamus  dan  hipofise.  Bila  terjadi  gangguan  sekresi  kedua hormone  ini,  Maka  folikel  mengalami  hambatan  untuk  matang  dan  berakhir pada gangguan ovulasi.
c.    Kegagalan implantasi
Wanita  dengan  kadar  progesteron  yang  rendah  mengalami  kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
d.   Endometriosis
Wanita  dengan  kadar  progesteron  yang  rendah  mengalami  kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
e.    Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan  reaksi  sebagai  respon  terhadap  benda  asing.  Reaksi  ini  dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
f.     Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan  pestisida  dapat  menyebabkan  toxic  pada  seluruh  bagian  tubuh  termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
Pada laki-laki                                                                                   
a.    Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Sperma  harus  berbentuk  sempurna  serta  dapat  bergerak  cepat  dan  akurat menuju  ke  telur  agar  dapat  terjadi  pembuahan.  Bila  bentuk  dan  struktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.
b.    Konsentrasi sperma rendah
Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila  10  juta/ml  atau  kurang  maka  menujukkan  konsentrasi  yang  rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang  sekali  ada  pria  yang  sama  sekali  tidak  memproduksi  sperma. Kurangnya  konsentrasi  sperma  ini  dapat  disebabkan  oleh  testis  yang kepanasan  (misalnya  karena  selalu  memakai  celana  ketat),  terlalu  sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
c.    Tidak ada semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila  tidak  ada  semen  maka  sperma  tidak  terangkut  (tidak  ada  ejakulasi). Kondisi  ini  biasanya  disebabkan  penyakit  atau  kecelakaan  yang memengaruhi tulang belakang.
d.   Varikosel
Varikosel  adalah  varises  atau  pelebaran  pembuluh  darah  vena  yang berhubungan  dengan  testis.  Sebagaimana  diketahui,  testis  adalah  tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan  darah.  Akibatnya,  fungsi  testis  memproduksi  dan menyalurkan sperma terganggu.
e.    Testis tidak turun
Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau  kedua  buah  pelir  tetap  berada  di  perut  dan  tidak  turun  ke  kantong skrotum.  Karena  suhu  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  suhu  pada  skrotum, produksi sperma mungkin terganggu
f.     Kekurangan hormon testosteron
Kekurangan  hormon  ini  dapat  memengaruhi  kemampuan  testis  dalam memproduksi sperma.
g.    Kelainan genetic
Dalam  kelainan  genetik  yang  disebut  sindroma  Klinefelter,  seorang  pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa  pria  penderitanya  tidak  dapat  mengeluarkan  sperma  dari  testis mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka  tidak  memiliki  vas  deferens,  saluran  yang  menghubungkan  testis dengan saluran ejakulasi.
h.    Infeksi
Infeksi  dapat  memengaruhi  motilitas  sperma  untuk  sementara.  Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir jalannya sperma.
i.      Masalah seksual
Masalah seksual  dapat  menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi ereksi,ejakulasi  prematur,  sakit  saat  berhubungan  (disparunia).  Demikian  juga dengan  penggunaan  minyak  atau  pelumas  tertentu  yang  bersifat  toksik terhadap sperma.
j.      Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis  yang berisi sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang penis.
k.    Pencemaran lingkungan
Paparan  polusi   lingkungan  dapat  mengurangi  jumlah  sperma  dengan  efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs,  dioxin, furan, dll), bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena,  toluena, dan xilena), dan logam berat seperti  timbal, kadmium atau arsenik.

D.    PENCEGAHAN
1.      Hentikan  kebiasaan  merokok,  mengkonsumsi  obat-obatan  terlarang atau  minum-minuman beralkohol.
2.      Mengurangi  mengkonsumsi  minuman  berkafein,  karena  dapat mengganggu kesuburan
3.      Jaga keseimbangan berat badan, jangan terlalu gemuk dan  jangan terlalu kurus.
4.      Jangan stress berlebihan.
5.      Periode bulanan tidak teratur, segerahlah konsultasikan dengan dokter ahli.
6.      Jika merasa ada yang tidak beres dengan tubuh atau bagian vital, langsung periksakan ke dokter

E.     PENGOBATAN INFERTILITAS
1.      Pemeriksaan Pasangan Infertil
Sekitar  1  dari  5  pasangan  akan  hamil  dalam  1  tahun  pertama  pernikahan dengan senggama yang normal dan teratur.
a.       Pemeriksaan Pasangan Infertil
1.      Riwayat penyakit dan pemeriksaan
Pemeriksaan  awal  dari  pasangan  infertil  mencakup  riwayat  penyakit, riwayat  perkawinan  terdahulu  dan  sekarang  pemeriksaan  terhadap  masing-masing pasangan. Sungguh baik jika pertama kali pasangan diperiksa bersama-sama,  karena  dokter  yang  memeriksa  akan  dapat  menilai  interaksi  mereka, untuk pemeriksaan berikutnya lebih baik dinilai sendiri-sendiri.
2.      Analisis Sperma
Analisis  sperma  harus  dilakukan  pada  tahap  awal,  contoh  sperma dikumpulkan  dalam  plastic  atau  dalam  wadah  gelas,  tidak  boleh  pakai  karet kondom,  kemudian  harus  dikirim  ke  laboratorium  dalam  masa  dua  jam  dari ejakulasi.  Tidak  adanya  semen  dalam  didalam  dua  atau  lebih  contoh  semen merupakan indikasi untuk pemeriksaan ulang. Tiadanya  fruktosa  didalam  contoh  semen  menjadi  petunjuk  tiadanya vesikula dan vasa seminalis yang bersifat congenital, ini menjadi patokan bahwa pemeriksaan fungsi testis berikutnya tidak ada gunanya. Apabila frukosa dalam contoh semen ada, maka perlu dilakukan biopsi testis.
3.      Uji Pasca Senggama (UPS)
Apabila  telah  diyakini  bahwa  analisis  spermanya  normal,  maka  UPS bisa  dijadwalkan.  Ini  akan  memperlihatkan  apakah  semen  sudah  terpancar dengan baik ke puncak vagina selama senggama.UPS  dilakukan  sekitar  2-3  hari  sebelum  perkiraan  ovulasi.  Pasien diminta  dating  2-8  jam  setelah  senggama  normal.  Getah  servik  dihisap  dari kanal endoserviks yang pada tahap ini harus banyak dan bening. Pemeriksaan  dilakukan  dengan  mikroskop.  Jika  dijumpai  20  sperma perlapang  pandang,  harapan  untuk  kehamilan  cukup  besar  jika  1-20  sperma aktif per lapang pandang. Uji ini harus dilakukan sekurang-kurangnya pada dua keadaan yang terpisah, hasil negative bias disebabkan oleh teknik senggama.
4.      Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
UPS  dapat  menyingkirkan  sebab  infertilitas  suami,  dan  yang  sangat penting adalah apakah ovarium secara teratur menghasilkan ova. Riwayat  haid  dapat  memberikan  pegangan  terhadap  hal  ini.  Ovulasi lebih  mungkin  terjadi  jika siklus haid  berlangsung teratur dan  dengan jumlah darah haid yang sedang untuk jangka waktu 3-5 hari. Haid yang tak teratur dan sedikit menjadi partanda siklus anovulatorik. Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa illiaka untuk 12-24 jam  pada  saat  ovulasi,  dan  hal  ini  mungkin  bersamaan  atau  tanpa  disertai pendarahan  ringan  atau  dengan  suatu  peningkatan  limbah  vagina.  Matalgia prahaid  menandakan  adanya  suatu  korpus  luteum  yang  aktif,  artinya  ovulasi sebelumnya telah terjadi dalam siklus itu.
5.      Uji Pakis
Di bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang dikeringkan pada obyek glass akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis yang cukup khas. Ini terjadi antara hari ke-6 sampai hari ke-22 dari siklus haid dan kemudian akan dihambat oleh progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak pada hari ke-23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke-23  ini  menunjukan  bahwa  ovulasi  tidak  terjadi.  Darah  dan  semen  juga  dapat menghambat  pembentukan  lukisan  pakis  itu  sehingga  hasil  yang  salah  sering dijumpai pada uji ini.
6.      Suhu Basal Badan (SBB)
Pada  beberapa  wanita,  SBB  meningkat  selama  fase  progesterone  dari siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi ovulasi. SBB diambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika  wanita  erovulasigrafik  akan  memperlihatkan  pola  bifasik  yang  khas (tipikal). Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi, suatu grafik monofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak terjadi. SBB  bisa  dipakai  untuk  menentukan  kemungkinan  hari  ovulasi, sehingga senggama bias diarahkan sekitar saat itu. Dalam praktek penggunaan SBB  tidak  selalu  mudah  untuk  dipercaya  (seperti  umumnya  sebagian  besar pasien di Negara kita).
7.      Sitologi vagina atau endoserviks
Epitel dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan respon yang ada pada hormon  ovarium. Pemeriksaan ini  dilakukan secara serial. Sekarang telah  dikembangkan  pemeriksaan  dari  endoserviks  pada  fase  pasca  ovulasi dengan pengambilan tunggal (tanpa serial). Perubahan sitologik dengan melihat indeks kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya ovulasi.
8.      Biopsi Endometrium
Biopsi  endometrium  bias  dilakukan  secara  poliklinis  tanpa  anastesi, dengan  memakai  sendok  kurret  kecil  tanpa  dilatasi  serviks.  Saat  yang  tepat adalah fase sekresi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya.
9.      Laparaskopi
Cara  ini  memungkinkan  visualisasi  langsung  secara  endoskopik  baik ovulasi  yang  baru  saja  terjadi  dengan  adanya  bintik  ovulasi,  maupun  adanya korpus luteum sebagai hasil ovulasi diwaktu yang lebih dini dari siklus itu. (Widyastuti, dkk. 2009)
2.      Pengobatan infertilitas pasangan
Pengobatan  infertilitas  harus  disesuaikan  dengan  penyebab  infertilitas masing-masing  pasangan  suami  istri.  Penggunaan  obat  yang  logis  dan  sesuai dengan  jenis  kelainan  yang  dimiliki  adalah  kunci  penanganan infertilitas  yang tepat.
a.       Obat infertilitas pria
Manusia  terdiri  atas  sekumpulan  sistem  organ  yang  berkoordinasi  satu samalain.  Sistem  reproduksi  juga  berkoordinasi  dengan sistem tubuh  lainnya, terutama sistem hormonal dan sistem saraf. Hormon  yang  terkait  langsung  dengan  kualitas  kerja  sistem  reproduksi pria  adalah  testosteron.  Hormon  tersebut  penting  karena  perannya  dalam perkembangan spermatozoa menjadi matang (siap untuk membuahi sel telur). Produksi dan kadar hormon testosteron dalam tubuh pria dipengaruhi oleh produksi dan kadar hormon lain yang merangsangnya. Produksi dan kadar hormon testosteron dipengaruhi oleh:
1.      Produksi dan pelepasan hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)
2.      Produksi dan pelepasan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone)
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja obat-obatan ini adalah untuk merangsang produksi spermatozoa matang dalam testis. Selain  dengan  jalan  langsung  dari  luar  tubuh,  obat-obatan  yang  mengandung GnRH,  FSH,  dan  LH  juga  dapat  diberikan  dengan  tujuan  yang  sama.  Selain pemberian  hormon  tambahan,  obat-obatan  yang  merangsang  produksi  dan pelepasan hormon-hormon tersebut juga dapat diberikan.
Obat-obatan yang sering diberikan dokter sebagai obat pendukung dalam meningkatkan kesuburan adalah vitamin dan antibiotik. Pada umumnya, vitamin yang diberikan dokter adalah vitamin E. vitamin E telah terbukti memiliki efek antioksidan  yang  tinggi  sehingga  dapat  meningkatkan  kualitas  hidup  sel-sel tubuh,  termasuk  kerja sel  yang berkaitan dengan  produksi  dan perkembangan spermatozoa hingga matang. Antibiotik  hanya diberikan apabila  sang  pria terbukti mengalami  infeksi pada organ ataupun  saluran  reproduksinya. Antibiotik diberikan atas  instruksi dokter dan digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaannya.
b.      Obat infertilitas wanita
Pengobatan infertilitas untuk wanita secara garis besar bertujuan untuk:
1.      Perbaikan  fungsi  ovarium  (Tempat  dihasilkannya  sel  telur  wanita  yang matang) Sama  halnya  dengan  sistem  reproduksi  pria,  sistem  reproduksi wanita  juga  dipengaruhi  oleh  kerja  sistem  neuro-hormonal.  Kerja  sistem reproduksi  wanita  dapat  diamati  pada  siklus  ovulasi  dan  menstruasi  yang dialaminya, yaitu dalam interval waktu yang teratur setiap bulannya (setiap ±28 hari). Klomifen sitrat dan tamoksifen adalah  obat  yang sering digunakan dan  bertujuan  untuk  meningkatkan  kadar  FSH  yang  mempengaruhi Obat  tersebut  bekerja  dengan  merangsang  pelepasan  GnRH,  yang selanjutnya akan merangsang reproduksi dan pelepasan FSH.
2.      Perbaikan  fungsi  tuba  (Tempat  terjadinya  pembuahan  sel  telur  oleh spermatozoa) Sumbatan  (obstruksi)  pada  tuba  dipastikan  secara  medis  melalui pemeriksaan  Histerosalfingografi  (HSG),  sonohisterografi,  ataupun laparoskopi. Salah satu penyebab tersering dari sumbatan pada tuba adalah infeksi bakteri Chlamydia. Apabila sumbatan tuba terbukti disebabkan oleh infeksi Chlamydia, obat yang sepantasnya diberikan adalah antibiotik yang tepat  dalam  menangani  infeksi  tersebut.  Selain  dengan  obat-obatan, gangguan sumbatan pada tuba dapat diatasi dengan metode operatif.
3.      Perbaikan fungsi rahim (Tempat berkembangnya janin dalam tubuh ibu) Keseimbangan  hormonal  serta  ketiadaan  infeksi  termasuk  syarat-syarat utama kesehatan rahim. Atas dasar inilah, obat-obatan yang berfungsi menyeimbangkan kadar hormon estrogen dan progesteron serta penanganan infeksi menjadi pilihan terapi pada wanita yang mengalami gangguan fungsi rahim. (Djuwantono, dkk. 2008).
1.         Jenis Obat-Obatan
Beberapa obat yang umum digunakan untuk mengobati infertilias pada wanita antara lain :
a.       Clomiphene Citate :obat ini menyebabkan ovulasi dengan bertindak pada kelenjar pituitari. Obat ini sering digunakan pada wanita dengan yang mengalami Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) atau gangguan ovulasi lainnya. Penggunaan obat ini di gunakan dengan cara di minum.
b.      Human Menopousal Gonadotropin atau hMG : obat ini sering di gunakan untuk wanita yang tidak berovaulasi karena adanya gangguan kelenjar pituitari. hMG bekerja langsung pada ovarium untuk merangsang ovulasi. Oabt ini di berikan melalui suntikan.
c.       Follicel Stimulating Hormone atau FSH: FSH bekerja seperti hMG, obat ini merangsang ovarium untuk memulai proses ovulasi , obat-obatan ini di berikan melalui suntikan.
d.      Gonadrotopin-Releasing Hormone (Gn-RH) analog : obat-obatan ini sering digunakan untuk wanita yang tidak berovulasi teratur setiap bulan. Wanita yang mengalami ovulasi sebelum telur mencapai kematangan juga dapat menggunakan obat-obatan ini, Gn-RH analog bekerja dengan meniru cara kerja Gn-RH alami dalam tubuh. Obat-obatan ini biasanya di suntikan atau di berikan dengan semprotan hidung.
e.       Metformin : dokter menggunakan obat ini untuk wanita yang memiliki resistensi insulin dan atau SOPK. Oabt ini membantu menurunkan tinggginya kadar hormon laki-laki pada wanita dengan kondisi ini. Ini membantu tubuh dengan Metformin. Obat ini biasanya diberikan dengan di minum .
f.       Bromocriptine : oabt ini digunakan untuk wanita dengan gangguan ovulasi karena tingginya kadar prolaktin. prolaktin merupakan hormone yang menyebabkan terjadinya produksi susu.
2.         Pembedahan 
Penanganan kasus-kasus urologi penyebab infertilitas semakin maju dengan berkembangnya teknologi bedah mikro. Perkembangan tersebut terjadi dalam hal pembesaran optik, tersedianya marterial untuk operasi seperti jarum mikro dan benang mikro serta terciptanya alat-alat berukuran kecil untuk bedah mikro.
Adapun kasus-kasus yang dapat ditangani dengan cara pembedahan adalah :
1.      Obstruksi duktus ejakulatorius, operasi dilakukan dengan cara Trans Urethral Resection of Ejaculatory Duct
2.      Trauma medulla spinalis, dilakukan pemasangan probe electro ejaculationpada daerah rektum untuk menginduksi terjadinya ejakulasi.
3.      Agenesis vas deferens, dilakukan pengambilan spermatozoa secara langsung, dapat dilakukan secara vasal aspiration, epididymal sperm aspiration dan testis sperm retrieval
4.      Andesensus testikulorum, dilakukan operasi orchydopexy untuk menurunkan testis ke dalam skrotum
3.      Penanganan Infertilisasi
a.       Inseminasi Buatan
Inseminasi  adalah  suatu  teknik  untuk  membantu  spermatozoa  pria  sampai pada  tempat  untuk  membuahi  sel  telur  wanita  dalam  organ  reproduksi  wanita. Pada  inseminasi,  terdapat  beberapa  tahapan  penting  yang  baik  untuk  diketahui oleh setiap pasangan yang akan menjalani teknik tersebut. Antara lain:
1.      Pengumpulan sperma pria,
2.      Pemisahan spermatozoa dari bahan-bahan lain yang terkandung dalam sperma (isolasi),
3.      Penempatan spermatozoa pada zat tertentu yang dapat menjaga kelangsungan hidup spermatozoa sementara di luar tubuh pria (medium),
4.      Penyuntikan  spermatozoa  ke  dalam  rahim  wanita  (Intrauterine  Insemination: IUI). (Djuwantono, dkk., 2008).

b.      Teknologi Reproduksi Berbantu (Trb)
Teknologi reproduksi berbatu (TRB) adalah teknologi yang di gunakan sekelompok metode yang berbeda untuk membantu pasangan infertile, TRB mengambil sel telur dari tubuh wanita. Sel telur ini kemudian dipertemukan dengan sperma untuk membuat embrio, embrio-embrio kemudian di masukan kembali ke dalam tubuh wanita.
Tingkat keberhasilannya bervariasi dan tergantung pada faktor, beberapa hal yang mempengaruhi tingkat keberhasilan TRB meliputi:
a.       Usia pasangan Alasan timbulnya infertilitas
b.      Jenis TRB yang di gunakan
c.       Apakah telur segar atau beku yang di gunakan dalam transfer embrio
US Center for Disease Prevantion (CDC) menggumpulkan tingkat keberhasilan TRB untuk beberapa klinik kesuburan, Menurut laporan tahun 2006 CDC pada TRB, perentase rata-rata yang menyebabkan kelahiran hidup adalah
-          39 % pada wanita di bawah usia 35 tahun
-          30 % pada wanita berusia 35-37 tahun
-          21 % pada wanita berusia 37-40 tahun
-          11 % pada wanita berusia 41-42 tahun
TRB bisa mahal dan memakan waktu, Namun,TRB memberikan peluang bagi pasangan untuk memiliki anak dimana pada kondisi normal tidak mungkin.
Metode umum TRB meliputi :
1.      Fertilisasi in vitro (FIV)
FIV (Fertilisasi = pembuahan sel telur oleh  spermatozoa; In vitro = di luar tubuh)  atau  dalam  masyarakat  dikenal  dengan  istilah “bayi tabung”  merupakan salah satu jalan keluar bagi pasangan suami istri yang belum memiliki anak. Pada teknik  ini,  sel  telur  matang  yang  dihasilkan  akan  dipertemukan  dengan spermatozoa dalam suatu wadah berisi cairan khusus di laboratorium. Cairan yang digunakan untuk merendam serupa dengan cairan yang terdapat pada tuba wanita  dengan  tujuan  untuk  membuat  suasana  pertemuan  antara  sel  telur  matang  dan spermatozoa senormal mungkin. Dengan demikian, keaktifan gerak spermatozoa dan kondisi optimal sel telur dapat terjaga.
Proses-proses utama dalam fertilisasi in vitro:
a.       Pengambilan  sel  telur  matang  dan  spermatozoa  oleh  dokter  ahli  untuk kemudian ditempatkan pada sebuah tabung khusus yang steril.
b.      Proses fertilisasi sel telur oleh spermatozoa  dalam sebuah cawan khusus di laboratorium. Embrio yang dihasilkan akan ditumbuhkan hingga cukup usia (pada umumnya 2—3 hari).
c.       Embrio  yang  telah  siap  (sekitar  2—3  hari  pascafertilisasi)  ditanamkan kembali  ke  dalam  rahim  sang  ibu  oleh  dokter  ahli.  Embrio  tersebut diharapkan  terus  tumbuh  dan  barkembang  hingga  menjadi  bayi  yang  pada akhirnya dilahirkan oleh sang ibu. (Djuwantono, dkk., 2008)
2.      Zygote Intrafallopian Transfer (ZIFT).
ZIFT merupakan teknik pemindahan zigot (sel telur yang telah dibuahi). Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian setelah dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba falopii melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik FIV dan GIFT. (Reeder, dkk. 2012)
3.      Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT)
GIFT merupakan teknik untuk membantu pembuahan dengan cara mengambil sel telur dari ovarium, lalu dipertemukan dengan sel sperma yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan kedalam tuba falopi melalui irisan kecil di bagian perut wanita melalui operasi laparoskopik. (Reeder, dkk., 2012)
4.      Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
ICSI merupakan teknik untuk membantu pembuahan dengan cara menyuntikan satu sel sperma langsung ke sel telur. Keistimewaan dari teknik ini adalah jumlah spermatozoa yang dibutuhkan untuk melakukan fertilitas sel telur di laboratorium hanya satu spermatozoa. Oleh karena itu, teknik tersebut sangat bermanfaat bagi pria yang hanya memiliki sedikit spermatozoa normal dan aktif. (Djuwantono, dkk., 2008)

d.      Penelitian terbaru mengenai penanganan infertilitas
a.       Akupuntur
Akupuntur adalah cara merangsang titik-titik tertentu di permukaan kulit maka akan mengaktifkan sejumlah zat kimia tubuh yang bermanfaat untuk mengatasi penyakit tertentu. Menurut American Journal of Phisiology, Endocrinologi and Metabolism (2011) akupunktur mampu menurunkan hiperandrogenisme dan memperbaiki siklus haid pada Sindroma Ovarium Polikistik yang merupakan salah satu penyebab infertilitas. Khasiatnya antara lain :
1.      Perempuan
Terapi ini juga bisa merangsang ovulasi, meningkatkan kadar FSH (Folicle Stimulating Hormone), LH (Lutenizing Hormone), dan menurunkan kadar prolaktin. Di samping itu, akupunktur juga bisa memperbaiki sirkulasi darah rahim memperbaiki sumbatan saluran tuba, dan meningkatkan angka fertilitas pada Fertilisasi In Vitro (FIV).
2.      Pria
Akupunktur terbukti mampu meningkatkan kualitas sperma dengan cara memperbaiki gerak dan kecepatannya. Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Siterman, memperlihatkan peningkatan jumlah sperma dan motilitas pada pasien dengan sperma abnormal.
Hasil yang diperoleh dari satu seri pengobatan akupunktur (12 Kali), seminggu 2 kali adalah terjadi peningkatan yang cukup bermakna pada jumlah morfologi sperma normal, dari 8% menjadi 25% (angka keberhasilan 68%). Motilitas sperma juga meningkat dari 18% menjadi 35% (angka keberhasilan 48,6%). Penanganan akupunktur medik sebagai penunjang program bayi tabung dapat dilaksanakan di RS Cipto Mangunkususo Jakarta, RS Siloam Karawaci, RS Usada insane Tangerang. (Sumber : dr. Dyna-Alkomp).








BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Infertilitas  terbagi  atas  dua  jenis,  yaitu  infertilitas  primer  dan  sekunder.  Infertilitas disebabkan oleh abnormalitas anatomi atau fisiologi sistem reproduksi wanita maupun pada sistem reproduksi pria  yang dipengaruhi oleh  banyak  faktor,  contohnya  karena  kebiasaan hidup yang kurang sehat, faktor lingkungan, dan faktor bawaan dari lahir. Infertilitas dapat dicegah dengan cara menerapkan hidup sehat seperti tidak merokok, tidak  mengonsumsi  minuman  beralkohol,  dan  sebagainya.  Pengobatan  infertilitas  dapat diakukan  dengan  terapi  obat  maupun operasi, sesuai dengan  jenis  kelainan  yang dimiliki oleh masing-masing pasangan suami istri. Apabila penyebab infertilitas tersebut tidak dapat disembuhkan, maka dapat menanganinya dengan mengikuti program bantuan dari teknologi kedokteran, seperti inseminasi buatan, FIV, dan sebagainya.

B.     SARAN
Demikian  yang  dapat  penyusun  paparkan  mengenai  materi  yang  menjadi  pokok pembahasan  dalam  makalah  ini.  Tentunya  masih  banyak  kekurangan  dan  kelemahannya, dikarenakan  terbatasnya  pengetahuan  dan  kurangnya  rujukan  atau  referensi  yang  ada hubungannya  dengan  judul  makalah  ini.  Oleh  karena  itu,  segala  kritik  dan  saran  yang bersifat membangun akan penyusun terima dengan baik demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.







DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., dkk. (2006). Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC
Djuwantono,  T.,  dkk.  (2008).  Hanya  7  hari  Memahami  Infertilitas.  Bandung:  PT
Refika Aditama Reeder, dkk. (2012). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Widyastuti, Y., dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya
Jurnal Penanganan akupunktur medik sebagai penunjang program bayi tabung dapat dilaksanakan di RS Cipto Mangunkususo Jakarta, RS Siloam Karawaci, RS Usada insane Tangerang. (Sumber : dr. Dyna-Alkomp).

No comments:

Post a Comment