Wednesday 27 March 2019

MAKALAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama Islam, sebab kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama yang artinya “tunduk patuh”, mempunyai makna “tunduk patuh kepada kehendak atau ketentuan Allah”.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian dari Ilmu?
2.      Apakah klasifikasi dan karakter ilmu dalam islam?
3.      Kewajiban menuntut ilmu?
4.      Apakah sumber ilmu pengetahuan dalam islam?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai syarat penilaian mata kuliah Agama dan untuk mengetahui seberapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam Islam, serta diharapkan dapat memberi manfaat dan dapat dipahami oleh pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Ilmu dan Ilmu Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan. Sedangkan menurut And English Reader’s Dictionary, Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by observation and testing of fact yang artinya ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam sebuah sistem khususnya didapat dari observasi dan pemeriksaan fakta, dan menurut Webster’s Super New School and Office Dictionary, dikatakan bahwa Science is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment yang memiliki arti kurang lebih sama dengan pengertian ilmu yang dijabarkan di buku And English Reader’s Dictionary.
Pengertian Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an, ada dalam surat:
QS. Al-Mujadalah, 58 : 11.
يَاَيُّهاَالَّذِيْنَ أَمَنُوْا إِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّخُوْا فِيْ الْمَجَالِسِ فَافْسَخُوْا يَفْسَخِ اللهُ لَكُمْ، وَإِذَا قِيْلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا مِنْكُمْ، وَالَّذِيْنَ أُتُواالْعِلْمَ دَرَجَاتٍ، وَاللهُ بِمَا تَعءمَلُوْنَ خَبِيْرٌ(المجادله:١١)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan keoadamu:”berlapang-lapanglah kamu dalam majelis”, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:”berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah, 58:11)
·         QS. Al-Fathir, 35:27-28.
اَلَمْ تَرَ أَنَّ اللهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً، فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُّخْتَلِفًا اَلْوَانُهَا، وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيْضٌ وَحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَنُهَا وَ غَرَابِيْبُ سُوْدٌ (٢٧) وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهُ كَذَلِكَ، إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَائُوْا، إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ(٢٨)
Artinya: Tidaklah kamu melihat bahwasannya Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Fathir, 35:27-28)

B.       Kedudukan akal dan Wahyu dalam Islam
Kedudukan antara wahyu dalam Islam sama-sama penting. Karena Islam tak akan terlihat sempurna jika tak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal ini sangat berpengaruh dalam segala hal dalam Islam. Dapat dilihat dalam hukum Islam, antar wahyu dan akal ibarat penyeimbang. Andai ketika hukum Islam berbicara yang identik dengan wahyu, maka akal akan segerah menerima dan mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai akan suatu tindakan yang terkena hukum tersebut.karena sesungguhnya akal dan wahyu itu memiliki kesamaan yang diberikan Allah namun kalau wahyu hanya orang-orang tertentu yang mendapatkanya tanpa seorangpun yang mengetahu, dan akal adalah hadiah terindah bagi setiap manusia yang diberikan Allah.
Dalam Islam, akal memiliki posisi yang sangat mulia. Meski demikian bukan berartiakal diberi kebebasan tanpa batas dalam memahami agama. Islam memiliki aturan untuk menempatkan akal sebagaimana mestinya. Bagaimanapun, akal yang sehat akan selalucocok dengan syariat Islam dalam permasalahan apapun. Dan Wahyu baik berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari Allah SWT, pribadi Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan wahyu ini, memainkan peranan yang sangat penting dalam turunnya wahyu. Wahyu mmerupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpamengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum ataukhusus.Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip akal. Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah-pisah.Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia. baik perintah maupun larangan. Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.
Namun tidak selalu mendukung antara wahyu dan akal, karena seiring perkembangan zaman akal yang semestinya mempercayai wahyu adalah sebuah anugrah dari Allah terhadap orang yang terpilih, terkadang mempertanyakan keaslian wahyu tersebut. Apakah wahyu itu benar dari Allah ataukah hanya pemikiran seseorang yang beranggapan smua itu wahyu. Seperti pendapat Abu Jabbar bahwa akal tak dapat mengetahui bahwa upah untuk suatu perbuatan baik lebih besar dari pada upah yang ditentukan untuk suatu perbuatan baik lain, demikian pula akal tak mengetahui bahwa hkuman untuk suatu perbuatan buruk lebih besar dari hukuman untuk suatu perbuatan buruk yang lain. Semua itu hanya dapat diketahui dengan perantaraan wahyu. Al-Jubbai berkata wahyulah yang menjelaskan perincian hukuman dan upah yang akan diperoleh manusia di akhirat.
Karena Masalah akal dan wahyu dalam pemikiran kalam sering dibicarakan dalam konteks, yang manakah diantara kedua akal dan wahyu itu yang menjadi sumbr pengetahuan manusia tentang tuhan, tentang kewajiban manusia berterima kasih kepada tuhan, tentang apa yang baik dan yang buruk, serta tentang kewajiban menjalankan yang baik dan menghindari yang buruk. Maka para aliran Islam memiliki pendapat sendiri-sendiri antra lain:[4]
1.      Aliran Mu’tazilah sebagai penganut pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa akal mmpunyai kemampuan mengetahui empat konsep tersebut.
2.      Sementara itu aliran Maturidiyah Samarkand yang juga termasuk pemikiran kalam tradisional, mengatakan juga kecuali kewajiban menjalankan yang baik dan yang buruk akan mempunyai kemampuan mengetahui ketiga hal tersebut.
3.      Sebaliknya aliran Asy’ariyah, sebagai penganut pemikiran kalam tradisional juga berpendapat bahwa akal hanya mampu mengetahui tuhan sedangkan tiga hal lainnya, yakni kewajiban berterima kasih kepada tuhan, baik dan buruk serta kewajiban melaksanakan yang baik dan menghindari yang jahat diketahui manusia berdasarkan wahyu.
4.      Sementara itu aliran maturidiah Bukhara yang juga digolongkan kedalam pemikiran kalam tradisional berpendapat bahwa dua dari keempat hal tersebut yakni mengetahui tuhan dan mengetahui yang baik dan buruk dapat diketahui dngan akal, sedangkan dua hal lainnya yakni kewajiaban berterima kasih kepada tuhan serta kewajiban melaksanakan yang baik serta meninggalkan yang buruk hanya dapat diketahui dengan wahyu.
Adapun ayat-ayat yang dijadikan dalil oleh paham Maturidiyah Samarkand dan mu’tazilah, dan terlebih lagi untuk menguatkan pendapat mereka adalah surat as-sajdah, surat al-ghosiyah ayat 17 dan surat al-a’rof ayat 185. Di samping itu, buku ushul fiqih berbicara tentang siapa yang menjadi hakim atau pembuat hukum sebelum bi’sah atau nabi diutus, menjelaskan bahwa Mu’tazilah berpendapat pembuat hukum adalah akal manusia sendiri. dan untuk memperkuat pendapat mereka dipergunakan dalil al-Qur’an surat Hud ayat 24.Sementara itu aliran kalam tradisional mngambil beberapa ayat Al-qur’an sebagai dalil dalam rangka memperkuat pendapat yang mereka bawa . ayat-ayat tersebut adalah ayat 15 surat al-isro, ayat 134 surat Taha, ayat 164 surat An-Nisa dan ayat 18 surat Al-Mulk.
Dalam menangani hal tersebut banyak beberapa tokoh dengan pendapatnya memaparkan hal-hal yang berhubungan antara wahyu dan akal. Seperti  Harun Nasution menggugat masalah dalam berfikir yang dinilainya sebagai kemunduran umat Islam dalam sejarah. Menurut beliau yang diperlukan adalah suatu upaya untuk merasionalisasi pemahaman umat Islam yang dinilai dogmatis tersebut, yang menyebabkan kemunduran umat Islam karena kurang mengoptimalkan  potensi akal yang dimiliki. bagi Harun Nasution agama dan wahyu pada hakikatnya hanya dasar saja dan tugas akal yang akan menjelaskan dan memahami agama tersebut.

C.      Klasifikasi dan Karakter Ilmu dalam Islam
Akal menghasilkan ilmu, dan ilmu berkembang dalam masa keemasan sejarah Islam. Agar dapat dipelajari dengan baik dan benar. Sebagian klasifikasi ilmu itu asli dan berpengaruh, tetapi sebagian lagi hanyalah pengulangan klasifikasi sebelumnya yang kemudian dilupakan orang. Pada massa Al-Farabi, Al-Gazali, Qutubuddin telah berhasil mengklasifikasikan ilmu Islam menjadi beberapa bagian. Ketiga tokoh tersebut adalah orang- orang pendiri terkemuka aliran intelektual dan mereka tumbuh dan berkembang dalam periode-periode penting sejarah Islam. Adapun mereka telah mengklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yakni :
1.        Menurut Al-Farabi, perincian klasifikasinya yakni sebagai berikut :
·         Ilmu Bahasa
·         Ilmu Logika
·         Ilmu Matematis
·         Metafisika
·         Ilmu Politik, Ilmu Fiqih dan Ilmu Kalam
Karakteristik klasifikasi Ilmu Al-Farabi adalah sebagai berikut:
1)      Para pengkaji dapat memilih subjek-subjek yang benar-benar membawa manfaat bagi dirinya.
2)      Memungkinkan seseorang belajar tentang hierarki
3)      Memberikan sarana yang bermanfaat dalam menentukan sejauh mana spesialisasi dapat ditentukan secara benar.
4)      Memberikan informasi kepada para pengkaji tentang apa yang seharusnya dipelajari sebelum seseorang dapat mengklaim diri ahli dalam suatu ilmu tertentu.
2.      Menurut Al-Gazali, perincian klasifikasinya yakni sebagai berikut :
·         Ilmu teoritis dan ilmu praktis
Ilmu teoritis adalah ilmu yang menjadikan keadaan-keadaan yang wujud diketahui sebagaimana adanya.
Ilmu praktis berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia untuk memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
b.      Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai
Ilmu yang dihadirkan adalah bersifat langsung, serta merta, suprarasional ( diatas atau diluar jangkauan akal ), intuitif ( berdasar bisikan hati ), dan kontemplatif ( bersifat renungan ). Dia biasa menyebut dengan ilmu ladunni
Ilmu yang dicapai adalah ilmu yang dicapai oleh akal pikiran manusia (ilmu insani)


c.       Ilmu keagamaan dan ilmu intelektual
Ilmu keagamaan adalah ilmu-ilmu yang diperoleh dari para nabi, tidak hadir dari akal pikiran manusia biasa.
Ilmu intelektual adalah berbagai ilmu yang dicapai atau diperolek melalui kemampuan intelek ( daya atau kecerdasan berpikir ).
d.      Ilmu fardu ‘ain dan ilmu fardu kifayah
Ilmu fardu ‘ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah.
Ilmu fardu kifayah  lebih kepada hal-hal yang merupakan perintah ilahi yang bersifat mengikat komunitas ( kelompok orang ) muslim dan muslimat menjadi satu kesatuan.
3.      Menurut Qutubuddin Al-Syirazi, perincian klasifikasinya yakni sebagai berikut :
·         Ilmu – ilmu filosofis ( kefilsafatan )
·         Ilmu-ilmu nonfilosofi adalah ilmu-ilmu religius atau termasuk dalam ajaran wahyu.    
Klasifikasi dari ke-3 tokoh tersebut terhadap ilmu pengetahuan, berpengaruh sampai kini. Di tanah air kita sering mendengar klasifikasi ilmu dengan : ilmu agama dan ilmu umum.
Menurut Al-Qur’an ilmu dibagi menjadi 2, yaitu :
a.       Ilmu ladunni, yakni ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia.
b.      Ilmu insani, yakni ilmu yang diperoleh karena usaha manusia.

D.      Kewajiban Menuntut Ilmu
Nah, tahukah Anda bahwa di dalam Islam, menuntut ilmu itu wajib hukumnya, sebagaimana Nabi bersabda. “Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (HR.Bukhari).
Ditambah lagi dalam firman Allah “Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan manusia juga di hadapan-Nya”.Selain itu Allah juga menegaskan bahwa akan mengangkat derajat orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Seperti di bawah ini
” ….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).
Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (Az-Zumar:9)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah:11).
Menuntut ilmu itu pahalanya begitu besar:
“Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penunutu ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (Dari hadits yang panjang riwayat Muslim)
“Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam sabilillah hingga kembali.” (HR. Tirmidzi, hasan)
“Barangsiap menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan pahamkan dia dalam (masalah) dien (agama).” (HR.Bukhari)
Dalam hadits lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan masyarakat baik di dunia mau pun di akhirat.
Rasulullah saw bersabda: “Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan orangtuanya.” (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra)
Allah berfirman, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS Lukman [31] : 27)
Bagaimana dengan orang yang selalu mengamalkan ilmunya?
“Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya, serta penghuni langit dan bumi, hingga semut yang ada pada lubangnya, dan ikan hiu yang ada di lautan akan membacakan shalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (Merupakan bagian dari hadits Abu Umamah di atas.).
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa mengajar orang lain kepada suatu petunjuk, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melaksanakan petunjuk itu, tanpa mengurangi pahala mereka sama sekali.”
Nabi bersabda, ”Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalan nya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan neraka“.

E.       Sumber Ilmu Pengetahuan
Melihat dari pyramid di atas, ilmu pegetahuan diperoleh dari berbagai sumber. Perkara ini menjelaskan tiada kekangan atau sempada untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sebuah hadist telah diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar: “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut.”
Oleh demikian, sumber ilmu telah di klasifikasikan kepada beberapa jenis agar manusia faham akan sumber dan konsep ilmu pengetahuan. Wahyu diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada pesuruhNya. Ia merupakan teras kepada segala ilmu, dimana ia telah diturunkan dan dikumpulkan di dalam Al-Qur’an. Wahyu yang diturunkan mengandungi segala ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh manusia untuk kemaslahatan hidup serta perkara ghaib yang tidak terjangkau oleh akal manusia.
Dengan akal manusia dapat menimbang dan membedakan antara yang baik dan buruk walaupun mungkin ianya tidak bersifat kebenaran mutlak namun memadai untuk mengatasi masalah kehidupan seharian. Semua makhluk ciptaan Allah dikaruniakan otak, namun hanya manusia yang dikaruniakan akal supaya dapat berpikir dan menerpakan sifat perikemanusiaan di dalam diri.
Allah telah menciptakan manusia dengan lima pancaindra yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk beribadah kepada Allah SWT. Pancaindra juga merupakan sumber untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Ia digunakan melalui beberapa percobaan dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan.
Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagai berikut.
1.        Al-Qur’an dan Sunnah:
Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya adalah langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested interest apapun, karena ia diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga tentang kewajiban mengambil ilmu dari keduanya, disampaikan Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan ayat-ayat-Nya (QS 12/1-3) dan menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala hal (QS 33/21).
2. Alam semesta:
Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta (QS 3/190-192) dan mengambil berbagai hukum serta manfaat darinya, diantara ayat2 yang telah dibuktikan oleh pengetahuan modern seperti[1] :
·         Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11).
·         Ayat tentang urutan penciptaan (QS 79/28-30):
Kegelapan (nebula dari kumpulan H dan He yang bergerak pelan), adanya sumber cahaya akibat medan magnetik yang menghasilkan panas radiasi termonuklir (bintang dan matahari) → pembakaran atom H menjadi He lalu menjadi C lalu menjadi O baru terbentuknya benda padat dan logam seperti planet (bumi) panas turun menimbulkan kondensasi baru membentuk air baru mengakibatkan adanya kehidupan (tumbuhan).
·         Ayat bahwa bintang2 merupakan sumber panas yang tinggi (QS 86/3), matahari sebagai contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat C.
·         Ayat tentang teori ekspansi kosmos (QS 51/47).
·         Ayat bahwa planet berada pada sistem tata surya terdekat (sama ad-dunya) (QS 37/6).
·         Ayat yang membedakan antara planet sebagai pemantul cahaya (nur/kaukab) dengan matahari sebagai sumber cahaya (siraj) (QS 71/16).
·         Ayat tentang gaya tarik antar planet (QS 55/7).
·         Ayat tentang revolusi bumi mengedari matahari (QS 27/88).
·         Ayat bahwa matahari dan bulan memiliki waktu orbit yang berbeda2 (QS 55/5) dan garis edar sendiri2 yang tetap (QS 36/40).
·         Ayat bahwa bumi ini bulat (kawwara-yukawwiru) dan melakukan rotasi (QS 39/5).
·         Ayat tentang tekanan udara rendah di angkasa (QS 6/125).
·         Ayat tentang akan sampainya manusia (astronaut) ke ruang angkasa dengan ilmu pengetahuan (QS 55/33).
·         Ayat tentang jenis-jenis awan, proses penciptaan hujan es dan salju (QS 24/43).
·         Ayat tentang bahwa awal kehidupan dari air (QS 21/30).
·         Ayat bahwa angin sebagai mediasi dalam proses penyerbukan (pollen) tumbuhan (QS 15/22).
·         Ayat bahwa pada tumbuhan terdapat pasangan bunga jantan (etamine) dan bunga betina (ovules) yang menghasilkan perkawinan (QS 13/3).
·         Ayat tentang proses terjadinya air susu yang bermula dari makanan (farts) lalu diserap oleh darah (dam) lalu ke kelenjar air susu (QS 16/66), perlu dicatat bahwa peredaran darah baru ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah wafatnya nabi Muhammad SAW.
·         Ayat tentang penciptaan manusia dari air mani yang merupakan campuran (QS 76/2), mani merupakan campuran dari 4 kelenjar, testicules (membuat spermatozoid), vesicules seminates (membuat cairan yang bersama mani), prostrate (pemberi warna dan bau), Cooper & Mary (pemberi cairan yang melekat dan lendir).
·         Ayat bahwa zyangote dikokohkan tempatnya dalam rahim (QS 22/5), dengan tumbuhnya villis yang seperti akar yang menempel dpada rahim.
·         Ayat tentang proses penciptaan manusia melalui mani (nuthfah) zygote yang melekat (’alaqah) segumpal daging/embryo (mudhghah) dibungkus oleh tulang dalam misenhyme (’izhama) tulang tersebut dibalut
oleh otot dan daging (lahma) (QS 23/14).
3. Diri manusia:
Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang proses penciptaannya, baik secara fisiologis/fisik (QS 86/5) maupun psikologis/jiwa manusia tersebut (QS 91/7-10).
4. Sejarah:
Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya melalui lembar sejarah (QS 12/111). Jika manusia masih ragu akan kebenaran wahyu-Nya dan akan datangnya hari pembalasan, maka perhatikanlah kaum Nuh, Hud, Shalih, Fir’aun, dan sebagainya, yang kesemuanya keberadaannya dibenarkan dalam sejarah hingga saat ini.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Kesimpulannya ilmu boleh diperolehi dari berbagai sumber dan berbagai cara. Sebagaimana yang telah dinyatakan sumber-sumber ilmu menurut Islam. Walaubagaimanapun, konsep budaya ilmu di dalam Islam menitikberakan soal amalan membaca. Melalui pembacaan, kita memeroleh informasi-informasi yang tidak diterima melalui ceramah atau kuliah.


DAFTAR PUSTAKA


Asmadi, 2008. KONSEP DASAR KEPERAWATAN. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
Atang, Metodologi Study Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, tt.
http://iffah-althafunnisa.blogspot.com/2013/02/kedudukan-ilmu-dalam-islam_9765.html
Nasution, Harun Teologi Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), Jakarta: UI Press,1986.
Salim, Muhammad Ibrahim.2002. Perempuan-Perempuan Mulia Di Sekitar Rasulullah Saw.Jakarta: Gema insane
www.google.com// pengertian akal dan wahyu.ic.id diakses selasa, tanggal 3 Desember 2013.


No comments:

Post a Comment