Wednesday 27 March 2019

Makalah KONSEP KEBUTUHAN SEKSUALITAS

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok dalam membuat makalah yang berjudul “KONSEP KEBUTUHAN SEKSUALITAS.”  Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi kelompok kami.
Makalah ini disususun berdasarkan hasil diskusi kelompok kerja kami dan pengupulan data dari beberapa buku panduan  yang ada, serta dengan bantuan dari dunia maya yaitu melalui situs internet, dan yang lainnya.
kami menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu dengan adanya bantuan dari semua pihak yang terkait.
Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha menyajikan semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, maka kami mengharapkan masukan ataupun saran dari Dosen pembimbing serta teman-teman lainnya dalam menyempurnakan penulisan makalah kami agar dapat bermamfaat bagi seluruh pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.


Aceh Besar,    Maret 2018


Penulis


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.    Tujuan........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A.    Pengertian Kebutuhan Seksual..................................................................... 2
B.    Perkembangan seksual.................................................................................. 2
C.    Kasus Penyimpangan Seksual ..................................................................... 6
D.    Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual..................................... 8
E.     Beberapa Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas........................ 8
F.     Disfungsi Seksual pada Pria dan Wanita..................................................... 9
G.    Asuhan Keperawatan Pada Masalah Seksual............................................. 11

BAB III PENUTUP............................................................................................. 19
A.    Kesimpulan................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Lingkupanseksualitas suatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatanhubungan fisik seksual. Kondisi Seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran kualitaskehidupan manusia, terkait dengan perasaan paling dalam, akrab dan intim yang berasal darilubuk hati yang paling dalam, dapat berupa pengalaman, penerimaan dan ekspresi dirimanusia.Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yangseringdisebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untukperempuan.
Seksualitasmenyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dankultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alatkelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organreproduksi dan dorongan seksual (BKKBN, 2006).
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimanamenjalankanfungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis (BKKBN, 2006).Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentukpandangan tentang seksualitasyang akhirnya membentuk perilaku seks (BKKBN, 2006)
Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yangmuncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual (BKKBN, 2006).

B.     Tujuan
Tujuan di tulisnya makalah ini diantaranya untuk :
a.        Mengetahui macam-macam bentuk disfungsi seksual pria dan wanita
b.        Mengetahui penyimpangan dan bentuk abnormalitas pada seksual
c.        Mengetahui asuhan keperawatan pada masalah seksual
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Kebutuhan Seksual
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara dua individu tersebut.
Seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda :
Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi.
Seks adalah menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada laki-laki dan  perempuan, hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual genital).
Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif yang memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO, 1975).

B.       Perkembangan seksual
Perkembangan seksual  di awali dari masa pre natal dan bayi, kanak-kanak, masa pubertas, masa dewasa muda dan pertengahan umur, serta dewasa.
1.    Masa prenatal dan bayi.
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang. Berkembangnya organ seksual mampu merespon rangsangan, seperti adanya ereksi penis pada laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang. Menurut Sigmund Freud, tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
a.    Tahap Oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan atau kenikmatan dapat dicapai dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah, atau bersuara. Anak memiliki ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang di peroleh pada masa ini adalah masalah menyapih dan makan.
b.    Tahap Anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini terjadi pada saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukan keakuannya, sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah dapat di latih dalam hal kebersihan.
  1. Masa Kanak-kanak
Masa ini di bagi dalam usia prasekolah, dan sekolah. Perkembangan seksual pada masa ini di awali secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
a.    Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun. Kepuasan anak terletak pada rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa erogennya. Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak laki-laki cenderung lebih suka sama ibunya dari pada ayahnya, sebaliknya anak perempuan lebih suka ayahnya. Anak mulai dapat mengidentifikasi jenis kelamin dirinya, apakah laki-laki atau perempuan, belajar melalui interaksi dengan figur orang tua, serta mulai
b.    Tahap Laten, terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial, seperti suka berhubungan dengan kelompoknya atau teman sebaya, dorongan libido mulai berbeda. Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal seksual melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca atau berfantasi


  1. Masa Pubertas / Remaja
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan akan terjadi kematangan secara psikososial. Terjadinya perubahan secara psikologis ini ditandai dengan adanya perubahan dalam citra tubuh (body image) , perhatian yang cukup besar terhadap fungsi  tubuh, pembelajaran tentang perilaku, kondisi sosial, dan perubahan lain, seperti perubahan berat badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu di pubis, buah dada atau mentruasi bagi wanita. Tahap yang di sebut oleh Freud sebagai tahap genital ini terjadi pada umur 12 - 18 tahun. Kepuasan anak pada tahap ini akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis
  1. Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur.
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri seks sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan hormonal; pada wanita di tandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payudara dan jaringan vagina, penurunan cairan vagina, selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi ereksi; pada pria di tandai dengan penurunan ukuran penis serta penurunan semen. Dari perkembangan psikososial, sudah mulai terjadi hubungan intim antara lawan jenis, proses pernikahan dan memiliki anak, sehingga terjadi perubahan peran.
  1. Masa Dewasa Tua
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah atrofi pada vagina dan dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan penurunan intensitas orgasme pada wanita; sedangkan pada pria akan mengalami penurunan produksi sperma, berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi, dan pembesaran kelenjar prostat.
Pola Fungsi Seksua
1.    Seksual yang Sehat Meliputi :
·      Bebas dari gangguan fisik maupun psikologis.
·      Bersikap positif terhadap seksual.
·      Mempunyai pengetahuan yang akurat tentang seksualitas
·      Kesesuaian antara jenis kelamin, identitas, dan peran .
2.    Karakteristik Kesehatan Seks :
·      Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan meniadakan kekerasan, eksploitasi dan penyalahgunaan seksual.
·      Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri terhadap penampilan pribadi
·      Merupakan hubungan biologis yang paling intim antara dua individu yang mempunyai tujuan
·      Mendapatkan keturunan (reproduksi)
·      Memenuhi kebutuhan biologis (rekreasi)
·      Mampu membina hubungan efektif dengan orang lai
·      Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi, sentuhan, emosional dan cinta
3.    Komponen kesehatan seksual :
·      Konsep seksual diri yaitu nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan bagaimana seseorang mengekspresikan seksualitasnya. Konsep seksual diri yang negatif  menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan orang lain.
·      Body image yaitu pusat kesadaran terhadap diri sendiri, secara konstan dapat berubah. Bagaimana seseorang memandang (merasakan) penampilan tubuhnya berhubungan dengan seksualitasnya: Kehamilan, proses penuaan, trauma, penyakit, dan terapi tertentu. Contoh : wanita ---bentuk tubuh dan ukuran payudara,  Pria --- ukuran penis.
·      Identitas jender yaitu suatu pandangan mengenai jenis kelamin seseorang, sebagai laki-laki atau perempuan, mencakup komponen biologi, juga norma sosial dan budaya.
·      Orientasi seksual (identitas seksual) adalah bagaimana seseorang mempunyai kesukaan berhubungan intim dengan orang lain, dengan lawan jenis atau sejenis.

4.    Tubuh Manusia Memiliki Zona Erotik : Alat genital, kulit , paha, bibir
telinga, buah dada , bila dirangsang menyebabkan sexual arousal & desire (keinginan).
5.    Ekspresi Seksual dipengaruhi oleh : Sentuhan,  bau, penglihatan, suara,
perasaan,  pikiran, fantasy
6.    Organ Seksual Wanita
·  Organ seks internal : vagina, uterus,     tubulus falopii dan ovarium.
·      Organ seks eksternal secara kolektif disebut vulva yang terdiri dari mons pubis (mons veneris), labia mayora, labia minora, klitoris dan ostium vaginalis (introitus)
7.    Organ Seksual Laki-Laki
·      Organ seks eksternal pria adalah penis dan skrotum.
·      Organ seks internal pria yaitu testis, epididimis dan duktus deferen, kelenjar prostat, vesikula seminalis dan kelenjar Cowper.

C.      Kasus Penyimpangan Seksual
Beberapa bentuk penyimpangan seksual atau deviasi seksual yang dapat dijumpai di masyarakat antara lain :
  1. Pedofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek anak-anak. Penyimpangan ini ditandai dengan adanya fantasi berhubungan seksual dengan anak di bawah usia pubertas. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kelainan mental, seperti shizofrenia, sadism organic, atau gangguan kepribadian organik.
  2. Eksibisionisme.kepuasan seksual dicapai dengan cara mempertontonkan alat kelamin di depan umum. Hal ini biasanya dilakukan secara mendadak di hadapan orang yang tidak di kenal, namun tidak ada upaya untuk melakukan hubungan seksual.
  3. Fetisisme. Kepuasan seksual; di capai dengan menggunakan benda seks seperti sepatu tinggi, pakaian dalam, stocking, atau lainnya. Disfungsi ini dapat di sebabkan antara lain karena eksperimen seksual yang normal dan bedah pergantian kelamin.
  4. Transvestisme. Kepuasan seksual di capai dengan memakai pakaian lawan jenis dan melakukan peran seks yang berlawanan, misalnya pria yang senang menggunakan pakaian dalam wanita.
  5. Transeksualisme. Bentuk penyimpangan seksual ditandai dengan perasaan tidak senang terhadap jenis kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti kelamin.
  6. Voyerisme/Skopofilia. Kepuasan seksual dicapai dengan melihat alat kelamin orang lain atau aktifitas seksual yang dilakukan orang lain.
  7. Masokisme. Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan atau di sakiti terlebih dahulu secara fisik atau psikologis.
  8. Sadisme. Merupakan lawan dari masokisme. Kepuasan seksual di capai dengan menyakiti objeknya, baik secara fisik atau psikologis (dengan menyiksa pasangan). Hal tersebut dapat disebabkan antara lain karena perkosaan dan pendidikan yang salah.
  9. Homoseksual dan Lesbianisme. Penyimpangan seksual yang di tandai dengan ketertarikan secara fisik  maupun emosi kepada sesama jenis. Kepuasan seksual dicapai melalui hubungan dengan orang berjenis kelamin yang sama
  10. Zoofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek binatang.
  11. Sodomi. Kepuasan seksual dicapai dengan hubungan melalui anus.
  12. Nekropilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek mayat
  13. Koprofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek feses.
  14. Urolagnia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek urine yang diminum.
  15. Oral Seks/Kunilingus. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin wanita.
  16. Felaksio. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin laki-laki.
  17. Froterisme/Friksionisme. Kepuasan seksual di capai dengan cara menggosokan penis pada pantat wanita atau badan yang berpakaian di tempat yang penuh sesak manusia.
  18. Goronto. Kepuasan seksual di capai melalui hubungan dengan lansia
  19. Frottage. Kepuasan seksual di capai dengan cara meraba orang yang di senangi tanpa di ketahui lawan jenis
  20. Pornografi. Gambar/tulisan yang dibuat secara khusus untuk memberi rangsangan seksual (Maramis WF, 2004).

D.      Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual.
·      Perkembangan manusia berpengaruh terhadap psiko-sosial, emosional, dan biologis
·      Kultur / budaya : berpakaian,tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai norma. Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi budaya
·      Nilai-nilai Realigi :Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait seksualitas. Misalnya larangan aborsi, hubungan seks tanpa nikah
·      Status Kesehatan : Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual.
·      Hospitalisasi :
*                  Kesepian, tidak lagi memiliki privasi, merasa tidak berguna
*                  Beberapa klien di rumah sakit mungkin dapat berperilaku  secara
seksual melalui pengucapan kata-kata kotor, mencubit,dll
*        Klien yang mengalami pembedahan dapat merasa kehilangan harga diri dan perasaan kehilangan yang mencakup maskulinitas dan femininitas.

E.       Beberapa Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas
·      Penganiayaan seksual :
§  Mencakup tindak kekerasan pada wanita, pelecehan seksual,
perkosaan, pedofilia, pornografi anak
§  Efek traumatik --- masalah fisik dan psikologis --- disfungsi seksual. Contoh : Ibu yang yang mengalami penganiayaan selama masa kehamilan cenderung melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah.
§  Anak-anak yang mengalami penganiayaan dapat berisiko terhadap masalah kesehatan, emosional, kinerja di sekolah dan dapat terjadi peningkatan keagresifan dan menjadi orang dewasa yang suka melakukan tindak kekerasan.
§ Dukungan perlu diberikan kepada korban dan keluarga. Pelaku  penganiayaan harus dilaporkan kepada yang berwenang.
·      Aborsi  :
§  Dilakukan oleh wanita yang telah menikah maupun oleh wanita yang berhubungan seks sebelum nikah.
§  Kontroversi baik yang pro maupun kontra.
§  Klien mungkin dapat mangalami rasa bersalah dan berduka
·         Penyakit menular seksual (PMS) :
§   Individu terlibat dalam melakukan hubungan seksual
§  PMS ditularkan dari individu yang terinfeksi kepada pasangannya selama kontak seksual yang intim. --- Tempat penularannya biasanya genital, tetapi mungkin juga tertular melalui oral-genital atau anal-genital.
§  Penyakit Gonorrea, Klamidia, SĂ­filis --- disebabkan oleh bakteri
§  Penyakit Herpes genital dan HIV/AIDS --- oleh virus

F.       Disfungsi Seksual pada Pria dan Wanita
Meskipun ada banyak penyebab libido berkurang dan disfungsi seksual pada pria dan wanita, ada juga banyak cara untuk meningkatkan libido dan menghidupkan kembali sukacita seks setelah Anda mengidentifikasi masalah.
1.    Disfungsi Seksual pada Wanita
Disfungsi seksual pada wanita dikelompokkan menjadi gangguan yang berbeda: nyeri seksual, masalah dengan keinginan, masalah gairah, dan kesulitan orgasme. Perubahan kadar hormon, kondisi medis, dan faktor-faktor lain dapat berkontribusi pada libido rendah dan bentuk-bentuk disfungsi seksual pada wanita.
Secara khusus, disfungsi seksual pada wanita mungkin karena:
Kekeringan vagina. Hal ini dapat menyebabkan libido rendah dan masalah dengan gairah dan keinginan, seks dapat menyakitkan ketika vagina tidak dilumasi dengan baik. Kekeringan vagina dapat disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama dan setelah menopause atau saat menyusui, misalnya. Masalah psikologis, seperti kecemasan tentang seks, juga bisa menyebabkan kekeringan vagina. Dan antisipasi hubungan seksual yang menyakitkan karena kekeringan vagina mungkin, pada gilirannya, mengurangi keinginan wanita untuk seks.
Libido rendah. Kurangnya hasrat seksual juga dapat disebabkan oleh tingkat yang lebih rendah dari hormon estrogen. Kelelahan, depresi, dan kecemasan juga dapat menyebabkan libido rendah, seperti dapat obat tertentu, termasuk beberapa antidepresan
Kesulitan mencapai orgasme. Gangguan orgasme, seperti orgasme tertunda atau ketidakmampuan untuk memiliki satu sama sekali, dapat mempengaruhi baik pria maupun wanita. Sekali lagi, beberapa obat antidepresi juga dapat menyebabkan masalah ini.
Nyeri saat berhubungan seks. Nyeri kadang-kadang dari diketahui penyebabnya, seperti kekeringan vagina atau endometriosis. Tapi kadang-kadang penyebab seks menyakitkan adalah sulit dipahami. Dikenal sebagai vulvodynia atau vestibulitis vulva, para ahli tidak tahu ada apa di balik jenis ini misterius kronis, hubungan seksual yang menyakitkan. Sebuah sensasi terbakar dapat menyertai nyeri saat berhubungan seks.
  1. Disfungsi seksual pada pria
Jenis-jenis pria disfungsi seksual mungkin mengalami meliputi:
Disfungsi ereksi (ED). ED dapat disebabkan oleh kondisi medis, seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, atau dengan kecemasan tentang berhubungan seks. Depresi, kelelahan, dan stres juga dapat berkontribusi untuk disfungsi ereksi.
Masalah ejakulasi. Ini termasuk ejakulasi dini (ejakulasi yang terjadi terlalu dini selama hubungan seksual) dan ketidakmampuan untuk ejakulasi sama sekali. Penyebabnya antara lain obat-obatan, seperti beberapa antidepresan, kecemasan tentang seks, riwayat trauma seksual (seperti pasangan tidak setia), dan keyakinan agama yang ketat.
Libido rendah. Masalah psikologis seperti stres dan depresi, serta kecemasan tentang berhubungan seks juga dapat menyebabkan atau tidak ada keinginan seksual menurun. Penurunan tingkat hormon (terutama jika testosteron rendah), penyakit fisik, dan efek samping obat juga dapat mengurangi libido pada pria.
  1. Berurusan Dengan Disfungsi Seksual
Semua pasangan harus dapat menikmati kehidupan seks yang sehat – merupakan bagian penting dari sebuah hubungan. Jika Anda mengalami disfungsi seksual, memunculkan keprihatinan Anda dengan dokter Anda. Anda sering dapat memperbaiki masalah Anda dengan:
Mendapatkan diagnosis yang akurat dan pengobatan yang tepat dari kondisi medis yang mendasari
Berbicara dengan pasangan Anda secara terbuka tentang hubungan seksual Anda
ĂĽ Menghindari alkohol, merokok, dan penggunaan narkoba
ĂĽ Mengelola stres, kecemasan, dan depresi
ĂĽ Menjadi kreatif dan re-energi rutinitas seksual Anda
Komunikasi yang baik dapat membuka pintu tertutup di kamar tidur, jadi mulai dengan berbicara dengan pasangan Anda tentang keintiman fisik dan emosional. Dan, jika Anda mencurigai kondisi medis, berbicara dengan dokter Anda tentang apa yang bisa terjadi dengan tubuh Anda.

G.      Asuhan Keperawatan Pada Masalah Seksual
1.    Pengkajian Keperawatan
a.       Riwayat seksual
·      Klien yang menerima perawatan   kehamilan, PMS, infertility, kontrasepsi.
·      Klien yang mengalami disfungsi seksual / problem (impoten, orgasmic dysfuntion, dll)
·      Klien yang mempunyai penyakit-penyakit yang akan mempengaruhi fungsi seksual (peny.jantung, DM, dll)
b.      Pengkajian seksual mencakup :
·      Riwayat Kesehatan seksual
·      Pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien mempunyai masalah atau kekhawatiran seksual.
·      Merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan seksual secara langsung – pertanyaan isyarat
c.       Pengkajian fisik
·      Inspeksi dan palpasi
·      Beberapa riwayat kes. yang memerlukan pengkajian fisik misalnya riwayat PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tdk normal dari genital, perubahan warna pada genital, ggn fungsi urinaria, dll.
d.      Identifikasi klien yang berisiko
·      Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya :
Adanya ggn struktur/fungsi tubuh akibat trauma, kehamilan, setelah melahirkan, abnormalitas anatomi genital
e.       Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
f.       Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir, skar (masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh
g.      Terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan mslh seksual; kurangnya pengetahuan/salah informasi tentang fungsi dan ekspresi seksual
h.      Ggn aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan pasangan
i.        Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi
  1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan seksual, antara lain :

a.       Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d )
·                   Ketakutan tentang kehamilan
·                   Efek antihipertensi
·                   Depresi terhadap kematian atau   perpisahan dengan pasangan
b.      Disfungsi seksual b.d
·                   Cedera medulla spinalis
·                   Penyakit kronis
·                   Nyeri
·                   Ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
c.       Gangguan citra tubuh b.d
·                   Efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan
·                   Disfungsi seksual
·                   Perubahan pasca persalinan
d.      Gangguan harga diri b.d
e.       cedera medulla spinalis
f.       penyakit kronis
g.      nyeri
h.      ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
Masalah seksual juga dapat menjadi etiologi diagnosa keperawatan yang lain misalnya :
·         Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi, perubahan seksual normal) b.d salah informasi dan mitos-mitos seksual
·         Nyeri b.d tidak adekuatnya lubrikasi vagina atau efek pembedahan genital
·         Cemas b.d kehilangan fungsi seksual







  1. Rencana Keperawatan
No
Dx. Kep.
Tujuan
Intervensi
1.       
1.      Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada fungsi seksual yang dialaminya
Kriteria hasil:
· Mengekspresikan  kenyamanan
· Mengekspresikan kepercayaan diri
1.  Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia.
2.  Berikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual.
3.  Motivasi klien untuk
mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian
4.  Anjurkan klien untuk
 menggunakan krim vagina dan gel
2.       
2. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan funsional ditandai dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
Pasien dapat
menerima perubahan bentuk salah satu angota tubuhnya
secara positif
Kriteria hasil:
·  Pasien mau
berinteraksi dan
beradaptasi dengan lingkungan tanpa
rasa malu dan rendah diri
· Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki
1.  Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal
2.  Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien
3.  Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien
4.  Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
5.  Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan
3.       
3.Ketidakefektifan  pola
seksualitas berhubungan dengan penyakit atau
terapi medis.
Pasien dapat menerima perubahan pola seksualitas yang disebabkan masalah kesehatannya.
Kriteria Hasil :
· Mengidentifikasi keterbatasannya pada aktivitas seksual yang di sebabkan masalah kesehatan
· Mengidentifikasi
modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon
terhadap keterbatasannya
1.  Kaji factor-faktor penyebab dan penunjang, yang meliputi
·      Kelelahan
·      Nyeri
·      Nafas pendek
·      Keterbatasan suplai oksigen
·      Imobilisasi
·      Kerusakan inervasi sara
·      Perubahan hormone
·      Depresi
·      Kurangnya informasi yang tepat

2.  Ajarkan pentingnya mentaati aturan medis yang dibuat untuk mengontrol gejala penyakit
3.  Berikan informasi yang tepat pada pasien dan pasangannya tentang keterbatasan fungsi seksual yang disebabkan oleh keadaan sakit
4.  Ajarkan modifikasi yang mungkin dalam kegiatan seksual dapat membantu penyesuaian dengan keterbatasan akibat sakit
























  1. Implementasi
No
Dx. Kep.
Implementasi
Evaluasi
(Secara Keseluruhan)
1.
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
1. Membantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring dengan
bertambahnya usia.
2. Memberikan pendidikan  kesehatan tentang
 penurunan fungsi seksual.
3 Memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet vegetarian
4.  Menganjurkan klien untuk menggunakan krim vagina dan gel
S:klien mengatakan ”lebih mengerti “  mengerti mengapa keinginan untuk melakukan hubungan suami istri berkurang
DO : - umur klien 69 tahun
-   TD : 130 / 90 mmHg
-   Nadi : 88 x/menit
-   Suhu : 36°C
-   RR : 18 x/menit
-   Klien sudah menoupose
2.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan funsional ditandai dengan perubahan bentuk salah
satu anggota
tubuh.
1. Mengkaji perasaan/persepsi pasien
 tentang perubahan
gambaran diri
berhubungan dengan
keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal
2. Melakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien
3. Menunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien
4. Membantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
5.  Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan
3.
3.Ketidakefektifan  pola seksualitas berhubungan dengan penyakit atau terapi medis.
1.   Mengkaji faktor-faktor penyebab dan penunjang yang
meliputi:
o        Kelelahan
o        Nyeri
o        Nafas pendek
o        Keterbatasan suplai
Oksigen
o        Imobilisasi
o        Kerusakan inervasi
 Saraf
o        Perubaha
o        Hormone
o        Depresi
o        Kurangnya
informasi yang
tepat
2.Memberikan pelajaran kepada pasien tentang pentingnya mentaati aturan medis yang dibuat
3.Memberikan informasi yang tepat pada pasien dan pasangannya tentang keterbatasan fungsi seksual yang disebabkan oleh keadaan sakit.
4.Memberikan pelajaran kepada pasien tentang suatu modifikasi yang mungkin dalam kegiatan seksual dapat membantu penyesuaian dengan keterbatasan akibat sakit.









  1. Evaluasi Keperawatan
·      Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai, perawat seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak tercapai --- Pengungkapan klien atau pasangan, klien dapat diminta mengungkapkan kekuatiran, dan menunjukkan faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak mata, atau postur yang menandakan kenyamanan atau kekuatiran.
·      Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
·      Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif --- penting

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara dua individu tersebut. Pada saat ini perilaku seksual telah beranjak dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika sebelumnya seks sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas.

B.       Saran
Perawat sebagai role model maka :
  1. Sikap, prasangka terhadap seksual akan dapat dibaca oleh klien, melalui cara perawat bertindak, berbicara, menghindar, dan pada waktu berbicara.
  2. Tingkat pengetahuan perawat tentang seksualitas, menghambat / meningkatkan diskusi.
  3. Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi organ reproduksi, respon seksual, ekspresi seksual dapat membantu pengkajian yang efektif.
  4. Perawat harus merasa nyaman dengan dirinya.



DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik/ Patricia A.Potter, Anne Griffin Perry; Edisi 4 Volume 1, Jakarta : EGC 2005
Buku saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan kriteria hasil NOC, Edisi 7, editor edisi bahasa Indonesia, Judith M. Wilkinson, PhD, ARNP, RNC- Jakarta : EGC, 2010.
http://.asuhan keperawatan pada klien dengan disfungsi seksual
http://.wordpress.com/masalah-seksual-lansia
Kebutuhan Dasar Manusia, Alimul, Aziz.  Buku 1, Salemba Medika, Jakarta, 2009.
NANDA, diagnosis keperawatan:definisi dan klasifikasi 2009-2011: editor edisi bahasa Indonesia, Judith M. Wilkinson, PhD, ARNP, RNC - Jakarta : EGC, 2010



No comments:

Post a Comment