Thursday 10 March 2022

MAKALAH TEKNIK-TEKNIK PENGENDALIAN GULMA PADA LAHAN PERTANIAN

 

 

PENDAHULUAN

 

Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan kondisi lingkungan yang baik untuk dapat tumbuh dengan sempurna, kondisi lingkungan ini dapat dihasilkan melalui pengolahan tanah yang tepat, pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi daerah perakaran yang memungkinkan akar tanaman tumbuh baik, pada prinsipnya pengolahan tanah memperbaiki struktur tanah dan erosi tanah (Rachman, 2002).

Pengolahan tanah dapat dilakukan secara intensif, minimum ataupun tanpa olah tanah. Pengolahan tanah intensif membutuhkan biaya yang tinggi dan mempercepat kerusakan tanah. Pada umunya pada saat dilakukan pengolahan tanah, lahan dalam keadaan terbuka, tanah dihancurkan oleh alat pengolah,sehingga agragat tanah mempunyai kemantapan rendah. (Novizar, 2002). Kegiatan pengolahan tanah akan mengubah lingkungan mikro sehingga akan memunculkan jenis gulma yang selanjutnya akan berkompetisi dengan tanaman kedelai. Kehadiran gulma ini menyebabkan usaha

 pengendalian gulma mutlak dilakukan untuk mencegah kehilangan hasil panen kedelai yang besar.

Gulma merupakan salah satu faktor yang dapat menekan hasil kedelai yang ditanam lahan kering. Penurunan hasil yang diakibatkan persaingan antara gulma dengan tanaman kedelai sangat bervariasi, antara 18-76%. Kedelai yang gulmanya tidak disaingi produksinya dapat menurun hingga 15%. Pengendalian gulma pada saat pembukaan lahan umumnya dilakukan dengan cara pengolahan tanah, namun demukian herbisida merupakan alternative lain yang dapat digunakan untuk membuka lahan (Facruddin dan Lisdiana,2000).

Berbagai cara dapat dilakukan untuk rnengendalikan gulma, baik secara mekanis maupun  menggunakan  herbisida. Pengendalian dengan menggunakan herbisida efisien dalam cukup menekan ongkos tenaga kerja ciibandingkan secara mekanik. Untuk mendapatkan hasil pengendalian gulnia yang efektif dan efisien maka penetapan (Oktariza,2002).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengolahan tanah dan

 pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Hipotesa dari penelitian ini adalah:

1.      Tingkat pengolahan tanah berpenga;:ah terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.

2.      Teknik pengendalian   gulma berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.

3.      Terdapat interaksi antara tingkat pengolahan tanah dan pengendalian gulma dengan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.

 

 

Teknik Pengendalian Gulma

a.                  Tinggi tananan

 Tabel. 3. Rata-Rata Tinggi tanaman kedelai pada Umur 20, 40 dan 60 Hari setelah tanam terhadap Teknik Pengendalian Gulma.

Teknik Pengendalian Gulma.

Tinggi Tanaman (cm)

     20 HST                40HTS                      60 HTS

Kontrol (G1)                                                   22,86                    41,96                        66,64

Mekanis (G2)                                                  22,89                    43,33                        68,71a

Kimia (G3)                                                      24,09                    24,78                        71,26

BNJ0.05                                                           2,20                       3,22                          5,51

  Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% (Uji BNJ).

Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman kedelai pada umur 60 hari setelah tanam (HST) dengan nilai tertinggi dijumpai pada teknik pengendalian gulma secara kimia (G3), yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan yang lain.

Hal ini dikarenakan terjadirrya kompotensi atau persaingan antara tanaman kedelai dengan gulma sehingga pada pengendalian secara kimia_pertumbuhan gulma dapat ditekan dalam penyerapan unsure hara terutaman unsur hara nitrogen yang sangat dibutuhkan untuk masa vegetatif tanaman dan jika dibiarkan secara nyatakan akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang diusahakan.

Persaingan atau kompetisi ditimbul oleh kebutuhan yang sama antara tanaman yang dibudidaya dengan gulma. Dua tanaman meskipun tumbuh berdekatan, tidak akan saling bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya berlebihan. Kehadiran gulma di sekitar tanaman

 budidaya tidak dapat di hindarkan, terutama bila lahan pertanaman tersebut dikendalikan sebagai tumbuhan, gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain, membutuhkan cahaya,nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya (yuliani, 2005).

Persyaratan tumbuh yang sama atau hampir sama bagi gulma dan tanaman dapat mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya. Gulma yang berasosjasi akan saling memperebutkan bahan-bahan yang dibutuhkannya, bila jumlahnya sangat terbatas bagi kedua tanaman. Gulma dan tanaman saling bersaing dalam menyerap unsur hara terutama nitrogen karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka unsur ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanian.

 

 

Hal ini diduga pada kombinasi perlakuan tersebut antara tingkat pengolahan tanah dan Teknik pengendalian gulma tepat mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan serta produksi tanaman kedelai. Hal ini terungkap bahwa unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman cukup tersedia dengan pengolahan tanah yang sempurna (intens) ditambah dengan teknik pengendalian gulma sehingga pembentukan polong dan pengisian biji kedelai bisa lebih maksimal.

Ruchmiati dan Salim (2002), sistem tanpa olah tanah merupakan salah satu sistem olah tanah konservasi yang efisien terhadap pemupukan N serta dapat meningkatkan aktivitas cacing tanah dan mikro organisme tanah yang dapat menyebabkan aerase tanah semakin baik sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Sistem tanpa olah tanah ini juga akan memberi keuntungan pada tanaman karena suhu dan kelembaban sangat kondusif untuk

Selaniutnya dijelaskan pula bahrva penerapan teknoloqi tanpa olah tanah akan memberikan keuntungan pada tanaman kacang dibandingkan dengan olah tanah mininum dan olah tanah intensif karena suhu dan kelembaban tanah yang kondusif untuk pertumbuhan tanaman sebagai akibat tidak rusaknya partikel tanah. Pengolahan tanah mempunyai pengantar terhadap pengawetan tanah, bahkan dapat merugikan karena tanah yang telah diolah akan menjadi gembur sehingga lebih mudah tererosi sehingga produktivitas tanah semakin menurun padahal tanah yang produktif harus mampu menyediakan lingkungan sepertj udara dan air bagi pertumbuhan akar tanaman disamping mampu menyediakan unsur hara (Soepardi,2007).

Selanjuntnya               dengan                        teknik pengendalian secara kimia cukup dapat rnenekan pertumbuhan gulma terutama pada peqtumbuban    tanaman           kedelai. pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian yang menggurakan bahan kimia yung menghambat dan mematikan gulma. Dalam hal ini, hal yang perlu diperhatikan adalah kemanjuran (efikasi:. kermanan bagi aplikator maupun lingkungan serta aspek ekonominya (Soejono, Kastanto dan Sasongko, 2005).

 

 

 

 


 

KESIMPULAN DAN SARAN

 

Kesimpulan

1.      Tingkat pengolahan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 40 dan 60 berat biji per plot dan berat 100 butir biji kering dengan tingkat pengolahan tanah yang terbaik didapat pada tingkat pengolahan tanah maksimum.

2.      Teknik pengendalian   gulma berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 60 hari setelah tanam, jumlah polong per rumpun, berat biji per plot dan berat 100 butir biji kering. Teknik pengendalian gulma yang terbaik didapat pada teknik pengendalian gulma secara kimia.

3.      Terdapat interaksi yang sangat nyata antara tingkat pengolahan tanah dengan teknik pengendalian gulma terhadap berat biji kering per plot dan berat 100 butir biji kering serta berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per rumpun dengan kombinasi perlakuan terbaik dijumpai pada teknik pengendalian gulma secara kimia.

 

Saran

Dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi dianjurkan kepada petani kedelai dalam usaha tani agar mengolah tanah maksimal dengan penggunaan bahan kimia yang minimum jika diperlukan sehingga proses fotosistesjs menjadi optimal guna mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimal.

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Adisarwanto, T. 2005. Budidaya dengan Pernupukan Optrmal dan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakata.

Fachruddin, Lisdiana, Ir. 2000. Budidaya Kacang-kacangan.           Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Manurrung, J. P. dan E. Syam'un. (2003). Hubungan Komponen Had dengan Hasil Kedelai (Glydne mar (L.) Merr) yang Ditanam pada Lahan Diolah Berbeda Sistem dan Berasosiasi dengan Gulma. J. Agrivigor.

Novizar, Ir. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Oktariza, S. 2002. Kajian interval waktu penyiangan gulma dan dosis campuran herbisida glisofat + 2,4- D terhadap pergeseran gulma dan komponen hasil kedelai pada system TOT. Universitas Bengkulu, Bengkulu (tidak dipublikasikan).

Rachman. 2002. Pengaruh Cara Pengolahan Tanah dan Tanaman Terhadap Sifat Kimia Tanah Kering. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk No.3. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian, Bogor

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment