Saturday 16 October 2021

MAKALAH GANGGUAN PERILAKU PADA ANAK USIA SEKOLAH

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Gangguan tingkah laku dikenal dengan istilah-istilah lain seperti Conduct disorder, behavioral disorder, behavioral problems, behavioral disturbances emotional disorder, dan lain-lain. Gangguan tingkah laku merupakan wujud klinis tersendiri yang di manifestasikan dengan berbagai perilaku antisosial : agresi,pencurian, penipuan, pembolosan, kekejaman terhadap binatang, kekejaman pada orang lain, kabur dari rumah. Gangguan tingkah laku bukan merupakan suatu penyakit melainkan di tandai dengan 3 sindrom yang berbeda yaitu perilaku Agresi, perilaku antisosial, Kenakalan anak (Behrman, 1999). Gangguan tingkah laku ini bisa muncul pada hampir semua tahapan usia dengan karakteristik khasnya masing-masing, dari taraf yang paling ringan hingga yang berat. Khususnya pada anak-anak usia sekolah dasar, gangguan tingkah laku yang paling umum adalah perilaku agresi, gangguan belajar, serta pelanggaran aturan (Hertinjung, 2010). Tipe awitan masa kanak – kanak mencakup gejala – gejala yang terjadi sebelum usia 10 tahun, termasuk agresi fisik terhadap orang lain dan gangguan hubungan teman sebaya (DSM-IV-TR, 2000).

Berdasarkan Studi pendahuluan yang di lakukan peneliti pada tanggal 21 maret mengenai gangguan tingkah laku anak usia sekolah di dusun Wonokerto RT 03 RW 05, Sebagian besar anak usia 6-12 tahun mengalami gangguan tingkah laku. Yaitu dari 13 Responden. Di dapatkan 38,4% (5 anak) yang tidak mengalami gangguan tingkah laku. Dan 61,5% (8 anak) termasuk dalam kategori gangguan tinggkah laku. Seperti: sering melanggar peraturan sekolah, membolos, ketika anak di suruh belajar sering membantah, jika marah selalu berteriak-teriak mengeluarkan kata-kata kasar, kata-kata kotor bahkan ada yang sampai membanting barang atau sebaliknya malah berperilaku pasif, takut bertemu orang asing.Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan warga sekitar, ada perilaku yang tidak tepat di masyarakat setahun terakhir. Seperti orang tua yang sering berkata kasar, keluarga yang tidak harmonis, adanya penduduk yang mabuk – mabukan di ketika ada acara hajatan nikah. Padahal keberadaan desa wonokerto berdekatan dengan area pondok. Hal ini sangatlah bertentangan dengan sikap dan periku yang seharusnya di kawasan lingkungan pondok pesantren.

Tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Wong (2008:23) hendaknya mempunyai tangung jawab baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah. Masalah tumbuh kembang anak masih banyak di temui sampai sekarang, situasi dan kondisi yang tidak kondusif turut menjadi penyebab makin banyaknya anak yang mengalami gangguan tingkah laku. Beberapa model teori mengemukakan mengenai penyebab terjadinya gangguan tingkah laku pada masa anak-anak. Para ahli perkembangan anak berpendapat bahwa lingkungan sosial keluarga merupakan salah satu faktor yang memainkan peran yang penting dalam menimbulkan gangguan tingkah laku dan emosi anak. Pola pengasuhan, ketidakharmonisan orang tua, keperibadian orang tua serta sosio ekonomi yang rendah merupakan faktor eksternal anak yang dapat menimbulkan gangguan tersebut (Videbeck, 2008:89).

Faktor keluarga yang mencangkup pola asuh orang tua terhadap anak berperan terhadap perkembangan tingkah laku dan emosi anak. hendaknya kita juga menoleh kebelakang, karena perkembangan anak saat ini juga di pengaruhi oleh latar belakang orang tua mendidik anak di masa lalu (Doenges, 2006:56). Anak yang memiliki gangguan tingkah laku secara berkepanjangan akan membawa dampak yang negatif bagi perkembangan aspek-aspek lainnya, baik aspek kognitif, sosial, maupun psikomotoriknya. Aspek-aspek tersebut saling terkait dalam mendukung perkembangan anak secara utuh, sehingga apabila satu aspek terhambat kematangannya maka aspek lain akan menjadi kurang optimal (Hertinjung, 2010:56).

Anak yang mengalami gangguan tingkah laku hendaknya perlu mendapat penanganan segera agar tidak berkepanjangan dan menghambat perkembangan psikologisnya secara umum. Jika dalam fase perkembangan ini anak tetap tidak bisa melewati dan menyelesaekan tugas perkembangannya dengan baik maka akan mengganggu tugas perkembangan pada fase-fase berikutnya (Nelson, 1999:45). Penanganan gangguan tingkah laku tentu saja perlu dilakukan secara konsisten dengan melibatkan berbagai pihak yang signifikan terhadap perkembangan anak. Dengan asumsi bahwa interaksi yang pertama dan paling lama terjadi adalah interaksi anak dengan orang tua khususnya ibu, maka perlu dicermati kembali bagaimana orang tua selama ini telah menciptakan iklim psikologis dalam keluarga (Putri, 2010:67). Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pola asuh orang tua dengan gangguan tingkah laku pada anak usia sekolah.

 

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemahaman, maka yang menjadi permasalahan nya adalah sebagai berikut:

(a)    Bagaimana karakteristik anak yang mengalami gangguan?

(b)   Apa faktor-faktor yang mempengaruhi tentang gangguan perilaku pada anak?

(c)    Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?

 

C. Tujuan

(a)    Mengetahui tentang gejala dan tanda gangguan perilaku pada anak usia sekolah.

(b)   Mengetahui tentang factor resiko terjadinya gangguan perilaku pada anak usia sekolah.

(c)    Mengetahui tentang Riwayat Kesehatan atau kondisi medis.

(d)   Mengetahui tentang masalah psikologis atau gangguan mental pada anak.

(e)    Mengetahui beberapa jenis gangguan perilaku yang sering terjadi pada anak.


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

Gangguan perilaku pada anak adalah suatu kondisi ketika anak sering berperilaku menyimpang dan di luar batas, sehingga berpotensi merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Anak yang memiliki gangguan perilaku sering kali dianggap nakal dan bahkan agresif Setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Terkadang, anak bisa tampak baik dan menggemaskan. Namun, ada kalanya anak bisa terlihat nakal dan mengganggu. Akan tetapi, Bunda dan Ayah perlu waspada jika Si Kecil sering melakukan kenakalan yang jauh lebih parah dan berbeda dari anak-anak lain yang sebaya

Gangguan Perilaku pada Anak yang Tidak Boleh Diabaikan.Seorang anak bisa dikatakan mengalami gangguan perilaku jika ia memiliki pola tingkah laku yang menyimpang dan berulang atau menetap selama lebih dari 6 bulan. Gangguan perilaku pada anak bisa menyebabkan ia bermasalah di sekolahnya atau dengan teman-temannya. Anak yang mengalami gangguan perilaku cenderung sulit bergaul dan memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan anggota keluarga di rumah atau orang lain di lingkungan sekitarnya.

GEJALA DAN GANGGUAN PERILAKU PADA ANAK

Gangguan perilaku pada anak umumnya bisa terlihat ketika anak sudah bersekolah. Akan tetapi, pada kasus tertentu, gangguan perilaku juga bisa terlihat ketika anak berusia lebih muda, misalnya ketika masih balita.

Anak dengan gangguan perilaku biasanya akan menunjukkan pola tingkah laku sebagai berikut:

·         Mudah marah atau sulit menahan emosi

·         Impulsif atau sulit menahan dorongan untuk melakukan sesuatu

·         Sering membantah atau melawan orang lain, misalnya orang tua, kakak, atau guru di sekolahnya

·         Kerap melakukan kekerasan, baik secara fisik maupun verbal, pada orang lain atau hewan

·         Sering mengejek orang lain atau perilaku bullying, berkelahi, dan berbuat onar

·         Gemar melempar dan merusak barang saat marah

·         Sering melakukan perbuatan yang kurang baik, misalnya mencuri dan berbohong, dan malas belajar

·         Sering melanggar aturan sekolah seperti sering bolos sekolah, merokok, atau bahkan minum minuman beralkohol dan menggunakan narkoba.

Selain itu, gangguan perilaku juga bisa membuat anak kecanduan terhadap hal tertentu, misalnya bermain game. Pada sebagian kasus, anak yang memiliki gangguan perilaku bahkan bisa berbuat asusila, seperti pelecehan seksual atau melakukan seks bebas dengan teman sebayanyanya

 

FAKTOR RESIKO TERJADINYA GANGGUAN PRILAKU PADA ANAK

Hingga saat ini, penyebab terjadinya gangguan perilaku pada anak belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko anak mengalami gangguan perilaku, antara lain:

 

RIWAYAT KESEHATAN ATAU KONDISI MEDIS TERTENTU

Masalah kesehatan tertentu yang dialami anak sejak ia masih dalam kandungan hingga setelah dilahirkan juga turut berperan dalam meningkatkan risiko gangguan perilaku yang dialami anak.Beberapa faktor yang dimaksud meliputi gangguan kesehatan pada ibu selama hamil, kekurangan gizi, kelahiran prematur, atau adanya kelainan atau gangguan otak pada anak.

Selain itu, pola hidup buruk seperti sering mengonsumsi alkohol, merokok, atau menggunakan obat-obatan terlarang saat hamil juga dapat meningkatkan risiko anak mengalami gangguan perilaku nantinya.Masalah psikologis atau gangguan mental pada anak, seperti depresi, skizofrenia, gangguan kepribadian, dan gangguan bipolar, juga dapat membuat anak cenderung memiliki gangguan perilaku.

 

POLA ASUH DAN HUBUNGAN KELUARGA

Seorang anak juga lebih berisiko mengalami gangguan perilaku jika ia memiliki masalah dalam hubungan keluarga atau pola asuh yang tidak baik.Anak yang diasuh atau dibesarkan dalam lingkungan yang kurang harmonis atau pernah mengalami kekerasan, baik secara fisik, psikologis, atau seksual, juga lebih berisiko mengalami gangguan perilaku.

FAKTOR KETURUNAN ATAU GENETIK

Selain kedua faktor di atas, seorang anak juga berisiko mengalami gangguan perilaku bila salah satu anggota keluarganya juga ada yang menderita gangguan perilaku.

 

BEBERAPA JENIS GANGGUAN PERILAKU PADA ANAK

Ada beberapa jenis gangguan perilaku yang cukup sering terjadi pada anak, di antaranya:

1. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)

ADHD merupakan gangguan perilaku yang paling sering ditemui pada anak-anak.  ADHD ditandai dengan gejala sulit fokus dalam mengerjakan sesuatu, ceroboh, banyak bicara, dan tidak bisa diam (hiperaktif). Selain itu, anak dengan ADHD juga sering kali berbuat usil, jahil, atau mengganggu aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.

2. Autisme

Autisme merupakan gangguan perilaku pada anak yang membuat anak sulit berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Anak yang memiliki gangguan autisme sering kali mengalami perubahan atau perilaku yang berbeda dari anak-anak lain, misalnya:

·         Marah, menangis, atau tertawa tanpa alasan yang jelas

·         Cenderung bertindak atau melakukan gerakan tertentu secara berulang, seperti mengayun tangan atau memutar-mutarkan badan

·         Rutin menjalani aktivitas tertentu dan marah jika rutinitasnya terganggu

·         Bahasa atau gerakan tubuh yang cenderung kaku

·         Hanya menyukai atau mengonsumsi makanan tertentu

3. Oppositional defiant disorder (ODD)

ODD biasanya mulai muncul pada anak yang berusia 8–12 tahun. Selain mudah marah, anak dengan ODD biasanya berperilaku menentang atau tidak patuh pada aturan, baik di rumah maupun sekolah.Anak juga sering kali sengaja mengganggu orang lain bahkan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang diperbuatnya. Penderita ODD juga memiliki sifat pendendam dan sering kali melakukan balas dendamnya pada orang lain.

4. Conduct disorder (CD)

Conduct disorder adalah gangguan perilaku dan emosi serius yang membuat anak menunjukkan perilaku kekerasan, suka merusak benda tertentu, dan cenderung sulit mengikuti aturan di sekolah maupun di rumah.Anak yang memiliki gangguan perilaku jenis ini biasanya gemar berbohong dan menipu, bahkan tidak segan melakukan perbuatan yang melanggar hukum, seperti vandalisme, berkelahi, atau melukai orang lain. Anak-anak yang memilki gangguan perilaku conduct disorder juga mungkin suka menyiksa hewan.

Apa pun jenisnya, gangguan perilaku pada anak merupakan kondisi yang perlu segera dideteksi dan ditangani oleh psikolog dan psikiater. Jika tidak ditangani sejak dini, gangguan perilaku pada anak berpotensi berkembang menjadi gangguan mental yang  dapat mengganggu tumbuh kembang dan kualitas hidup anak.Untuk menentukan jenis gangguan perilaku, psikiater dan psikolog dapat melakukan pemeriksaan psikologi pada anak. Setelah jenis gangguan perilaku pada anak diketahui, ia mungkin akan mendapatkan penanganan berupa psikoterapi, terapi bermain, atau mendapatkan obat-obatan, jika diperlukan.

Mendidik anak dengan gangguan perilaku memang tidak mudah. Para orang tua yang anaknya memiliki gangguan perilaku perlu bersabar dan memberikan perhatian serta kasih sayang lebih kepada anak. Jangan ragu untuk meminta saran dari psikolog atau psikiater terkait cara tepat mendidik dan membimbing anak dengan gangguan ini.

 

KASUS

GANGGUAN PERILAKU PADA ANAK USIA SEKOLAH

Anak – anak yang mengalami gangguan perilaku ini selalu menunjukkan bahwa dirinya tidak mematuhi aturan sehingga mendapatkan cap sebagai anak nakal. Perilaku ini lebih cenderung ditunjukkan oleh anak laki – laki daripada anak perempuan. Gejala conduct disorder yang berupa salah satu gangguan perilaku yaitu:

  • Selalu mengabaikan aturan yang berlaku
  • Cenderung melakukan penyelesaian masalah secara fisik
  • Cenderung mengalami kecanduan narkoba dan alkohol sejak dini
  • Kurang memiliki empati terhadap orang lain
  • Suka melakukan perilaku yang menjurus kepada kriminalitas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

 

Perkembangan social anak ditandai oleh perilaku anak, anak mampu mengetahui aturan-aturan baik dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan bermain. Sedikit demi sedikit anak akan patuh pada peraturan dan anak juga mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain, dan anak senang bermain dengan anak sebayanya.

 

SARAN

 

Berdasarkan pemahaman diatas, ada beberapa saran diantaranya yaitu:

Perlunya perhatian,pengarahan dan dukungan terhadap perkembangan perilaku anak. Mengapa ? karena orang tualah yang pertama kali menjadi acuan dimana anak pertama kali melihat dan meniru apa yang orang tua lakukan pada umumnya. Dengan itu anak tidak menyimpang dari batas perilaku yang seharusnya tidak ia lakukan pada seusianya, dan akan selalu dalam pengawasan orang tua.

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

https://www.alodokter.com/gangguan-perilaku-pada-anak-yang-tidak-boleh-diabaikan

 

No comments:

Post a Comment