Thursday 11 November 2021

MAKALAH TENTANG BURUNG KAKATUA (Cacatuidae)

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

 

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A.    Latar Belakang............................................................................................. 1

B.    Rumusan Masalah........................................................................................ 2

C.    Tujuan........................................................................................................... 2

 

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3

A.    Burung Kaka Tua......................................................................................... 3

B.    Jenis-jenis Kakatua....................................................................................... 3

C.    Habitat........................................................................................................ 13

D.    Morfologi................................................................................................... 14

E.     Ciri Spesifik dari Burung Kakatua............................................................. 14

F.     Perilaku....................................................................................................... 16

G.    Reproduksi................................................................................................. 16

 

BAB III PENUTUP............................................................................................. 17

A.    Kesimpulan................................................................................................. 17

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 18

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Burung kakatua merupakan spesies burung paruh bengkok. Terdapat 7 jenis burung kakatua yang tersebar di Indonesia, antara lain Cacatua alba, Cacatua galerita, Cacatua sanguinea, Cacatua goffini, Cacatua moluccensis, Probosciger aterrimus, Cacatua sulphurea. Burung kakatua merupakan burung yang banyak disukai karena memiliki bulu jambul atau mahkota yang sangat indah dan bervariasi di ubun-ubun kepalanya. Burung ini pun memiliki suara lengkingan yang sangat nyaring. Karena keindahannya ini, burung kakatua banyak diburu oleh manusia untuk diperdagangkan sehingga dapat meningkatkan laju kepunahan dari burung jenis ini. Kakatua-kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea sulphurea) merupakan salah satu anak jenis dari dari burung kakatua (Cacatua sulphurea) yang terancam kepunahan akibat eksploitasi yang berlebihan untuk diperdagangkan dan tingginya kerusakan hutan yang menyebabkan rusaknya habitat burung kakatua. Menurut Peraturan Pemerintah No 7/1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar, burung ini masuk dalam kategori jenis yang dilindungi. Cacatua sulphurea juga masuk ke dalam Appendiks I dalam Convention on International Trade in Endangered Species (CITES).

Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan burung kakatua-kecil jambul kuning baik untuk tujuan konservasi maupun komersial adalah dengan usaha konservasi eksitu, yaitu dengan kegiatan penangkaran. Berdasarkan atas tujuannya, penangkaran dapat dibedakan dua macam, yakni penangkaran yang ditujukan untuk melestarikan jenis-jenis satwa yang berada dalam keadaan langka yang akan segera punah apabila perkembangbiakannya tidak dibantu oleh campur tangan manusia dan penangkaran yang ditujukan untuk mengembangbiakan jenis- jenis satwa liar yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Thohari 1987). Kondisi penangkaran diusahakan sesuai dengan habitat aslinya untuk memudahkan adaptasi dan meminimalkan tingkat stres dari satwa yang ditangkarkan.

Dalam proses penangkaran, banyak faktor yang harus diperhatikan karena berbeda jenis akan berbeda pula proses pemeliharaannya baik dalam hal pakan, kandang, sanitasi, maupun perawatannya. Selain itu, tujuan dari penangkaran juga akan berpengaruh dalam penangkarannya. Minimnya penelitian mengenai penangkaran dan aktivitas harian burung kakatua-kecil jambul kuning menyebabkan pengetahuan dalam melakukan kegiatan penangkaran menjadi sedikit sehingga dibutuhkan penelitian mengenai teknik penangkaran dan aktivitas harian ini. Makan merupakan kegiatan yang paling penting untuk satwa sehingga dibutuhkan penelitian mengenai perilaku makan. Selain itu, satwa yang berada di penangkaran akan mengalami perubahan perilaku makan yang disebabkan oleh adanya faktor adaptasi maupun faktor stres yang dialami oleh satwa tersebut. Penelitian tentang perilaku makan dari burung kakatua-kecil jambul kuning akan sangat bermanfaat mengingat makan merupakan aktivitas paling penting bagi burung. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi masukan kepada pengelola dalam kegiatan penangkaran, khususnya dalam hal penangkaran burung kakatua-kecil jambul kuning.

 

B.     Rumusan Masalah

  1. Bagaimana mengenal  burung kaka tua?
  2. Apa saja Jenis-jenis Kakatua, Habitat, Morfologi, Ciri Spesifik, Perilaku serta Reproduksi dari Burung Kaktua

 

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui apa itu Burung Kakatua?

2.      Untuk mengetahui Jenis-jenis Kakatua, Habitat, Morfologi, Ciri Spesifik, Perilaku serta Reproduksi dari Burung Kaktua

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Burung Kaka Tua

Kakatua (suku Cacatuidae) adalah jenis burung hias yang memiliki bulu yang indah dengan lengkingan suara yang cukup nyaring. Spesies ini termasuk salah satu burung dengan kecerdasan yang cukup bagus, sehingga sering digunakan untuk acara-acara hiburan di kebun binatang atau tempat hiburan lainnya.

Spesies ini hidup pada ketinggian 0-1520 meter dari permukaan laut, biasanya berkelompok. Kakatua pada umumnya berusia panjang, hingga mencapai 60 tahun bahkan lebih.

 

B.     Jenis-jenis Kakatua

1.      Kakatua Putih



Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum:  Chordata

Kelas:  Aves

Ordo:   Psittaciformes

Famili: Cacatuidae

G.R. Gray, 1840

Subfamily      

Microglossinae

Calyptorhynchinae Cacatuinae Nymphicinae

Kakatua (suku Cacatuidae) adalah jenis burung hias yang memiliki bulu yang indah

dengan lengkingan suara yang cukup nyaring.spesies ini termasuk salah satu burung dengan kecerdasan yang cukup bagus, sehingga sering digunakan untuk acara- acara hiburan di kebun binatang atau tempat hiburan lainnya.

Spesies ini hidup pada ketinggian 0-1520 meter dari permukaan laut, biasanya berkelompok. Kakatua pada umumnya berusia panjang, hingga mencapai 60 tahun bahkan lebih.

 

2.      Kakatua-kecil Jambul- kuning



Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum:  Chordata

Kelas:  Aves

Ordo:   Psittaciformes

Famili: Cacatuidae

Genus: Cacatua

Spesies:            C. sulphurea

Nama binomial            Cacatua sulphurea

(Gmelin, 1788)

Kakatua-kecil Jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 35cm, dari marga cacatua. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna kuning yang dapat ditegakkan. Kakatua-kecil Jambul-kuning berparuh hitam, kulit di sekitar matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-bulu terbang dan ekornya juga berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan.

Daerah sebaran Kakatua-kecil Jambul-kuning adalah di kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, Timor Barat dan Timor Timur, dimana terdapat hutan-hutan primer dan sekunder. Pakan burung Kakatua-kecil Jambul-kuning terdiri dari biji-bijian, kacang dan aneka buah-buahan. Burung betina menetaskan antara dua sampai tiga telur dalam sarangnya di lubang pohon.

3.      Kakatua Maluku



Status konservasi         Rentan

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum:  Chordata

Kelas:  Aves

Ordo:   Psittaciformes

Famili: Cacatuidae

Genus: Cacatua

Spesies:            C. moluccensis

 Nama binomial           Cacatua moluccensis

Gmelin, 1788

Kakatua Maluku atau dalam nama ilmiahnya Cacatua moluccensis adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 52cm, dari genus Cacatua. Burung ini mempunyai bulu putih bercampur warna merah-jambu. Di kepalanya terdapat jambul besar berwarna merah-jambu yang dapat ditegakkan. Bulu-bulu terbang dan ekornya berwarna jingga kekuningan. Burung betina serupa, dan biasanya berukuran lebih besar dari burung jantan.

Endemik Indonesia, daerah sebaran kakatua Maluku adalah di Maluku Selatan. Spesies ini hanya terdapat di hutan primer dan sekunder Pulau Seram, Ambon, Pulau Haruku dan Saparua. Sejumlah populasi kakatua Maluku dilindungi di Taman Nasional Manusela, yang merupakan salah satu tempat terakhir untuk menemukan burung ini di habitat liar. Pakan kakatua Maluku terdiri dari biji-bijian, kacang dan aneka buah-buahan.

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas, kakatua Maluku dievaluasikan sebagai Rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I dan II sejak tahun 1989.

 

4.      Kakatua Raja



 

Status konservasi         Risiko rendah

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum:  Chordata

Kelas:  Aves

Ordo:   Psittaciformes

Famili: Cacatuidae

Genus: Probosciger

Spesies:            P. aterrimus

Nama binomial            Probosciger aterrimus

(Gmelin, 1788)

 Kakatua Raja atau dalam nama ilmiahnya Probosciger aterrimus adalah sejenis burung Kakatua berwarna hitam dan berukuran besar, dengan panjang sekitar 60cm. Burung ini memiliki kulit pipi berwarna merah dan paruh besar berwarna kehitaman. Di kepalanya terdapat jambul besar yang dapat ditegakkan. Burung betina serupa dengan burung jantan.

Kakatua Raja adalah satu-satunya burung di marga tunggal Probosciger. Daerah sebaran burung ini adalah di pulau Irian dan Australia bagian utara. Pakan burung Kakatua Raja terdiri dari biji-bijian. Paruh burung Kakatua Raja tidak dapat tertutup rapat, dikarenakan ukuran paruh bagian atas dan bagian bawah yang berbeda. Dan ini berguna untuk menahan dan membuka biji-bijian untuk dikonsumsi. Walaupun spesies ini terancam oleh hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, Kakatua Raja masih sering ditemukan di habitatnya. Kakatua Raja dievaluasikan sebagai beresiko rendah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.

 

5.      Kakatua Goffin



Status konservasi         Hampir terancam

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:         Animalia

Filum:  Chordata

Kelas:  Aves

Ordo:   Psittaciformes

Famili: Cacatuidae

Upafamili: Cacatuinae

Genus: Cacatua

Upagenus: Licmetis

Spesies:            C. goffiniana

Nama binomial            Cacatua goffiniana

(Finsch, 1863)

Kakatua Tanimbar, Cacatua goffiniana, atau Kakatua Goffin, adalah spesies kakatua asli dan endemik dari hutan kepulauan Laut Banda di Indonesia. Berat burung ini rata-rata sekitar 350 gram dan panjang sekitar 31 sentimeter dari kepala hingga ekor. Kakatua Goffin adalah yang terkecil dari seluruh Cacatuinae. Saat penemuan pertama, hewan ini tampak seperti kakatua putih dengan sebagian bulu wajah merah jambu, dan paruh abu-abu pucat. Jantan dan betinanya serupa.

Seperti seluruh anggota Cacatuidae, Kakatua Goffin memiliki jambul, yang berarti hewan ini memiliki sekumpulan bulu pada kepalanya yang dapat mengambang atau menguncup. Tubuhnya terutama tertutup oleh bulu-bulu putih, dengan bulu berwarna salmon atau merah jambu diantara paruh dan mata. Bagian dalam (proksimal) dari  bulu jambul dan bulu leher juga berwarna salmon, namun pewarnaan disini tersembunyi oleh warna putih yang bagian terdapat di permukaan (distal) bulu-bulu itu. Bagian dalam bulu sayap dan ekornya menunjukkan warna kekuningan. Antara matanya berwarna antara coklat hingga hitam. Hewan ini sulit dibedakan dengan Corella kecil karena penampilannya yang serupa.

Terkait dengan habitan yang hilang, (Di Tanimbar, kebanyakan hutan telah gundul) ruang terbatas dan perburuan liar, Kakatua Goffin dievaluasi Beresiko Rendah dalam IUCN Red List untuk Spesies Terancam. Spesies ini didaftarkan pada Appendix I CITES. Tahun 1970-an, penebang kayu Jepang merusak pulau. Burung-burung ditangkap untuk ajang binatang peliharaan. Meskipun banyak yang stres karena dikandangkan, mungkin hal ini menjadi hal penting di belakang bencana ekologi ini, karena banyak Kakatua Goffin bereproduksi dalam program penangkaran. Demikian, sekarang terdapat banyak Kakatua Goffin di penangkaran daripada di alam liar.

 6.      Kakatua Putih


Status konservasi         Rentan

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum:  Chordata

Kelas:  Aves

Ordo:   Psittaciformes

Famili: Cacatuidae

Genus: Cacatua

 Spesies:           C. alba

Nama binomial            Cacatua alba

Müller, 1776

Kakatua putih atau dalam nama ilmiahnya Cacatua alba adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 46cm, dari genus Cacatua. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul besar berwarna putih yang dapat ditegakkan. Bulu-bulu terbang dan ekornya berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan.

Endemik Indonesia, daerah sebaran kakatua putih adalah di kepulauan Maluku Utara. Spesies ini hanya ditemukan di hutan primer dan sekunder pulau Halmahera, Ternate, Tidore, Kasiruta, Mandiole dan Bacan.

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, serta daerah persebaran burung ini ditemukan sangat terbatas, kakatua putih dievaluasikan sebagai Rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix II.

Kakatua putih belum termasuk jenis satwa yang dilindungi, namun bukan berarti bebas ditangkap begitu saja. Pada tahun 2001 hingga kini, tidak ada kuota tangkap untuk kakatua putih. Artinya tidak boleh ada penangkapan kakatua putih di alam (Maluku Utara) untuk tujuan komersil. Namun ternyata kuota tangkap nol ini tidak ada artinya karena pada tahun 2002 rata-rata setiap tahunnya ada sekitar 500 ekor kakatua putih yang ditangkap dari alam untuk diperdagangkan. Sementara itu pemantauan ProFauna Indonesia di sejumlah pasar burung di Jawa pada tahun 2006, rata-rata dalam setahun ada sekitar 100 ekor kakatua putih yang diperdagangkan. Di pasar burung, kakatua putih ditawarkan seharga rata-rata Rp 500.000 per ekor.

Pemberian kuota tangkap nol terhadap kakatua putih dinilai tidak efektif, karena di lapangan penangkapannya untuk tujuan komersil masih berlangsung secara intensif. Status kuota tangkap nol terkesan lemah, sehingga KSDA di daerah masih berani mengeluarkan surat ijin angkut untuk kakatua putih ini.

Penangkapan kakatua putih secara terus menerus di Maluku Utara menyebabkan burung ini telah menghilang dari beberapa desa di Pulau Halmahera. ProFauna melakukan banyak wawancara informal dengan penduduk desa soal keberadaan kakatua putih di alam. Banyak diantara mereka yang menyatakan bahwa faktor utama hilangnya kakatua putih dalam 12 tahun terakhir ini adalah faktor penangkapan di alam secara besar-besaran.

Melihat laju penangkapan dan perdagangan serta telah hilangnya kakatua putih di beberapa wilayah di Halmahera, maka sudah saatnya burung ini ditetapkan sebagai jenis satwa yang dilindungi. Apalagi burung ini juga termasuk satwa endemik Maluku Utara. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 (pasal 5), suatu jenis satwa wajib ditetapkan dalam golongan dilindungi apabila telah mempunyai kriteria; 1. Mempuyai populasi kecil 2. Adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam. 3. Daerah penyebaran yang terbatas (endemik).

 Dengan demikian kakatua putih sebetulnya telah memenuhi kriteria untuk dimasukan dalam daftar jenis satwa yang dilindungi karena dia memiliki penyebaran yang terbatas. (endemik).

 

7.      Kakatua Jambul- jingga



Status konservasi         Kritis

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:         Animalia

 Filum: Chordata

Kelas:  Aves

Ordo:   Psittaciformes

Famili: Cacatuidae

Genus: Cacatua

Spesies:            C. Sulphurea

 Upaspesies: C. s. citrinocristata

Nama trinomial            Cacatua sulphurea citrinocristata (Fraser, 1844)

Kakatua jambul-jingga atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea citrinocristata adalah burung berukuran sedang dari salah satu genus burung paruh bengkok, Cacatua. Kakatua jambul-jingga merupakan subspesies terkecil dari empat subspesies burung Kakatua-kecil Jambul-kuning. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna jingga yang dapat ditegakkan dengan paruh abu-abu gelap, kuping bercak jingga, mata coklat-tua

kehitaman dan kaki berwarna abu-abu. Bulu-bulu terbang dan ekor bagian bawah berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan.Burung endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan-hutan primer dan sekunder Pulau Sumba yang terletak di Kepulauan Sunda Kecil. Pakan burung kakatua jambul-jingga ini sama seperti jenis burung kakatua lainnya, terdiri dari biji-bijian, kacang, tanaman dan aneka buah-buahan. Burung ini bersarang di dalam lubang pohon.

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, populasi yang terus menyusut serta persebaran burung ini sangat terbatas, kakatua jambul-jingga dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I sejak 12 Januari 2005.

 

C.    Habitat

Kakatua menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan; juga hutan monsun (Nusa Tenggara), hutan yang tinggi bersemak, semak yang pohonnya jarang dan lahan budidaya yang pohonnya jarang. Dari permukaan laut sampai ketinggian 900 m (Sulawesi), 1520 m (Lombok), 1000 m (Sumbawa), 700 m (Flores), 950+ m (Sumba) dan 500+ m (Timor). sedangkan untuk jenis Kakatua Maluku (bahasa Inggris: Salmon-crested Cockatoo) biasanya hidup sendiri, berpasangan dan kelompok kecil; dahulu di pohon tidur berkelompok hingga 16 ekor. Umumnya tidak mencolok, kecuali pada saat terbang ke dan dari lokasi pohon tidur ketika petang dan menjelang fajar. Walaupun terlihat terbang di atas kanopi tapi kebanyakan terbang di bawah batas kanopi. Mencari makan dengan tenang di kanopi dan lapisan tengah kanopi dan memiliki sebaran lokal di daerah Seram, Ambon, Haruku dan Saparua. Kakatua menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi, hutan yang rusak dan hidup diatas permukaan laut sampai ketinggian 1000 m.

 

D.    Morfologi

Bulu                     : menyeluruh

Paruh                    : lancip

Sayap                   : Pendek meruncing

Jari                        : Terangkat

Cakar                    : Runcing melengkung

Kaki                     : Tipe Bertengger (zygodactyl)

Ekor                     : Pendek

 

E.     Ciri Spesifik dari Burung Kakatua

1.      Paruh

Sesuai dengan familinya yaitu psittacidae burung kakak tua memiliki paruh yang bengkok, besar, dengan ujung yang runcing. Paruh tersebut yang membuat ciri ciri burung kakak tua menjadi khas. Hal tersebut berguna untuk mengunyah, menjepit, dan mengendalikan makananya. Selain itu, Karena hal tersebut pula, ia disukai oleh pencinta burung paruh bengkok di penjuru dunia.

2.      Postur Tubuh

Selanjutnya ciri ciri burung kakak tua adalah postur tubuhnya yang gempal disertai dengan sayap-sayap yang kuat.

 

 

3.      Warna

Kemudian jika warna bulu burung paruh bengkok lain berwarna mencolok dan warna-warni, si cerdas ini memiliki satu warna saja yang mendominasi dan berwarna kalem. Beberapa warna pada bulunya, yaitu warna putih, hitam, merah muda. Tentunya setiap jenis kakak tua memiliki warna khas yang membedakan antara jenis satu dengan lainnya.

4.      Jambul

Selain paruh yang menjadi ciri khas burung cerewet ini, ciri ciri burung kakak tua yang khas lainnya adalah jambul yang ada di kepala bagian atas. Setiap spesies cacatuidae memiliki warna yang berbeda untuk jambulnya itu. Selain itu ciri khas satu ini dapat ditegakkan sesuai dengan suasana hatinya. Contohnya saja, pada saat ia senang atau malah stress maka jambulnya akan tegak. Jika ia biasa saja maka, jambulnya tidak akan naik ke atas. Tidak itu saja, jambul atau jenggernya juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan sesamanya.

5.      Bulu

Ciri yang selanjutnya adalah bulu dari cactuidae memiliki serbuk bedak yang berfungsi untuk melindunginya dari air. Sehingga ia tidak kebasahan dan tubuhnya tetap kering. Selain itu burung ini juga terkenal memiliki bulu yang indah dan menarik.

6.      Suara

Berikutnya, suara yang dimiliki burung yang banyak dijumpai di Indonesia Timur ini terdengar nyaring seperti berteriak. Selain itu suaranya juga cenderung berisik dan bisa didengar hingga jarak satu kilometer. Meskipun tidak begitu jelas, ia dapat menirukan suara manusia hingga 20 kosakata loh. Hal ini membuatnya tampak menggemaskan dan lucu. Sehingga ia menjadi salah satu primadona klangenan. Cerdas sekali bukan burung satu ini?

7.      Kelakuan

Kelakuan atau kebiasaan dari si cerdas ini sangat istimewa. Selain ia bisa menirukan suara manusia kebiasaannya yaitu suka bersosialisasi dengan manusia. Misalnya ia suka bertengger di tangan, pundak, maupun kepala manusia. Ia juga bisa depresi jika kurang perhatian.

8.      Dimofik

Selanjutnya adalah dimofik yaitu sulit dibedakan antara jantan dengan betina. Hal tersebut dikarenakan beberapa spesies memiliki perbedaan ukuran dan warna mata. Sehingga tes DNA lah yang bisa menentukan jenis kelaminnya.

9.      Kaki

Yang terakhir adalah kaki, burung kakak tua memiliki kaki dengan susunan jari yang bersilangan. Jumlah jarinya tersebut ada empat, dua jari menghadap kedepan sedangkan dua lainnya menghadap ke belakang. Kaki tersebut berfungsi untuk menggenggam makanannya dan memanjat pohon secara kuat. Hal ini juga merupakan ciri ciri burung kakak tua yang unik.

 

F.     Perilaku

Burung Kakatua Putih (Cacatua alba) hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat mencolok ketika terbang dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat. diselingi gerakan melayang serta saling berteriak. Burung ini mempunyai kebiasaan berpegang pada dahan atau cabang pohon. Pada musim kawin burung jantan akan memperlihatkan pada burung betina beberapa gaya seperti meloncat. mengembangkan sayap. mengangkat ekor. dan berjalan di depan betina untuk menarik perhatiannya

 

G.    Reproduksi

Jenis Burung betina bertelur jumlahnya di atas tiga butir. kemudian diletakkan dilubang pohon tempat burung tersebut bersarang. Telur tersebut dierami secara bergantian.antara burung jantan dan burung betina.


BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Kegiatan penangkaran yang berhasil meningkatkan populasi suatu jenis burung akan sangat bermanfaat bagi kelestarian jenis tersebut dan juga jenis lainnya secara tidak langsung. Selain untuk re-stocking ke habitat alam, hasil penangkaran tersebut juga dapat dimanfaatkan sesuai peraturan yang berlaku.Dengan demikian, diharapkan kegiatan perburuan di habitat alam dapat dikurangi dan dihentikan.

Sebagai gantinya, pemenuhan permintaan terhadap burung sebagai hewan pelihara (pet) yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan budaya masyarakat, akan dapat disuplay dari hasil penangkaran


DAFTAR PUSTAKA

 

Higgins, Peter Jeffrey (ed.) (1999). Handbook of Australian, New Zealand and Antarctic Birds. Volume 4: Parrots to Dollarbird. Melbourne: Oxford University Press. hlm. 127. ISBN 0-19-553071-3.

https://gintingryan.blogspot.com/2011/12/makalah-kakatua.html

https://ragamcarabeternak.blogspot.com/2016/05/beternak-kakak-tua-contoh makalah.html

https://www.fitnessformen.co.id/2021/02/9-ciri-ciri-burung-kakak-tua-si-burung.html

ICZN (2000). "Opinion 1949. Cacatua Vieillot, 1817 and Cacatuinae Gray, 1840 (Aves, Psittaciformes): conserved". Bulletin of Zoological Nomenclature: 66–67.

J. Simpson, E. Weiner (eds), ed. (1989). "cockatoo". Oxford English Dictionary (edisi ke-2nd). Oxford: Clarendon Press. ISBN 0-19-861186-2.

Mynott, Jeremy (2009). Birdscapes: Birds in Our Imagination and Experience. Princeton, New Jersey: Princeton University Press. hlm. 319. ISBN 0-691-13539-8.

Suppressed by the International Commission on Zoological Nomenclature in Opinion 1949 (2000). ICZN (2000). "Opinion 1949. Cacatua Vieillot, 1817 and Cacatuinae Gray, 1840 (Aves, Psittaciformes): conserved". Bulletin of Zoological Nomenclature: 66–67.

No comments:

Post a Comment