Wednesday 27 March 2019

MAKALAH MODEL DOKUMENTASI NANDA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu tugas dan tanggung jawab perawat adalah melakukan pendokumentasian mengenai intervensi yang telah dilakukan. Dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan, yang disusun secara sistimatis, valid dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan hukum, disamping itu dokumentasi asuhan keperawatan juga merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2009). 
Pendokumentasian proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem-solving, dan rinset lebih lanjut. Pendokumentasian proses keperawatan yang efektif menggunakan standar terminologi (pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi) yaitu menggunakan model pendokumentasian menurut NANDA (NIC NOC) diantaranya antara lain: dokumentasi pengkajian, dokumentasi diagnosa keperawatan, dokumentasi perencanaan, dokumentasi intervensi, dokumentasi evaluasi. Makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai model dokumentasi menurut NANDA (NIC NOC).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Model Dokumentasi NANDA (NIC dan NOC) ?
2.      Bagaimanakah Diagnosis Keperawatan menurut NANDA ?
3.      Apa saja Komponen dari Diagnosis ?
4.      Bagaimankah pengklasifikasian NANDA ?
5.      Bagaimana keterkaitan NANDA / NOC dan NIC ?
6.      Bagaimanakah Taksonomi NOC dan NIC ?
7.      Bagaimana cara pemilihan Intervensi ?

C.           Tujuan
1.      Tujuan Umum
     Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas dokumentasi keperawatan dan bertujuan agar mahasiswa dapat memahami tentang model dokumentasi NANDA (NIC NOC).
2.      Tujuan Khusus
a.       Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang model dokumentasi menurut NANDA.
b.      Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang Diagnosis Keperawatan menurut NANDA
c.       Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang Komponen dari Diagnosis
d.      Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang pengklasifikasian NANDA
e.       Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang keterkaitan NANDA / NOC dan NIC
f.       Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang Taksonomi NOC dan NIC
g.      Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang cara pemilihan Intervensi


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Model Dokumentasi NANDA (NIC dan NOC)
Model dokumentasi adalah cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses asuhan. Berdasarkan penelitian NANDA NIC NOC dalam proses keperawatan dapat meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan dimana dapat menyeragamkan bahasa asuhan keperawatan sehingga lebih memudahkan dalam serah terima pada setiap ship dinas dan tentunya kualitas pelayanan keperawatan akan meningkat. Namun untuk dapat menguasai NANDA NIC NOC dalam proses keperawatan memerlukan waktu yang lama, pemahaman patofisiologi dan disiplin ilmu lain yang baik dan pengembangan yang sistematis.

B.     Diagnosa Keperawatan NANDA
             Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual dan potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan didukung oleh data, dimana menurut NANDA diartikan sebagai “defenisi karakter”.  Yang dimana defenisi ini disebut “ tanda dan gejala”, tanda adalah sesuatu yang dapat di observasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh klinik.
1.    Tujuan Diagnosa Keperawatan
Tujuan diagnosa keperawaran untuk mengidentifikasi :
a.   Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit
b.   Faktor- faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologis)
c.   Kumpulan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
2.    Kategori diagnosa keperawatan
Untuk memudahkan dalam pendokumentasian proses keperawatan, harus diketahui beberapa tipe diagnosa keperawatan. Tipe diagnosa keperawatan meliputi tipe aktual, resiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan sindrom.
a.    Diagnosa keperawatan aktual
Diagnosa keperawatan aktual memiliki empat komponen diantaranya :
-          Label yang merupakan deskripsi tentang defenisi diagnosa dan batasan karakteristik
-          Defenisi merupakan penekanan pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnosa
-          Batas karakteristik menentukan karakteristik yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda subjektif, dan objektif.
-          Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau faktor penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri dari empat komponen yaitu :
o  Patofisiologi ( biologis atau psikologis)
o  Tindakan yang berhubungan
o  Situasional (lingkungan, personal)
o  Maturasional.
Penulisan rumusan ini adalah PES (problem + etiologi + simtom).
b.    Diagnosa keperawatan resiko dan resiko tinggi
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan resiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibandingkan individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
Diagnosa keperawatan ini mengganti istilah diagnosa keperawatan potensial dengan menggunakan ”resiko terhadap atau resiko tinggi terhadap”. Validasi untuk menunjang diagnosa resiko tinggi adalah faktor resiko yang memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batas karakteristik.
Penulisan rumusan diagnosa keperawatan risiko tinggi adalah PE (problem + etiologi).
c.    Diagnosa keperawatan kemungkinan
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan memungkinkan adalah pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor resiko.
d.    Diagnosa keperawatan sejahtera
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok dan masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih tinggi. Cara pembuatan diagnosa ini menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing- masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang disahkan.
e.    Diagnosa keperawatan sindrom
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau resiko tinggi yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3.    Metode dokumentasi diagnosa keperawatan
Dalam melakukan pencatatan diagnosa keperawatan digunakan pedoman dokmentasi yaitu :
a.        Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah resiko.
b.        Catat diagnosa keperawatan resiko dan resiko tinggi kedalam masalah atau format diagnosa keperawatan.
c.        Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftas NANDA, atau lain.
d.       Mulai pernyataan diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi informasi tentang data untuk diagnosa keperawatan.
e.        Masukkan pernyataan diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah perawatan.
f.         Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.

C.    Komponen Diagnosa Keperawatan
1.      Problem (masalah)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkatkan mungkin. Karena pada bagian ini dari diagnose keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat tentang klien dan apa yang harus diubah tentang status kesehatan klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan keperawatan. Dengan menggunakan standar diagnose keperawatan dari  NANDA mempunyai keuntungan yang signifikan.
a.       Membantu perawat untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan istilah yang dimengerti secara umum.
b.      Memfasilitasi penggunaan computer dalam keperawatan, Karena perawat akan mampu mengakses diagnose keperawatan.
c.       Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan yang ada dengan masalah medis.
d.      Semua perawat dapat bekerja sama dalam menguji dan mendefinisikan kategori diagnose dalam mengidentifikasi criteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam meningkatan asuhan keperawatan.
2.    Etiologi (penyebab)
Etiologi (penyebab) adalah factor klinik dan personal yang dapat merubah status ksehatan atau  mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, spiritual dan factor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab ataupun factor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi factor yang mendukung terhadap masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab maka tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien. Misalnya, klien dengan diabetes mellitus masuk RS biasanya dengan hiperglikeni dan mempunyai riwayat yang tidak baik tentang pola makan dan pengobatan (insulin) didiagnosa dengan “ ketidaktaatan”. Katakana lah ketidaktaatan tersebut berhubungan dengan kuramgnya pengetahuan kien dan tindakan keperawatan diprioritaskan mengajarkan klien cara mengatasi diabetes melitus dan tidak berhasil, jika penyebab ketidaktaatan tersebut karena klien putus asa untuk hidup.
Penulisan etiologi dari diagnose keperawatan meliputi unsure PSMM
P          = Patofisiologi dari penyakit
S          = Situational (keadaan lingkungan perawatan)
M         = Medication ( pengobatan yang diberikan)
M         = Maturasi  (tingkat kematangan/kedewasaan klien)
Etiologi, factor penunjang dan resiko, meliputi:
a.       Pathofisiologi:
Semua proses penyakit, akut dan kronis, yang dapat menyebabkan atau mendukung masalah, misalnya masalah “powerlessness”
Penyebab yang umum:
1)      ketidakmampuan berkomunikasi  ( CV A, intubation)
2)      ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari (CV A, trauma servical, nyeri, IMA)
3)      ketidakmampuan memenuhi tanggungjawabnya (pembedahan, trauma, dan arthritis)
b.      Situasional (personal, enfironment)
Kurangnya pengetahuan, isolasi social, kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan, kurangnya partisipasi klien dalam mengabil keputusan, relokasi, kekurangmampuan biaya, pelecehan sexual, pemindahan status social, dan perubahan personal teritori.
c.       Medication (treatment-related)
Keterbatasan institusi atau RS: tidak sanggup memberikan perawatan dan tidak ada kerahasiaan.
d.      Maturational
Adolescent: ketergantungan dalam kelompok, independen dari keluarga
Young adult: menikah, hamil, orangtua
Dewasa: tekanan karir,  dan tanda-tanda pubertas
Elderly: kurangnya sensori, motor, kehilangan (uang, factor lain)

3.           Sign/symptom (tanda/gejala)
Identifikasi data subjektif dan objektif sebagai tanda dari masalah keperawatan. Memerlukan kriteria evaluasi, misalnya : bau “pesing”, rambut tidak pernah di keramas. “saya takut jalan di kamar mandi dan memecahkan barang”.

D.    Pengklasifikasian NANDA
 Domain adalah tingkat luas dari klasifikasi yang membagi fenomena ke dalam kelompok utama. Dimana domain ini mempunyai subkategoris yang disebut “kelas”.
Dalam diagnosis NANDA-I dijelaskan beberapa domain, kelas dan diagnosa antara lain :
a.   Domain I : Promosi Kesehatan
Kesadaran tentang kesehatan atau normalitas fungsi dan strategi yang digunakan untuk mempertahankan kendali terhadap dan meningkatkan fungsi sehat dan normal tersebut.

Kelas 1. Kesadaran kesehatan
Pengenalan tentang fungsi normal dan kesehatan.
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00097
Defisiensi aktivitas pengalih.
00168
Gaya hidup kurang gerak.
Kelas 2. Manajemen kesehatan
Mengidentifikasi, mengendalikan, melakukan, dan mengintegrasikan aktivitas untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan.
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00257
Sindrom lansia lemah.
00078
Ketidakefektifan manajemen kesehatan
00231
Risiko sindrom lansia rendah
00162
Kesiapan untuk meningkatkan manajemen kesehatan
00215
Defisiensi kesehatan komunitas
00080
Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
00188
Perilaku kesehatan cenderung berisiko
00079
Ketidakpatuhan
00099
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
00043
Ketidakefektifan perlindungan

b.   Domain II : Nutrisi
Aktivitas memasukkan, mencerna, dan menggunakan nutrient untuk tujuan pemeliharaam jaringan, perbaikan jaringan dan produksi energi.

Kelas 1. Makan
Memasukkan makanan atau nutrient ke dalam tubuh.
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00216
Ketidakcukupan ASI
00163
Kesiapan meningkatkan nutrisi
00104
Ketidakefektifan pemberian ASI
00232
Obesitas
00105
Diskontinuitas pemberian ASI
00233
Berat badan berlebih
00106
Kesiapan meningkatkan pemberian ASI
00234
Risiko berat badan berlebih
00107
Ketidakefektifan pola makan bayi
00103
Gangguan menelan
00002
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Kelas 2. Pencernaan
Aktivitas fisik dan kimiawi yang mengubah makanan menjadi substansi yang dapat diabsorpsi dan digunakan.
Saat ini belum ditemukan.
Kelas 3. Absorpsi
Aktivitas penggunaan nutrient dalam jaringan tubuh.
Saat ini belum ditemukan.
Kelas 4. Metabolisme
Proses kimia dan fisik yang terjadi di dalam organism dan sel hidup untuk perkembangan dan penggunaan protoplasma, produksi sisa dan energi, dengan pelepasan energi untuk semua proses vital.
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00179
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
00230
Risiko ikterik neonatus
00194
Ikterik neonates
00178
Risiko gangguan fungsi hati
Kelas 5. Hidrasi
Pemasukan dan absorpsi cairan dan elektrolit
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00195
Risiko ketidakseimbangan elektrolit
00028
Risiko kekurangan volume cairan
00160
Kesiapan meningkatkan keseimbangan cairan
00026
Kelebihan volume cairan
00027
Kekurangan volume cairan
00025
Risiko ketidakseimbangan volume cairan

c.    Domain III           : Eliminasi dan Pertukaran
Sekresi dan ekskresi produk sisa dari tubuh.

Kelas 1. Fungsi urinaria
Proses sekresi, reabsorpsi, dan ekskresi urine.
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00016
Gangguan eliminasi urine
00017
Inkontenensia urine stress
00166
Kesiapan meningkatkan eliminasi urine
00019
Inkontenensia urine dorongan
00020
Inkontinensia urinarius fungsional
00022
Risiko inkontinensia urine dorongan
00176
Inkontinensia urine aliran berlebihan
00023
Retensi urine
00018
Inkontinensia urine reflex
Kelas 2. Fungsi gastrointestinal
Proses absorpsi dan ekskresi produk sisa pencernaan
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00011
Konstipasi
00013
Diare
00015
Risiko konstipasi
00196
Disfungsi motilitas gastrointestinal
00235
Konstipasi fungsional kronis
00197
Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal
00236
Risiko konstipasi fungsional kronis
00014
Inkontinensia defekasi
00012
Persepsi konstipasi
Kelas 3. Fungsi integument
Proses sekresi dan ekskresi melalui kulit.
Saat ini belum ditemukan.
Kelas 4. Fungsi respirasi
Proses pertukaran gas dan pembuangan dan pembuangan produk sisa metabolisme.
Kode
Diagnosis
00030
Gangguan pertukaran gas.
























d.      Domain IV           : Aktivitas / Istirahat
Produksi, konservasi, penggunaan atau keseimbangan sumber energi.

Kelas 1. Tidur / istirahat
Tidur, berbaring, istirahat, inaktif
Kode
Diagnosa
Kode
Diagnosis
00095
Insomnia
00165
Kesiapan meningkatkan tidur
00096
Deprivasi tidur
00198
Gangguan pola tidur
Kelas 2. Aktivitas / Olahraga
Menggerakkan bagian – bagian tubuh (mobilitas), melakukan pekerjaan, atau melakukan aktivitas dengan sering ( tetapi tidak selalu ) sesuai kekuatan.
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00040
Risiko sindrom disuse
00237
Hambatan duduk
00091
Hambatan mobilitas di tempat tidur
00238
Hambatan berdiri
00085
Hambatan mobilitas fisik
00090
Hambatan kemampuan berpindah
00089
Hambatan mobilitas berkusi roda
00088
Hambatan berjalan
Kelas 3. Keseimbangan energi
Suatu keadaan harmoni dinamik antara asupan dan penggunaan sumber daya.
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00093
Keletihan
00154
Keluyuran
Kelas 4. Respons kardiovaskuker / pulmonal
Mekanisme kardiopulmonal yang mendukung aktivitas/istirahat
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00092
Intoleran aktivitas
00203
Risiko ketidakefektifan perfusi ginjal
00094
Risiko intoleran aktivitas
00033
Gangguan ventilasi spontan
00032
Ketidakefektifan pola nafas
00200
Risiko penurunan perfusi jaringan jantung
00029
Penurunan curah jantung
00201
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
00240
Risiko penurunan curah jantung
00204
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
00239
Risiko gangguan fungsi kardiovaskuler
00228
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
00202
Risiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal
00034
Disfungsi respons penyapihan ventilator
Kelas 5. Perawatan diri
Kemampuan melakukan aktivitas untuk merawat tubuh dan fungsi tubuh
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00098
Hambatan pemeliharaan rumah
00110
Defisit perawatan diri : eliminasi*
00108
Defisit perawatan diri : mandi*
00182
Kesiapan meningkatkan perawatan diri*
00109
Defisit perawatan diri : berpakaian*
00193
Pengabaian diri
00102
Defisit perawatan diri : makan*

e.    Domain V : Persepsi/Kognisi
Sistem pemrosesan informasi manusia termasuk perhatian, orientasi, sensasi, persepsi, kognisi dan komunikasi.
Kelas 1. Perhatian
Kesiapan mental untuk memperhatikan atau mengamati.
Kode
Diagnosis
00123
Kealpaan tubuh unilateral
Kelas 2. Orientasi
Kesadaran terhadap waktu, tempat dan orang.
Saat ini belum tersedia.
Kelas 3. Sensasi / Persepsi
Menerima informasi melalui indera sentuhan, pengecap, penghidu, pengelihatan, pendengaran, dan kinestesis, dan pemahaman tentang data sensori yang menghasilkan penamaan, asosiasi, dan / atau pola pengertian.
Saat ini belum tersedia.
Kelas 4. Kognisi
Penggunaan memori, pembelafaran, berpikir, pemecahan masalah, abstraksi, penilaian, insight, kapasitas intelektual, kalkulasi, dan bahasa.
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00128
Konfusi akut
00222
Ketidakefektifan kontrol impuls
00173
Risiko konfusi akut
00126
Defisiensi pengetahuan
00129
Konfusi kronik
00161
Kesiapan peningkatan pengetahuan
00251
Kontrol emosi labil
00131
Kerusakan memori
Kelas 5. Komunikasi
Pengiriman dan penerima informasi verbal dan non verbal
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00157
Kesiapan meningkatkan komunikasi
00051
Hambatan komunikasi verbal

f.    Domain VI           : Persepsi Diri
Kesadaran tentang diri sendiri.
Kelas 1. Konsep diri
Persepsi total tentang diri sendiri
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00185
Kesiapan meningkatkan harapan
00121
Gangguan identitas pribadi
00124
Keputusasaan
00225
Risiko gangguan identitas pribadi
00174
Risiko pelemahan martabat
00167
Kesiapan meningkatkan konsep diri
Konsep 2. Harga diri
Penilaian tentang arti, kapabilitas, kepentingan, dan keberhasilan diri sendiri
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00119
Harga diri rendah kronik
00120
Harga diri rendah situasional
00224
Risiko harga diri rendah kronik
00153
Risiko harga diri rendah situasional
Kelas 3. Citra tubuh
Suatu gambaran mental tentang tubuh diri sendiri
Kode
Diagnosis
00118
Gangguan citra tubuh

g.   Domain VII          : Hubungan Peran
Hubungan atau asosiasi positif dan negative di antara orang atau kelompok dan cara berhubungan yang ditunjukkan.
Kelas 1. Peran pemberi asuhan
Perilaku yang diharapkan secara sosial dan orang yang memberi asuhan yang bukan profesional kesehatan.
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00061
Ketegangan peran pemberi asuhan
00164
Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua
00062
Risiko ketegangan peran pemberi asuhan
00057
Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua
00056
Ketidakmampuan menjadi orang tua
Kelas 2. Hubungan keluarga
Hubungan orang yang secara biologis berhubungan atau dihubungkan oleh pilihan
Kode
Diagnosis
Kelas
Diagnosis
00058
Risiko gangguan perlekatan
00060
Gangguan proses keluarga
00063
Disfungsi proses keluarga
00159
Kesiapan meningkatkan proses keluarga
Kelas 3. Performa peran
Kualitas berfungsi dalam pola perilaku sosial
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00223
Ketidakefektifan hubungan
00064
Konflik peran orang tua
00207
Kesiapan meningkatkan hubungan
00055
Ketidakefektifan performa peran
00229
Risiko ketidakefektifan hubungan
00052
Hambatan interaksi sosial

h.   Domain VIII        : Seksualitas
Identitas seksual, fungsi seksual, dan reproduksi.
Kelas 1. Identitas seksual
Status menjadi seseorang khusus sesuai dengan seksualitas dan/atau gender
Saat ini belum tersedia
Kelas 2. Fungsi seksual
Kapasitas atau kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas seksualitas
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00059
Disfungsi seksual
00065
Ketidakefektifan pola seksualitas
Kelas 3. Reproduksi
Suatu proses ketika manusia diproduksi
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00221
Ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan
00227
Risiko ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan
00208
Kesiapan meningkatkan proses kehamilan-melahirkan
00209
Risiko gangguan hubungan ibu-janin

i.     Domain IX           : Koping / Toleransi stress
Berjuang dengan proses hidup/ peristiwa hidup.

Kelas 1. Respons pascatrauma
Reaksi yang terjadi setelah trauma fisik atau psikologis
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00141
Sindrom pascatrauma
00114
Sindrom stress akibat perpindahan
00145
Risiko sindrom pascatrauma
00149
Risiko sindrom stress akibat perpindahan
00142
Sindrom trauma pemerkosaan
Kelas 2. Respons koping
Proses mengatasi stress lingkungan
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00199
Ketidakefektifan perencanaan aktivitas
00148
Ketakutan
00226
Risiko ketidakefektifan perencanaan aktivitas
00136
Dukacita
00146
Ansietas
00135
Dukacita terganggu
00071
Koping defensive
00172
Risiko dukacita terganggu
00069
Ketidakefektifan koping
00241
Ganggguan pengelolaan mood
00158
Kesiapan meningkatkan koping
00187
Kesiapan meningkatkan kekuatan
00077
Ketidakefektifan koping komuntas
00125
Ketidakberdayaan
00076
Kesiapan meningkatkan koping komunitas
00152
Risiko ketidakberdayaan
00074
Penurunan koping keluarga
00210
Gangguan penyesuaian
00073
Ketidakmampuan koping keluarga
00212
Kesiapan meningkatkan penyesuain
00075
Kesiapan meningkatkan koping keluarga
00211
Risiko hambatan penyesuaian
00147
Ansietas kematian
00137
Kepedihan kronis
00072
Ketidakefektifan penyangkalan
00177
Stress berlebihan
Kelas 3. Stress neurobehavioral
Respons perilaku yang merefleksikan fungsi saraf dan otak
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00049
Penururnan kapasitas adaptif intracranial
00116
Disintegrasi perilaku bayi
00009
Disrefleksia autonomic
00117
Kesiapan meningkatkan integrasi perilaku bayi
00010
Risiko disrefleksia autonomic
00115
Risiko disintegrasi perilaku bayi

j.     Domain X : Prinsip Hidup
Prinsip – prinsip yang mendasari sikap, pikiran dan perilaku tentang aturan, kebiasaan, atau institusi yang dipandang sebagai benar atau memiliki makna intrinsic.
Kelas 1. Nilai
Identifikasi dam peringkat bentuk aturan atau pernyataan yang diinginkan
Saat ini belum tersedia
Kelas 2. Keyakinan
Pendapat, harapan atau penilaian tentang aturan kebiasaan, atau institusi yang dipandang sebagai benar atau memiliki makna intrinsic
Kode
Diagnosis
00068
Kesiapan meningkatkan kesejahteraan spiritual
Kelas 3. Keselarasan nilai/keyakinan/tindakan
Keterkaitan atau keseimbangan yang dicapai diantara nilai, keyakinan, dan tindakan
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00184
Kesiapan meningkatkan pengambilan keputusan
00169
Hambatan religiositas
00083
Konflik pengambilan keputusan
00171
Kesiapan meningkatkan religiositas
00242
Hambatan pengambilan keputusan emansipasi
00170
Risiko hambatan religiositas
00243
Kesiapan meningkatkan pengambilan keputusan emansipasi
00066
Distress spiritual
00244
Risiko hambatan pengambilan keputusan emansipasi
00067
Risiko distress spiritual
00175
Distress moral


k.   Domain XI           : Keamanan/Perlindungan
Bebas dari bahaya, cedera fisik atau gangguan sistem imun; selamat dari kehilangan; dan perlindungan terhadap keselamatan dan keamanan.
Kelas 1. Infeksi
Respons host setelah invasi patogenik
Kode
Diagnosis
00004
Risiko infeksi
Kelas 2. Cedera fisik
Bahaya atau kesakitan fisik
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00031
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
00086
Risiko disfungsi neurovaskuler perifer
00039
Risiko aspirasi
00249
Risiko dekubitus
00206
Risiko perdarahan
00205
Risiko syok
00219
Risiko mata kering
00046
Kerusakan integritas kulit
00255
Risiko jatuh
00047
Risiko kerusakan integritas kulit
00035
Risiko cedera*
00156
Risiko sindrom kematian bayi mendadak
00245
Risiko cedera kornea*
00036
Risiko asfiksia
00087
Risiko cedera akibat posisi perioperatif
00100
Pelambatan pemulihan pascabedah
00220
Risiko cedera termal*
00246
Risiko pelambatam pemulihan pascabedah
00250
Risiko cedera saluran kemih*
00044
Kerusakan integritas jaringan
00048
Kerusakan gigi
00248
Risiko kerusakan integritas jaringan
00045
Kerusakan membrane mukosa oral
00038
Risiko trauma
00247
Risiko kerusakan membrane mukosa oral
00213
Risiko trauma vascular
Kelas 3. Perilaku kekerasan
Penggunaan kekuatan atau kekuatan berlebihan sehingga menyebabkan cedera atau penganiayaan
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00138
Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
00138
Risiko mutilasi diri
00140
Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
00150
Risiko bunuh diri
00151
Mutilasi diri
Kelas 4. Bahaya lingkungan
Sumber – sumber bahaya yang ada di sekitar
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00181
Kontaminasi
00037
Risiko keracunan
00180
Risiko kontaminasi
Kelas 5. Proses pertahanan tubuh
Suatu proses ketika diri sendiri melindungi dirinya dari yang lain
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00218
Risiko efek samping media kontras beryodium
00041
Respons alergi lateks
00217
Risiko respons alergi
00042
Risiko respons alergi lateks
Kelas 6. Termoregulasi
Proses fisiologis pengaturan panas dan energi di dalam tubuh untuk tujuan melindungi organism
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00005
Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
00253
Risiko hipotermia
00007
Hipertermia
00254
Risiko hipotermia
00006
Hipotermia
00008
Ketidakefektifan termoregulasi

l.     Domain XII          : Kenyamanan
Rasa sejahtera atau nyaman secara mental, fisik dan sosial.
Kelas 1. Kenyamanan fisik
Rasa sejahtera dan nyaman dan/atau bebas dari nyeri
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00214
Gangguan rasa nyaman
00133
Nyeri kronis
00183
Kesiapan meningkatkan rasa nyaman
00256
Nyeri persalinan
00134
Mual
00255
Sindrom nyeri kronis
00132
Nyeri akut
Kelas 2. Kenyamanan lingkungan
Rasa sejahtera atau nyaman didalam/ dengan lingkungannya
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00214
Gangguan rasa nyaman
00183
Kesiapan meningkatkan rasa nyaman
Kelas 3. Kenyamanan sosial
Rasa sejahtera atau nyaman dengan situasi sosialnya
Kode
Diagnosis
Kode
Diagnosis
00214
Gangguan rasa nyaman
00054
Risiko kesepian
00183
Kesiapan meningkatkan rasa nyaman
00053
Isolasi sosial

m. Domain XIII        : Pertumbuhan/Perkembangan
Peningkatan sesuai usia pada dimensi fisik, maturasi sistem organ, dan/ atau progresi sepanjang tahapan perkembangan.

Kelas 1. Pertumbuhan
Peningkatan pada dimensi fisik atau maturasi sistem organ
Kode
Diagnosis
00113
Risiko pertumbuhan tidak proporsional
Kelas 2. Perkembangan
Progresi atau regresi dalam urutan tahap kehidupan
Kode
Diagnosis
00112
Risiko keterlambatan perkembangan

E.     Keterkaitan NANDA / NOC dan NIC
Suatu kaitan adalah sebuah asosiasi hubungan yang ada antara pasien, keluarga, atau masalah komunitas (diagnosis keperawatan) dan outcome yang diinginkan (ketetapan atau perbaikan masalah). Secara umum kaitan diagnosis dan outcome membantu perawat  untuk memilih suatu outcome untuk masalah pasien yang spesifik berdasarkan definisi masalah, batasan karakteristik, dan faktor-faktor yang terkait diagnosis. Proses ini memfasilitasi penilaian kondisi pasien,memperbanyak pengambilan keputusan klinis, dan memperkuat penalaran diagnostik. Kaitan antara outcome dengan diagnosis keperawatan diidentifikasi pada bagian ini adalah pilihan – pilihan yang dapat dipilih perawat selama proses perencanaan perawatan.
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi tiga tipe utama diagnosis yang disediakan dalam klasifikasi NANDA-I: diagnosisi aktual, diagnosis keperawatan risiko, diagnosis keperawatan promosi kesehatan . untuk diagnosis keperawatan aktual, tiga kategori outcome disediakan. Kategori pertama memberikan outcome untuk mengukur ketetapan dan diagnosis keperawatan. Kategori kedua memberikan outcome tambahan untuk mengukur batasan karakteristik yang diidentifikasi untuk diagnosis keperawatan. Kategori ketiga mengidentifikasi outcome yang berhubungan dengan faktor-faktor terkait atau outcome menengah. Membagi outcome dengan komponen masing-masing diagnosis aktual NANDA-I membantu perawat untuk memilih outcome yang dapat mengukur outcome keseluruhan serta batasan karakteristik atau dampak dari faktor-faktor yang terkait untuk setiap diagnosis. Utnuk diagnosis keperawatan risiko kedua kategori outcome disediakan. Kategori pertama memberikan outcome untuk menilai dan mengukur kejadian aktual dari diagnosis. Kategori kedua dari outcome dikaitkn denfan faktor risiko. Hal ini memungkinkan perawat untuk menilai masalah potensial dan mengukur faktor-faktor risiko, merupakan kunci untuk seorang pasien yang berisiko untuk mngembangkan diagnosis. Untuk diagnosis promosi kesehatan hanya satu kategori dari outcome yang dibutuhkan. Tipe diagnosa ini memberikan hanya batasan karakteristik dalam klasifikasi NANDA-I. Setiap diagnosis memiliki suatu daftar outcome yang difokuskan pada pengukuran batasan karakteristik yang diidentifikasi.

F.     Taksonomi NOC dan NIC
Taksonomi dari intervensi keperawatan

DOMAIN 1 Fisiologi: Dasar
Perawatan yang mendukung fungsi fisik
DOMAIN 2 Fisiologi: Kompleks
Perawatan yang mendukung regulasi homeostatis
A.Manajemen Aktifitas dan latihan
Intervensi intervensi untuk mengatur atau membantu aktivitas fisik, konservasi dan pengeluaran energy.

B.Manajemen Eliminasi
Intervensi intervensi untuk membuat dan mempertahankan pola eleminasi urin dan pencernaan yang teratur dan mengatasi komplikasi akibat perubahan pola tersebut.

C.Manajemen Immobilisasi
Intervensi intervensi untuk mengatasi keterbatasan pergerakan tubuh dan kekambuhannya.

D.Dukungan Nutrisi
Intervensi intervensi untuk memodifikasi atau mempertahankan status nutrisi

E.Peningkatan Kenyaman Fisik
Intervensi intervensi untuk meningkatkan kenyamanan dengan menggunakan teknik fisik.

F.Fasilitasi Perawatan Diri
Intervensi intervensi yang menyediakan atau membantu aktiviitas rutin kehidupan sehari hari
G.Manajemen Elektrolit dan AsamBasa
intervensi intervensi untuk mengatur keseimbangan elektrolit/asam basa dan mencegah komplikasi

H.Manajemen Obat Obatan
Intervensi intervensi untuk memfasilitasi efek yang diharapkan dari agen farmakologi

I.Manajemen Neurologis
Intervensi intervensi untuk mengoptimalkan fungsi neurologis

J.Manajemen Perioperatif
Intervensi intervensi untuk memberikan perawatan sebelum, selama dan sesaat setelah proses pembedahan

K.Manajemen Pernafasan
Intervensi intervensi untuk meningkatkan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas

L.Manajemen Kulit/Luka
Intervensi intervensi untuk mempertahankan atau mengembalikan integritas jaringan


M.Termoregulasi
Intervensi intervensi untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal

N.Manajemen Perfusi Jaringan
Intervensi intervensi untuk mengoptimalkan sirkulasi darah dan cairan ke dalam jaringan.

DOMAIN 3 PERILAKU
Perawatan yang mendukung fungsi fisik
DOMAIN 4 KEAMANAN
Perawat yang mendukung perlindungan terhadap ancaman
O.Terapi Perilaku
Intervensi intervensi untuk memperkuat atau meningkatkan perilaku yang diharapkan atau merubah perilaku yang tidak diharapkan.

P.Terapi Kognitif
Intervensi intervensi untuk memperkuat atau meningkatkan fungsi kognitif yang diharapkan atau merubah fungsi kognitif yang tidak diharapkan.

Q.Peningkatan komunikasi
Intervensi intervensi untuk memfasilitasi pemberian dan penerimaan pesan verbal dan nonverbal y

R.Bantuan koping
Intervensi intervensi untuk membantu orang lain untuk membangun kekuatan diri untuk beradaptasi pada perubahan fungsi atau menerima tingkatan fungsi yang lebih tinggi.

S.Pendidikan pasien
Intervensi intervensi untuk memfasilitasi pembelajaran

T.Peningkatan Kenyamanan psikologis
Intervensi intervensi untuk meningkatkan kenyamanan dengan menggunakanteknik psikologis
U.Manajemen krisis
Intervensi intervensi yang memberikan bantuan jangka pendek segera baik dalam kondisi krisis psikologis maupun fisiologis.

V.Manajemen Risiko
Intervensi intervensi yang dilakukan untuk menurunkan risiko dan memantau risiko yang ada secara terus menerus sepanjang waktu.

DOMAIN 5 KELUARGA
Perawatan yang mendukung keluarga
DOMAIN 6 SISTEM KESEHATAN
Perawatan untuk mendukung penggunaan sistem pelayanan layanan kesehatan yang efektif.
W.Perawatan melahirkan
Intervensi intervensi untuk membantu dalam persiapan melahirkan dan mengatur perubahan psikologis dan fisiologis sebelum, selama, dan segera serelah melahirkan.

X.Perawat sepanjang hidup
Intervensi intervensi untuk memfasilitasi fungsi unit keluarga dan meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan anggota keluarga sepanjang kehidupan.

Y.Perawatan membesarkan anak
Intervensi intervensi untuk membantu dalam membesarkan anak-anak.
Z.Mediasi sistem kesehatan
Intervensi intervensi untuk memfasilitasi kesepakatan antara pasien/keluarga dan sistem pelayanan kesehatan

a.Manajemen sistem kesehatan
intervensi intervensi untuk menyediakan dan meningkatkan dukungan pemberian pelayanan (kesehatan).

b.Manajemen informasi
intervensi intervensi untuk memfasilitasi komunikasi terkait pelayanan kesehatan.

DOMAIN 7 KOMUNITAS
Perawatan yang mendukung kesehatan komunitas
c.Peningkatan kesehatan komunitas
intervensi intervensi untuk meningkatkan kesehatan seluruh masyarakat.

d.Manajemen risiko komunitas
intervensi intervensi yang membantu mendeteksi atau mencegah risiko kesehatan pada seluruh komunitas.

Contoh NIC
Manajemen Kejang
Definisi : Perawatan klien selama kejang dan keadaan tidak sadarkan diri.
Aktivitas-aktivitas
·         Pertahankan jalan nafas
·         Balikkan badan klien ke satu sisi
·         Pandu gerakan klien untuk mencegah terjadinya cedera
·         Monitor arah kepala dan mata selama kejang
·         Longgarkan pakaian
·         Tetap di sisi klien selama [klien mengalami] kejang
·         Pasang IV line dengan benar
·         Berikan oksigen dengan benar
·         Monitor status neurologis
·         Monitor tanda-tanda vital
·         Orientasikan [pasien] kembali setelah kejang
·         Catat lama kejang
·         Catat karakteristik kejang (misalnya, keterlibatan anggota tubuh, aktivitas motorik, dan kejang progresif)
·         Dokumentasikan informasi mengenai kejang
·         Berikan obat-obatan dengan benar
·         Berikan obat anti kejang dengan benar
·         Monitor tingkat obat-obatan anti epilepsi dengan benar
·         Monitor durasi periode ketidaksadaran dan karakteristiknya

G.    Pemilihan Intervensi
a.           Hasil yang diinginkan pasien :
          Pencapaian hasil pasien harus ditentukan sebelum dilakukan pemilihan intervensi. Outcome ini berperan sebagai suatu criteria terhadap penilaian keberhasilan dari intervensi keperawatan yang dilakukan. Pencapaian outcome menggambarkan perilaku, tanggapan, dan perasaan pasien dalam menanggapi tindakan perawatan yang diebrikan oleh perawat. Banyak variable yang mempengaruhi outcome, termasuk diantaranya adalah masalah klinik; intervensi yang ditentukan oleh penyedia pelayanan kesehatan; penyedia perawatan kesehatan; lingkungan diman perawatan diterima oleh pasien; motivasi pasien itu sendiri, struktur genetic, patofisiologi dan orang-orang terdekat pasien(significant  others/SO). Terdapat banyak intervensi atau mediasi variabel dalam setiap situasi, sehingga pada beberapa kasus, sulit untuk mengetahui hubungan sebab akibat antaraintervensi keperawatan dan outcome yang dicapai pasien. Perawat harus mengidentifikasi setiap outcome pasien yang mungkin dapat diharapkan dan dapat dicapai sebagai hasil dari asuhan keperawatan yang diimplementasikan.
          Cara yang paling efektif untuk menentukan outcome adalah dengan menggunakan Nursing Outcome Classification(NOC).40 NOC terdiri dari 490 hasil pencapaian bagi individu, keluarga dan masyarakat yang mewakili umtuk semua tatanan dan spesialis klinis. Setiap outcome NOC menggambarkan kondisi pasien di tingkat koseptual dengan adanya indicator untuk setiap outcome yang diharapkan berespon terhadap intervensi keperawatan. Indicator untuk setiap outcome memungkinkan adanya pengukuran outcome dengan menggunakan 5-poin skala likert dari skala yang paling negative  ke skala yang paling positif. Skala pencapaian yang terus berulang seiring waktu akan menunjukan adanya perubahan pada kondisi pasien. Sehingga, outcome NOC digunakan dalam rangka memonitor seberapa besar perkembangan kemajuan pasien, atau justru mungkin terjadi kemunduran dalam perkembangan pasien selama proses perawatan. Outcomes NOC dikembangkan sehingga dapat digunakan dalam semua kondisi, semua area spesialisasi, dan disepanjang proses perawatan pasien. Contoh outcome NOC pada label “Status Kenyamanan” dapat dilihat dalam kotak 2-1 yang menunjukan adanya label, definisi, indicator, dan skala pengukuran. Outcomes NOC juga terkait dengan diagnose keperawatan NANDA Internasional (NANDA-I), dan kaitannya dapat dilihat dibagian belakang buku NOC. Intervensi NIC juga terkait dengan outcomes NOC dan diagnose keperawatan NANDA-I dan semua kaitan ini dapat dipelajari di dalam satu buku yang berjudul NOC-NIC linkages to NANDA-I and clinical conditions: supporting critical reasoning and quality of care.
b.          Karakteristik diagnosa keperawatan :
          Outcomes dan intervensi dipilih karena berhubungan dengan diagnose keperawatan tertentu. Penggunaan bahasa keperawatan yang terstandar/seragam dimulai pada sekitar awal tahun 1970an, diawali dengan adanya penngembangan klasifikasi diagnose keperawatan NANDA. Diagnose keperawatan berdasarkan NANDA-I merupakan “ pertimbangan klinis mengenai pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap adanya masalah kesehata/ proses kehidupan baik yang actual maupun potensial” dan NANDA-I juga menyediakan data dasar dalam pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai outcome dimana perawat mempunyai tanggung jawab penuh didalamnya41. Elemen pernyataan diagnosis NANDA-I actual terdiri dari label, faktor yang berhubungan (penyebab dan faktor yang berhubungan) serta batasan karakteristik (tanda dan gejala). Intervensi sebaiknya langsung mengarah kepada kerusakan/gangguan pada faktor penyebab(faktor yang berhubungan dengan) atau penyebab diagnosis. Jika intervensi yang dilakukan berhasil mengatasi penyebab/etiologi, maka status pasien diharapkan akan membaik. Namun terkadang faktor penyebab tidak bisa selalu diubah dan jika hal ini terjadi, maka sangat penting bagi perawat untuk mengatasi batasan karakteristik(tanda dan gejala).
          Untuk membantu memilih intervensi keperawatan yang tepat, bagian enam dalam buku ini telah menyiapkan daftar intervensi yang utama dan yang dianjurkan untuk dapat mengatasi diagnose keperawatan NANDA-I. selanjutnya, buku dengan judul NOC-NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions; Supporting Clibical Reasoning and Quality Care32 yang ada saat ini merupakan sumber yang penting sebagi refrensi untuk mengidentifkasi outcomes dan intervensi pada semua diagnose keperawatan NANDA-I maupun 10 kondisi umum misalnya pada asma, PPOK, kanker kolon dan rectum, depresi, diabetes mellitus, gagal jantung, hipertensi pneumonia, stroke dan penggantian sendi total; panggul/lutut.
c.           Intervensi berbasis riset
          Institute Of Medicine (IOM) dalam laporannya dengan judul Health Proffesions Education: A Bridge to Quality25 memaparkan beberapa perubahan yang terjadi pada pendidikan semua bidang kesehatan professional, dimana dalam proses pendidikannya, semua bidang kesehatan professional harus memasukan materi penggunaan praktik berbasis bukti ilmiah (evidence based practice/EBP). Lembaga Riset dan Pelayanan Kesehatan,IOM, dan lembaga pemerintah lainnya merupakan tempat yang menetap bahwa panduan klinis harus menggunakan EBP sebagai dasar pemberian perawatan kesehatan.24 lembaga-lembaga ini memberikan penekanan pada pilihan intervensi yang didukung oleh adanya bukti ilmiah penelitian yang harapan nya akan meningkatkan outcome pasien dan praktik pelayanan di tatanan klinis. Pengembangan keterampilan perawat saat ini dirasa sangat penting, sehingga hal ini menuntut perawat untuk secara terus menerus melihat kembali apakah pelayanan keperawatan yang diberikan saat ini adalah merupakan praktik klinis terbaik. Untuk mengetahui apakah praktik tersebut merupakan praktik terbaik, bukti ilmiah berbasis penelitian harus diketahui dan dgunakan dalam memilih intervensi. Maka secara tidak langsung, perawat yang menggunakan intervensi merasa familiar dengan konsep penelitian itu sendiri. Melalui penelitian, keefetifan intervensi yang dipilih pada berbagai jenis  pasien dapat diketahui. Beberapa intervensi dan aktivitas keperawatan sudah diteliti dan disusun berdasarkan keilmuan para klinisi yang handal. Buku saku diagnose keperawatan seperti Ackley dan Ladwig1, menyajikan refrensi penelitian
d.             Visibilitas dalam mempraktikan intervensi :
          Pertimbangan visibilitas meliputi bagaimana suatu intervensi berkaitan dengan intervensi yang lain, baik intervensi keperawatan maupun intervensi dari tenaga kesehatan yang lain. Penting untuk diingatkan disini bahwa perawat terlibat dalam keseluruhan rencana perawatan pasien. Pertimbangan yang lainnya adalah biaya yang akan dikeluarkan dan waktu yang diperlukan untuk mengimplementasikan intervensi tersebut. Dalam pemilihan intervensi keperawatan yang tepat, perawat juga harus mempertimbangkan intervensi dari tenaga kesehatan lain, biaya yang dikeluarkan, dan estimasi waktu yang diperlukan.


e.              Penerimaan pasien
          Intervensi yang dipilih harus diterima pasien dan keluarga. Perawat sering merekomendasikan pilihan intervensi dalam rangka membantu pasien mencapai outcome yang diharapkan. Untuk memfasilitasi pasien dalam memilih intervensi, pasien harus diberikan informasi yang adekuat mengenai setiap intervensi terkait dan bagaimana sebaiknya pasien berpartisipasi dalam tindakan tersebut. Hal yang menjadi paling pertimbangan utama dalam pemilihan intervensi adalah nilai, kepercayaan, dan kebudayaan pasien harus dipertimbangkan pada saat memilih intervensi.
f.               Kemampuan perawat
          Perawat harus mampu memberikan intervensi keperawatan tertentu. Untuk menjadi perawat yang komponen dalam tindakan keperawatan, perawat harus: (1) mempunyai ilmu pengetahuan mengenai alas an ilmiah dan rasional untuk setiap intervensi keperawatan, (2) memiliki kemampuan psikomotor dan interpersonal, (3) mampu melakukan fungsinya dalam tatanan khusu untuk secara efektif menggunakan sumber-sumber perawatan kesehatan.9 sangat jelas sekali terlihat, bahwa dari total 5544 intervensi keperawatan yang disajikan, sangat mustahil jika hanya dilakukan oleh satu orang perawat.
          Keperawatan, seperti cabang ilmu kesehatan lainnya, merupakan sebuah profesi dimana setiap perawat mempunyai keahlian tertentu dan mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan.
Setelah mempertimbangkan setiap faktor diatas untuk pasien tertentu, perawat kemudian akan memilih intervensi. Tahap ini tidak serumit dan tidak Selama yang dibayanngka. Benner menyatakan bahwa mahasiswa keperawatan dan perawat pemula harus mencermati hal-hal diatas secara detail dan sistematis. Seiring berjalannya waktu, perawat akan mampu mensistesis informasi dan menemukan pola yang sesuai secara cepat. Satu keuntungan dari metode pengklasifikasian terutama bagi perawat pemula, yakni cara ini dapat memfasilitasi proses belajar mengajar dalam pengambilan keputusan. Dengan menggunakan bahasa keperawatan yang seragam/standar dalam menyebutkan intervensi keperawatan, bukan berarti kita berhenti memberikan perawatan secara personal kepada setiap individu. Tetapi justru, intervensi keperawatan dibuat untuk beragam individu dengan mempertimbangkan berbagai pilihan aktivitas dan memodifikasi aktivitas tersebut berdasarkan usia pasien, status fisik, social, emosional, dan spiritual pasien dan keluarga. Modifikasi ini dibuat oleh perawat dengan menggunakan pertimbangan klinis.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Keterampilan dokumentasi yang efektf memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat.
Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan inset lebih tanjut. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikas masalah, perencanaan, dan tindakan. Perawat kemudian Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya.
Perawat memerlukan sesuatu keterampilan untuk memenuhi standar dokumentasi. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitasn dan kwantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar dokumentasi berguna untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktek pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan.

B.     Saran
Melalui makalah ini kami ingin menyampaikan saran kepada pembaca khususnya kepada mahasiswa agar dapat memahami materi mengenai model dokumentasi nanda nic noc.


DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G dkk. 2016. Nursing Interventions Classification, 6th Indonesian edition. CV. Mocomedia : Yogyakarta
Heather, T.H dan Shigemi Kamitsuru. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10. EGC : Jakarta
Hidayat.2009. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Jasun. (2006). Aplikasi proses keperawatan dengan pendekatan, Nanda NIC, NOC dalam  sistem informasi manajemen keperawatan .
Moorhead, S dkk. 2016. Nursing Outcome Classification, 5th Indonesia edition. CV. Mocomedia: Yogyakarta
Nanda.2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba Medika


No comments:

Post a Comment