Tuesday 12 March 2019

MAKALAH FILSAFAT SOSIAL, SOSIOLOGI MODERN DAN KOMUNIKASI


A.    FILSAFAT SOSIAL, SOSIOLOGI MODERN DAN KOMUNIKASI
Pada mulanya kajian tentang komunikasi ,apalagi ilmu komunikasi adalah sesuatu yang tak pernah ada dalam khazanah ilmu pengetahuan.ketika pada mulanya semua masalah manusia masih dalam kajian filsafat,maka komunikasi selain tidak terpikirkan atau belum dipikirkan oleh manusia.
Pada saat teori sosiologi sedang di bangun,minat terhadap ilmu pengetahuan meningkat pesat.Hal itu terjadi tidak saja di perguruan tinggi,namun juga di masyarakat pada umumnya.
1.        Sebelum Yunani Kuno (sebelum + 600 SM)
Mistik adalah sebuah fenomena fisika yang sebenarnya sudah di temukan oleh para mistikus pada ribuan tahun lalu.sedangkan fenomena yang sama baru ditemukan oleh para fisikawan modern saat ini.
Manusia memiliki persoalan besar dengan kesadaran dan bahasanya,kesadaran manusia memiliki persoalan dengan pikiran manusia,dimana dalam fisika modern dikatakan bahwa pikiran manusia memiliki tangan dalam dunia objektif manusia. Bahwa pikiran manusia bekerja berdasarkan kesadarannya terhadap alam semesta yang ada,sementara kesadaran manusia memiliki hubungan yang sangat terbatas dengan realitas subjektif dan realitas objektif.
Jadi,dengan demikian persoalan mistik ini adalah sebuah rahasia allah yang sebenarnya oleh mistikus sudah dapat di ungkapkan sejak ribuan tahun lalu. Akan tetapi dalam sains modern saat ini mistik naru mulai menjadi perdebatan ketika fenomena mistik mulai dapat diungkapkan oleh ilmuwan sains modern.
Sains barat yang banyak dipengaruhi oleh positivism tidak pernah mengakui pengetahuan manusia yang diperoleh dari “kebatinan” dan kesadaran yang condong konstruktif sebagai sebuah sains.
Kehidupan manusia sebelum lahirnya pradaban yunani kuno,benar-benar dipengaruhi oleh mistik,sehingga mistikus yang terdiri dari para orang pintar,elit masyarakat,orang kuat adalah pemegang kekuasaan tertinggi di masyarakat.
2.        Yunani Kuno (+ 600 SM )
Pada periodisasi sekitar + 600 SM periode ini ditandai oleh pergeseran pemikiran dari mitos ke logos.
Mengacu pada Adian (2002 : 7), bahwa pada masa ini,filsuf-filsuf alam mulai mencari penjelasan rasional atau prinsip dasar yang melandasi gejala-gejala alam berselubung kabut nistis. Para filsuf alam mulai menyibukkan diri dengan pertanyaan tentang asas pertama (arkhe) dan prinsip yang mengatur alam semesta.
3.        Abad Pertengahan (300 SM )
Menurut Adian (2002 : 9), pemikiran filsuf pada abad ini kehilangan otonominya. Pemikiran abad pertengahan bercirikan teosentris ( berpusat pada kebenaran wahyu tuhan ). Para filsuf rohaniawan seperti Thomas Aquinas (1225-1274) dan St. Bonaventura (1221-1257) adalah rohaniawan-rohaniawan yang hendak merekonsiliasi akal dan wahyu.
4.        Filsafat Modern (Abad 17-19)
Kurang lebih sepuluh abad lamanya pemikirab filsuf dan ilmu pengetahuan berdasarkan rasio direpresi oleh kebenaran teologis yang berdasarkan iman. Kecenderungan ini biasa disebut fideisme, ketaatan buta pada iman.
Munculnya renaisans tidak bias dilepaskan begitu saja dari sumbangan para filsuf islam dan menerjemahkan karya-karya klasik yunani kedalam bahasa arab. Karya-karya terjemahan itulah yang nantinya dipelajari oleh dunia barat hingga menimbulkan suatu gerakan reformasi yang dinamakan Renaisans.
5.        Positivisme ( Abad ke-20 )
Pada bagian lain Adian (2002 : 12 ) mengatakan pandangan dunia empirisme yang objektif dalam memandang pengetahuan tersebut mengalami puncaknya pada aliran filsafat yang dikenal dengan nama positivisme. August Comte (1798-1857 ) adalah filsuf yang memolopori kemunculan aliran filsafat ini. Comte jugalah yang menciptakan istilah “sosiologi” sebagai disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat secara ilmiah.
Positivism memiliki pengaruh yang amat kuat terhadap berbagai disiplin ilmu bahkan sampai dewasa ini.

6.        Alam Simbolis
Positivism telah mereduksi kekayaan pengalaman manusia menjadi fakta-fakta empiris. Prinsip bebas nilai positivism telah membuat ilmuwawaaaaaan menjadi robot-robot tak berperasaan. Positivism telah mengakibatkan keringnya semestadari kekayaan batin yang tak terhingga, semesta telah didesakralisasi.
7.        Posmodernisme
Adian (2002 :13) mengatakan selain keenam tahapan tersebut dewasa ini berkembang suatu atmosfer pemikiran paling mutakhir yang sering disebut orang posmodernisme.
Dunia menurut baudrillard didominasi oleh”simulacrum”. Ini adalah konsep yang diperkenalkan baudrillard yang mewakili tiada lagi batas antara yang nyata dan yang semu. Dunia telah menjadi dunia imajiner. Baudrillard memberi contoh Disneyland. Disneyland adalah suatu dunia imajiner dimana segala sesuatunya bersifat futuristik, mimpi-mimpi. Disneyland telah menjadi bius bagi sebagian besar konsumen kelas menengah sehingga selalu dijejali orang sepanjang tahunnya.

B.       SOSIOLOGI MODERN
Persoalan manusia pada akhirnya diatasi filsafat melalui pendekatan filsafat social yang kemudian mampu menjawab persoalan-persoalan: liberalisme, sosialisme, komunalisme dan welfare liberalism. Namun untuk menjawab persoalan-persoalan kemasyarakatan lainnya yang lebih konkret, filsafat sosial mengalami hambatan metodologis. Karena itu banyak persoalan masyarakat tidak bias lagi diatasi oleh filsafat social yang sifat pendekatannya abstrak dan tidak konkret. Masyarakat membutuhkan jalan keluar dari permasalahan kehidupan mereka yang serba spesifik dan konkret. Dengan demikkian, manusia membutuhkan ilmu pengatahuan yang menjembatani filsafat dan manusia. Karena itu lahirlah sosiologi sebagai jalan keluar untuk membantu manusia memecahkan persoalan masyarakat.
Manusia mulai cenderung menghentikan penelitian terhadap kecenderungan penyebab absolut (tuhan atau alam ) dan memusatkan perhatian pada pengamatan terhadap alam fisik dan dunia social guna mengetahui hukum-hukum yang mengaturnya. Sekulerisme pengetahuan manusia mulai terlhat secara jelas dengan memisahkan apa yang terjadi pada manusia dengan unsure yang menciptakan mereka. Seperti contohnya terlihat dalam teori tentang dunia.

C.      LAHIRNYA SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, di mana Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran jerman sementara Claude Henri Saint-Simon, August Comte, dan Emile Durkheim merupakan nama-nama para ahli sosiologi yang beraliran Perancis.
Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian pada masalah-masalah yang ada hubungam dengan interaksi social antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang disebutkan oleh Comte dengan “social dynamic”, “kesadaran kolektif” oleh Durkheim, dan “interaksi social” oleh Marx serta “tindakan komunikatif” dan “teori komunikasi” oleh Habermas adalah awal mula lahirnya perspektif sosiologi.
Saat ini perspektif teoritis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian sosiologi mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan fokus kajian tersebut. Narwoko dan Suyanto (2004: 16) mengatakan bahwa kajian tentang interaksi diisysratkan adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah semata-mata tergantung tindakan tersebut, sedangkan aspek penting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau pada perikelakuan orang lain. Dalam komunikasi juga persoalan makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi (pemberitaan ) karena makna yang dikirim oleh komunikator (receiver) dan penerima informasi (audience ) menjadi sangat subjektif dan ditentukan oleh konteks sosial ketika informasi itu disebar dan diterima.






No comments:

Post a Comment