Thursday 10 March 2022

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN DASAR PADA IBU NIFAS NY. E DENGAN BENDUNGAN ASI

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia, 2014: 11).  

  Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Selain itu, mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit. Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal, tidak sedikit ibu-ibu mengeluh seperti adanya pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI, karena pengeluaran ASI tidak lancar atau pengisapan oleh bayi . Pembengkakan ini akan mengakibatkan rasa nyeri pada ibu bahkan tidak jarang ibu merasa demam, oleh karena itu para ibu dianjurkan untuk melakukan perawatan payudara agar tidak terjadi komplikasi seperti bendungan ASI (Heryani, 2015 ).

Kejadian bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya. Gangguan ini dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif dan apabila tidak segera di tangani maka akan menyebabkan bendungan ASI pada Payudara. Bendungan  ASI dapat terjadi karena penyempitan duktus laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu sehingga terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. 

Menurut data World Health Organization (WHO) terbaru pada tahun 2015 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan ASI rata-rata sebanyak 8242 (87,05%) dari 12.765 ibu nifas, pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 (66,87%) dari 10.764 ibu nifas dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543 (66,34%) dari 9.862 ibu nifas ( WHO, 2017).

Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2015 disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 (71,10%). Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relative  rendah. (Depkes RI, 2016). 

Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 35.985 (15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 77.231 (37, 12 %) ibu nifas (SDKI, 2017).   

Dampak yang akan ditimbulkan jika bendungan ASI tidak teratasi yaitu akan terjadi mastitis dan abses payudara. Mastitis merupakan inflamasi atau infeksi payudara dimana gejalanya yaitu payudara keras, memerah, dan nyeri, dapat disertai demam >380C (Kemenkes RI, 2015: 223) sedangkan abses payudara merupakan komplikasi lanjutan setelah terjadinya mastitis dimana terjadi penimbunan nanah didalam payudara (Rukiyah, Yulianti, 2014: 27). Selain berdampak pada ibu, bendungan ASI juga berdampak pada bayi dimana kebutuhan nutrisi bayi akan kurang terpenuhi karena kurangnya asupan yang didapatkan oleh bayi.

Upaya yang yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bendungan ASI yaitu pada saat antenatal, dimana ibu diberikan penyuluhan  tentang perawatan payudara pada saat trimester II dan III, perawatan payudara pada ibu hamil sampai dengan saat menyusui perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan payudara adalah penghasil ASI sebagai sumber nutrisi untuk bayi yang baru lahir dan jika tidak melakukan perawatan payudara dengan baik dan hanya melakukan perawatan payudara saat akan melahirkan atau setelah melahirkan sering dijumpai kasus yang merugikan ibu dan bayi seperti terjadinya bendungan ASI. Selain itu penyuluhan tentang personal hygiene juga perlu diberikan karena mengingat terjadinya mastitis disebabkan oleh bakteri stapylococus aerus.

Peran yang sangat penting bagi bidan yaitu memberi tahu ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya karena ASI bisa memberi kekebalan tubuh, serta sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena dalam penelitian dijumpai kenyataan bahwa terjadi banyak penyulit pada bayi yang sejak awal mempergunakan susu formula yaitu terjadinya penyakit diare dan tumbuh-kembang yang kurang memuaskan. Dan peran ibu maupun masyarakat bisa mencegah terjadinya infeksi payudara, karena yang selama ini terjadi masyarakat masih menganggap bahwa perawatan payudara itu kurang penting.Masyarakat menganggap bahwa bendungan ASI ini perlu di teliti karena selama ini masyarakat menganggap bahwa bendungan ASI hanya masalah biasa pada ibu yang sedang menyusui (Manuaba, 2015).

 

B.       Rumusan Masalah

Ditinjau dari latar belakang diatas, maka Rumusan masalah pada laporan kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Dasar Pada Ibu Nifas Ny. E dengan Bendungan ASI Di BPM. Suriati,SST Aceh Besar Tahun 2022”.

 

C.      Tujuan Penulisan

 1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan Dasar Pada Ibu Nifas Ny E dengan Bendungan ASI Di BPM. Suriati,SST Aceh Besar  Tahun  2022 serta mendokumentasikan dalam asuhan kebidanan SOAP.

1.    Tujuan Khusus

a.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif melalui anamnesis.

b.    Mahasiswa mampu mengumpulkan data obyektif melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

c.    Mahasiswa mampu menetapkan analisis berupa diagnosis kebidanan, masalah, kebutuhan, diagnosis potensial serta antisipasi tindakan segera.

d.   Mahasiswa mampu membuat perencanaan, memberikan penatalaksanaan berupa asuhan kebidanan yang sesuai keadaan pasien, serta mampu melakukan evaluasi.

 

D.      Manfaat

1.      Bagi Klien

Hasil dari penerapan studi kasus ini dapat memberikan pengetahuan kepada pasien tentang bendungan ASI pada ibu nifas.

2.      Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan

Hasil dari penerapan studi kasus ini dapat meningkatkan sistem pelayanan kesehatan yang menyeluruh. Serta sebagai bahan evaluasi terhadap usaha pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif secara sistematis sesuai prosedur pada ibu nifas dengan bendungan ASI.

3.      Bagi Penulis

Hasil dari penerapan studi kasus ini dapat mengetahuiteori dan wawasan tentang kehamilan serta dapat mengetahui dan melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI secara komprehensif.

4.      Bagi Institusi

Dapat bermanfaat sebagai tolak ukur sejauh mana mahasiswa telah memahami dan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif secara sistematis sesuai prosedur.

 


 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

 

A.  Tinjauan Teori Medis

1.    Nifas

a.    Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhirketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifasberlangsung kira-kira 6 minggu (Rukiyah, dkk, 2012).

Masa nifas atau masa puerperium atau masa postpartum adalah mulai setelahpartus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh ototgenitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan(Astutik, 2015).

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta danberakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masanifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Roito H, dkk, 2016).

 

b. Tahapan masa nifas

Masa nifas seperti dijelaskan diatas merupakan rangkaian setelah proses

persalinan dilalui oleh seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas yang harusdipahami oleh seorang bidan antara lain:

a.  Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri danberjalan-jalan.

b.  Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yanglamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehatterutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi.

(Yanti, S 2015).

 

c.  Perubahan-perubahan dalam masa nifas

1)  Perubahan uterus

Involusi uteri adalah proses uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Uterusbiasanya berada di organ pelvik pada hari ke-10 setelah persalinan. Involusi uteri lebih lambat pada multipara. Penurunan ukuran uterus dipengaruhi oleh proses autolisprotein dan sitoplasma miometrium. Hasil dari menurunkan ukuran uterus haruskehilangan sel-sel dalam jumlah besar.

Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan endometrium danmiometrium pada tempat plasenta diserap oleh sel-sel granulosa sehingga selaputbasal endometrium kembali dibentuk (Heryani, 2016).

 

Tabel 2.1

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi

              TFU

                   Berat Uterus

            Bayi lahir                     Setinggi pusat                                     1000 gr

 Plasenta lahir              2 jari dibawah pusat                            750 gr

            1 minggu                     Pertengahan pusat-simpisis                 500 gr

            2 minggu                     Tidak teraba diatas simpisis                350 gr

            6 minggu                     Normal                                                50 gr

            8 minggu                     Normal seperti sebelum hamil             30 gr

Sumber: Astutik, 2015: 58

 

2)   Pengeluaran lokia

Lokia adalah cairan atau sekret yang berasal dari cavum uteri dan vaginaselama masa nifas. Macam-macam lokia:

a) Lokia rubra (crueanta): Berwanrna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa, lanugo, danmekoneum selama 2 hari pasca persalinan.

b) Lokia sanguilenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yangkeluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.

c) Lokia serosa: Locha ini bebrbentuk serum dan berwarna merah jambukemudian kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada harike-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.

d) Lokia alba: Dimulai dari hari ke-14, berbentuk seperti cairan putih sertaterdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

Selain lokia diatas, ada jenis lochia yang tidak normal, yaitu:

a) Lokia purulenta: Ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanah berbaubusuk.

b) Lochiastasis: Lokia tidak lancar keluarnya

(Astutik, 2015)

 

3) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostiumuteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinanserviks akan menutup (Astutik, 2015)

 

4) Vulva dan vagina

a) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besarselama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudahproses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.

b) Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil.

c)`Setelah 3 minggu vulva dan vagina secara berangsur-angsur akan munculkembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Astutik,2015).

 

5) Perineum

a)  Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnyateregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

b) Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali seperti keadaansebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelummelahirkan. Untuk mengembalikan tonus otot perineum, maka pada masanifas perlu dilakukan senam kegel (Astutik, 2015)

 

6) Payudara/Laktasi

Payudara atau mammae adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatasotot dada. Secara makroskopis, struktur payudara terdiri dari korpus (badan), areoladan papilla atau puting. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu (air susu ibu) sebagai nutrisi bagi bayi.Sejak kehamilan trimester pertama kelenjar mammae sudah dipersiapkan baukuntuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang terjadi pada kelenjar mammaeselama kehamilan adalah:

a)  Proliferasi jaringan atau pembesaran payudara. Terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat selama hamil, merangsang duktus dan alveoli kelenjar mammae untuk persiapan produksi ASI.

b)  Terdapat cairan yang berwarna kuning (kolostrum) pada duktus laktiferus.Cairan ini kadang-kadang dapat dikeluarkan atau keluar sendiri melalui putting susu saat usia kehamilan memasuki trimester ketiga.

c) Terdapat hipervaskularisasi pada permukaan maupun bagian dalam kelenjar mammae. (Maritalia, 2014)

Setelah persalinan, estrogen dan progesteron menurun drastis sehingga dikeluarkan prolaktin untuk merangsang produksi ASI. ASI kemudian dikeluarkan oleh sel \ otot halus disekitar kelenjar payudara yang mengkerut dan memeras ASIkeluar, hormon oksitosin yang membuat otot-otot itu mengkerut (Heryani, 2012).

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum  keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,sehingga terjadi sekresi ASI. Pada hari-hari pertama ASI mengandung banyak kolostrum, yaitu cairan agak berwarna kuning dan sedikit lebih kental dari ASI yangdisekresi setelah hari ketiga postpartum (Maritalia, 2014).

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksisampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integraldari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuanmeningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anakumur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secaraalami (Mulyani, 2013)

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi danpengeluara ASI.

a) Produksi ASI (Prolaktin)

Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu. Pembentukantersebut delesai ketika mulai menstruasi dengan terbentuknya hormon estrogen danprogesteron yang berfungsi untuk maturasi alveolus. Sementara itu, hormon prolaktinberfungsi untuk produksi ASI selain hormon lain seperti insulin, tiroksin, dan lain -lain.

Selama hamil hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi ASI biasanyabelum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada harikedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis,sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan saat itu sekresi ASI semakin lancar.

Terdapat dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu refleksprolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapanbayi (Yanti, Sundawati, 2014).

Refleks prolaktin, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, puting susu berisibanyak ujung saraf sensoris. Bila saraf tersebut dirangsang, timbul impuls yangmenuju hipotalamus, yaitu selanjutnya ke kelenjar hipofisis anterior sehingga kelenjarini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon tersebut yang berperan dalam produksiASI di tingkat alveoli. Refleks prolaktin muncul setelah menyusui dan menghasilkan susu untuk proses menyusui berikutnya. Prolaktin lebih banyak dihasilkan padamalam hari dan dipahami bahwa makin sering rangsangan penyusuan, makin banyak ASI yang dihasilkan Refleks aliran (let down reflex) bersamaan dengan pembentuka prolaktinoleh hipofisis anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofisis posterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktusdan selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah dengan melihat bayi,mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor faktor yang menghambat refleks let down adalah stress, seperti keadaan bingung/pikiran kacau, taku dan cemas (Yanti, Sundawati, 2014).

b) Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis posterior yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon itu berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran,sehingga ASI di pompa keluar. Refleks oksitosin bekerja sebelum atau setelahmenyusui untuk menghasilkan aliran air susu dan menyebabkan kontraksi uterus.Semakin sering menyusui, semakin baik pengosongan alveolus dan saluran sehingga semakin kecil kemungkinan terjadi bendungan susu sehingga proses menyusui makinlancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan tidak hanya mengganggu penyusuan,tetapi menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahimsemakin cepat dan baik. Tidak jarang, perut ibu terasa sangat mules pada hari-hari pertama menyusui dan hal ini merupakan mekanisme alamiah untuk rahim kembalike bentuk semula (Roito H, dkk, 2013).

7) Perubahan lain

Suhu badan wanita inpartu tidak lebih 37,50C sesudah partus dapat naik 0,50C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 380C, sesudah 12 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan >38 0C mungkin adainfeksi.

Mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang-kadang sangat menggangu selama 2-3 hari post partum, perasaan ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui, perasaan sakit pun timbul masih terdapat sisa-sisa plasenta atau gumpalan darah dalam kavum uteri. Nadi berkisar umumnya 60-80 kali/menit,setelah melahirkan akan terjadi bradikardi. Bila terdapat takikardi sedangkan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu badan (Heryani, 2012).

 

a.    Tanda-tanda bahaya masa nifas

Tanda-tanda  bahaya masa  nifas adalah suatu tanda yang  abnormal yang mengindikasikan adanyabahaya/komplikasiyang dapat terjadiselama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Prawirohardjo,2009).

Tanda-tanda bahaya masa nifas,sebagai berikut:

1)   PerdarahanPostPartum.

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebihdari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anakl ahir(Prawirohardjo,2009).Menurut waktu terjadinya di bagi atas2bagian:

a)        Perdarahan Post Partum Primer (EarlyPostPartumHemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anakl ahir.Penyebab utama adalah atonia uteri,retensio placenta,sisa placenta danrobekan jalanlahir.Terbanyak dalam 2 jam pertama.

b)        Perdarahan post partumsekunder (Late PostPartumHemorrhage) yang terjadi setelah 24jam ,biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15post partum.Penyebab utama adalah robekan jalan lahir atau selaput plasenta(Prawirohardjo,2009).

2) Lochea yang berbau busuk (baudarivagina)

3)   Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)

Involusi  adalah  keadaan  uterus  mengecil  oleh  kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60mg 6 minggu  kemudian.Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub-involusi. Faktor penyebab sub-involusi, antaralain: sisaplasenta dalam uterus, endometritis, adanyamiomauteri(Prawirohardjo,2009).

4)   Tromboflebitis (pembengkakan pada vena)

Tromboflebitis merupakan inflamasi pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di permukaan atau di dalam vena.Tromflebitis cenderung terjadi pada periode pacsapartum pada saat kemampuan pengumpulan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen.

5)   Nyeripadaperutdan pelvis

Tanda-tanda nyeri perutdan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas seperti: Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33%  dari  seluruh  kematian  karena  infeksi. 

6)   Depresi setelahpersalinan

Depresi setelah melahirkan merupakan kejadianyang sering terjadi akan tetapi ibu tidak menyadarinya.Penyebab utamadari depresi setelah melahirkan  tidak  diketahui, diduga karena ibu belum siap beradaptasi dengan kondisi setelah melahirkanatau kebingungan merawat bayi.

7)   Pusingdanlemas yangberlebihan

8)   Sakit kepala,penglihatkaburdan pembengkakan di wajah

9)   SuhuTubuhIbu>380C

10)  Penyulit dalamMenyusui

Beberapa keadaan  Abnormal pada masa menyusui yang mungkin terjadi:

a) BendunganASI

b)  Mastitis

c) AbsesPayudara

 

e. Tujuan asuhan masa nifas

Selama bidan memberikan asuhan sebaiknya bidan mengetahui apa tujuandari pemberian asuhan pada ibu masa nifas, tujuan diberikannya asuhan pada ibuselama masa nifas antara lain untuk:

1)      Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi,dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.

2)      Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subyektif, obyektif, maupun penunjang.

3)      Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganilisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah yangterjadi pada ibu dan bayi.

4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan.

5)    Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya danperawatan bayi sehat.

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masakritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibatkehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24jam pertama.

(Rukiyah, dkk, 2015).

 

f. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas

Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan tanggung jawab seorang bidan terhenti karean asuhan kepada ibu harus dilakukan secara komprehensif dan terus menerus, artinya selama masa kurun reproduksi seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan standar, salah satu asuhan berkesinambungan adalah asuhan ibu selama masa nifas, bidan mempunyai peran dantanggung jawab antara lain:

1)   Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil.

2)   Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit pada jam kedua,jika kontraksi tidak kuat. Massase uterus sampai keras karena otot akan menjepitpembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan.

3)   Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan tiap 15 menit pada jampertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.

4)   Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan perineum, dankenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat beri posisi yang nyaman, dukungprogram bounding attachmant dan ASI eksklusif, ajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa fundus dan perdarahan, beri konseling tentang gizi, perawatanpayudara, kebersihan diri.

5)   Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuaidengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selamamasa nifas.

6)   Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

7)   Mendorong ibu untuk menyusu bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.

8)   Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anakdan mampu melakukan kegiatan administrasi.

9)   Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

10)    Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegahperdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

11)    Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah kom plikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayiselama periode nifas.

12)    Memberikan asuhan secara profesional

(Rukiyah, dkk, 2015).

 

 

a.    Kebijakan Program Nasional Nifas

Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus melakukan kunjungan. Dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, danuntuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas,ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan perkembangannyaantara lain dalam literatur Saifuddin (2010):

1) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan)

Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut, memberikankonseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegahperdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian asi awal, melakukan hubungan antara ibu dab bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harustinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran,atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

2) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan)

Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibumendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat, memastikan ibu menyusuidengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan)

Sama seperti kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan)

4)   Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan)

Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayinya alami,memberikan konseling untuk kb secara dini (Rukiyah,dkk, 2014)

2.    Bendungan ASI

a.    Pengertian

Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe,bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara oleh karena ekspansi dan tekanan dari produksi dan penampungan ASI sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri. (Sarwono, 2015)

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. (Sarwono, 2015)

Pada hari-hari pertama, payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan  bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai di produksi di dalam jumlah banyak. (Ambarwati, 2015)

 

b.   Etiologi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI menurut Ibnu Pranoto (2015), yaitu:

1)        Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).

2)        Faktor hisapan bayi yang tidak aktif  (Pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).

3)        Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar  (Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).

4)        Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

5)        Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).

6)        Membatasi waktu bayi dengan payudara.

7)        Memberikan suplemen susu formula pada bayi.

8)        Menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan suplai berlebihan.

9)        Implan payudara

 

c.    Tanda dan Gejala Bendungan ASI

Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI menurut Manuaba (2015) adalah :

1)        Rasa berat pada payudara

2)        Payudara terasa panas

3)        Badan terasa panas sampai meningkat

4)        Payudara bengkak dan keras

5)        Puting susu kencang

6)        Payudara terasa nyeri

7)        ASI tidak keluar

 

d.   Patofisiologi

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak  dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui.

Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, putting  susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk  menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam. (wiknjosastro, 2005)

 

e.    Pencegahan

Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :

1)        Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan.

2)        Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand.

3)        Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi.

4)        Perawatan payudara pasca persalinan.

 

f.     Pengobatan

Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :

1)        Sangga payudara dengan bra yang pas.

2)        Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5menit

3)        Urut payudara dari arah pangkal menuju putting.

4)        Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting menjadi lunak.

5)        Susukan bayi sesering mungkin 2 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar

6)        Pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusu tidak mampu mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau pengeluaran  ASI secara manual (memerah) dari payudara.

7)        Letakkan kain dingin/kompres dingin pada payudara setelah menyusui atau setelah payudara dipompa.

8)        Bila perlu berikan paracetamol 3x 500 mg per oral untuk mengurangi nyeri.

9)        Lakukan evaluasi setelah 3 hari.

(Sastrawinata, 2005)

 

B.       Tinjauan Teori Asuhan Dasar Kebidanan

1.      Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang di gunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuahn kebidanan.

Langkah-langkah dalam  manajemen kebidanan menggambarkan alur pola berfikir dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi masalah. Menurut Helen Varney, proses penyelesaian  masalah  merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan dalam manajemen kebidanan. Varney berpendapat bahwa dalam melakukan  manajemen  kebidanan, bidan harus memiliki kemampuan 31 berfikir secara kritis untuk menegakkan diagnosa atau masalah potensial kebidanan. Selain itu, diperlukan pula kemampuan kolaborasi atau kerja sama. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan kebidanan selanjutnya.

Proses manajemen terdiri dari 7 (tujuh) langkah berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam situasi apapun.Akan tetapi langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan bisa berubah sesuai dengan kondisi klien.

 

2.     Tahapan dalam manajemen kebidanan

            Adapun dalam tahapan Manajemen Kebidanan yaitu :

a.     Langkah I. Identifikasi data dasar

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

1)        Pertama yaitu anamnesis, dimana akan didapatkan data subjektif dari pasien seperti ibu akan mengeluhkan payudara bengkak, terasa keras, ibu meresa demam dan dirasakan pada hari ketiga setelah persalinan.

2)        Kedua, yaitu akan didapatkan data objektif dengan melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya , pada pemeriksaan fisik ini akan dilakukan inspeksi dan palpasi pada payudara dan akan didapatkan hasil pemeriksaan payudara warnanya kemerahan, payudara bengkak, keras dan nyeri bila ditekan.

3)        Ketiga yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital, pada kasus ini memungkinkan akan didapatkan hasil pemeriksaan dimana suhu tubuh bisa mencapai 38.

b.    Langkah II. Identifikasi diagnosa/Masalah aktual

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar tehadap diagnosa atau masalah kebutuhan klien beradarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulakan.Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan, sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.Diagnosa bendungan ASI ditegakkan berdasarkan data subjektif dari pasien dan data objektif yang telah didapatkan, serta pada pemeriksaan fisik yang telah dilakukan.Bendungan ASI ditegakkan jika didapatkan payudara warnanya kemerahan, payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan, suhu tubuh bisa mencapai 380C dan terjadi pada hari ke 3-5 setelah persalinan. Jika ibu mengalami bendungan ASI, ASI nya tidak keluar atau belum lancar, maka kemungkinan disebabkan oleh pengosongan mammae yang tidak sempurna, hisapan bayi yang tidak aktif, posisi menyusui bayi yang tidak benar, puting susu terbenam, dan puting susu terlalu panjang.

c.    Langkah III. Antisipasi diagnosa/Masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan  dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini sangat penting dalam melakukan asuhan yang  aman. Pada kasus bendungan ASI, maka perlu dilakukan antisipasi terjadinya mastitis karena pada kasus ini, bendungan ASI merupakan gejala awal akan terjadinya mastitis dan jika tidak ditangani dengan baik kemungkinan akan terjadi mastitis, sehingga perlu untuk dilakukan antisipasi.

d.   Langkah IV. Tindakan segera/Kolaborasi

Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain berdasarkan kondisi klien, pada langkah ini bidan juga harus merumuskan tindakan emergency untuk menyelamatkan ibu, yang mampu dilakukan secara mandiri dan bersifat rujukan.

e.    Langkah V. Rencana asuhan kebidanan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya dan merupakan lanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diadaptasi. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan agar dapat melaksanakan dengan efektif (Jannah, 2012).

Rencana asuhan yang akan dilakukan yaitu lakukan perawatan payudara, ajarkan teknik menyusui yang baik dan benar, sanggah payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas, kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal menuju putting, keluarkan ASI dari bagian 34 depan payudara sehingga putting menjadi lunak, susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar, pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusui tidak mampu mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau pengeluaran ASI secara manual dari payudara, kompres dingin dengan es pada payudara setelah menyusui atau setelah payudara dipompa, bila perlu, berikan parasetamol 3 X 500 mg per oral untuk mengurangi nyeri., lakukan evaluasi setelah 3 hari.

f.     Langkah VI. Implementasi asuhan kebidanan

Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan klien (Jannah, 2012).

g.    Langkah VII. Evaluasi kebidanan

Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien.Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin timbul masalah baru.Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tercapainya rencana yang dilakukan.

 

3.        Pendokumentasian asuhan kebidanan

Pendokumentasian adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan, prosedur pengobatan pada pasien dan pendidikan kepada pasien, serta respon pasien tehadap semua kegiatan yang dilakukan. Alur berfikir  bidan dalam menghadapi klien meliputi 7 langkah.

Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis di dokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :

S: Subjektif

Menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah I Varney.

 

O: Objektif

Menggambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

A:  Assesment

Menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

 

1) Diagnosis/Masalah

2) Antisipasi diagnosis/ Kemungkinan Masalah

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney

 

P:    Planning

Menggambarkan dokumentasi tingkatan (I) dan evaluasi perencanaan (E) berdasarkan pengakjian langkah 5, 6, dan 7 Varney.Soap ini dilakukan pada asuhan tahap berikutnya, dan atau pada evaluasi hari berikutnya.Karena pada kasus ini memerlukan asuhan yang diberikan setiap harinya sampai ibu benar-benar sembuh.

 


 

BAB III

TINJAUAN KASUS

                                                                           

A.        Waktu dan Tempat Pengkajian

            Hari/ Tanggal              : Rabu/ 26 Januari 2022       

            Pukul                           : 17. 00 WIB

            Tempat                        : PMB. Suriati.SST

 

B.        Identitas/ Biodata

            Nama               : Ny. E                         Nama Suami    : Tn. H            

Umur               : 31 Tahun                   Umur               : 29 Tahun

Suku/ Bangsa  : Aceh/ Indonesia        Suku/Bangsa   : Aceh / Indonesia      

Agama             : Islam                         Agama             : Islam

Pendidikan      : SMA                         Pendidikan      : SMA

Pekerjaan         : IRT                            Pekerjaan         : Petani

Alamat             : Lambareh                  Alamat                        : Lambareh

 

C.              Pengkajian Data Subjektif

  1. Alasan datang ke BPM

Ibu datang untuk kontrol ulang masa nifas.

  1. Keluhan utama

Ibu mengeluh payudara bengkak, terasa nyeri.

  1. Riwayat Persalinan

a.    Ibu (P1A0)

-       Tempat melahirkan        : BPM.SURIATI,SST

-       Tanggal  melahirkan       : 23 Januari 2022

-       Jenis Persalinan              : SC

-       Komplikasi/kelainan dalam persalinan :

Partus lama        : tidak ada , jam..................menit

Plasenta              : √□ spontan                □ dilahirkan dengan tangan

  □ lengkap                  □ sisa plasenta :..... cm,......kg

  kelainan................................................................

-    Tali pusat panjang          : 35 cm

-    Kelainan                         : tidak ada

-    Perineum                        : √□ utuh                     □ episiotomi

  □ anastesi                  □ jahitandengan........

□ robekan tingkat........................

b.  Bayi

-       Lahir                              : spontan                     

-       BB                                 : 3.200 gram

-       PB                                  : 48 cm

-       Nilai apgar                     : Normal

-       Cacat bawaan                : tidak ada

-       Masa gestasi                   : 39 minggu

-       Frekuensi menyusu        :10 kalii/hari

-       Durasi                            : 5  menit

-       Keluhan                                     : rewel

-       Komplikasi                     : tidak ada

 

            4.  Riwayat Kehamilan, nifas dan persalinan

No

Tgl Lahir

Usia Kehami

lan

Jenis

partus

Tempat Persalinan

Peno

Long

Kompli

Kasi

Bayi

Nifas

 

Umur

Ibu

Bayi

JK

BB

PB

Keada

an

Lak

tasi

Komplikasi

 

I.

 

 

23/1/2022

 

39 Mg

 

 

 

Normal

 

BPM

 

 

Bidan

 

-

 

-

 

PR

 

 

Baik

 

Baik

 

Bendungan ASI

 

5.      Pola Nutrisi

-   Makan                                         : 3X/hari teratur (porsi sedang terdiri dari nasi, sayur dan lauk)

-   Perubahan makan yang dialami  : nafsu makan meningkat, sering ngemil.

 

6.         Pola Eliminasi                                : BAB :  teratur.

                              BAK :  6-7 X/hari

 -Aktivitas sehari – hari                 : memasak, membersihkan rumah, dan kegiatan rumah tangga lainnya. 

 

7.         Pola Tidur :     Malam                    : 3-4Jam

Siang                      : Tidak tentu

8.         Kebiasaan Menyusui

-       Posisi                                         : duduk

-       Durasi                                       :15-20 menit

-       Perawatan Payudara                 :Tidak pernah dilakukan

 

  1. Riwayat Penyakit Sistemik yang pernah diderita

-       Jantung                   : Tidak ada

-       Ginjal                      : Tidak ada

-       Asma                      : Tidak ada

-       TBC                        : Tidak ada

-       Hepatitis                 : Tidak ada

-       DM                         : Tidak ada

-       Hipertensi               : Tidak ada

-       Epilepsi                   : Tidak ada

-       Lain- lain                : Tidak ada

 

  1. Riwayat Penyakit keluarga

-       DM                       : Tidak ada

-       Hipertensi             : Tidak ada

-       Jantung                 : Tidak ada

 

  1. Riwayat sosial

- Kehamilan ini            : ˅ Direncanakan         □ Tidak direncanakan
                                                ˅ Diterima                   □ Tidak diterima

- Perasaan tentang kelahiran ini :  Senang

- Status Perkawinan : sah                       

Kawin I    : Umur 29 Tahun,     

Lamanya : 2 Tahun

Kawin II   : -

 

D.      Pengkajian Data Objektif

  1. Status Emosional        : Stabil

 

  1. Tanda-tanda Vital

-       Tekanan Darah       : 120/70 mmHg           - Nadi              : 82  X/mnt

-       Respirasi                 : 20  X/mnt                  - Suhu              : 37,4oC

-       BB                          : 62  kg                        -TB                  : 156  cm

 

  1. Kepala

-       Rambut       : Bersih

-       Muka          : Tidak oedema          

-       Mata           : Konjungtiva  : Tidak anemis

Sclera              : Tidak ikterik

 Pengelihatan   : Normal

Hidung            : tidak ada secret, tidak ada polip

Mulut   : tidak ada karies, tidak ada gigi berlubang

Leher   : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid

 

  1. Dada               : Bentuk simetri           : Ya (_˅_)        Tidak (__)

Payudara         : Teraba keras, bengkak, dan panas

Bentuk simetris         : Ya (_˅_)        Tidak (__)

                          Benjolan                    : Ya (__)          Tidak (_˅ _)

                          Puting Susu               : Menonjol

  Areola                       : Hiperpigmentasi (menghitam)

Pengeluaran               : Kolostrum

 

  1. Pinggang        

Nyeri               :(˅) Ada                      ( )Tidak ada

 

  1. Ekstremitas

Oedema tangan dan jari          : (  ) Ada                      (˅)Tidak ada

Oedema tibia/kaki                   : (  ) Ada                      ( ˅ )Tidak ada

Betis merah/lembek/keras       : (  ) Ada                      (˅  )Tidak ada

Varices tungkai                       : (  ) Ada                      (  ˅)Tidak ada

Refleks patella                        Kanan  : (˅ ) Ada                    (  )Tidak ada

                                    Kiri      : (˅ ) Ada                    (  )Tidak ada

 

  1. Abdomen

Inspeksi           : Bentuk                      : Simetris

                        TFU                             : 3 jari dibaewah Pusat

Kontraksi                   : Baik              

                          Striae                         : (  ) Ada                      (  )Tidak ada

                          Bekas luka Operasi   : ( v ) Ada                    (˅ )Tidak ada

                       

  1. Genetalia

Vulva dan vagina:

Varices                                    : (  ) Ada                      (˅ )Tidak ada

Luka                                        : (  ) Ada                      (˅ )Tidak ada

Oedema                                   : (  ) Ada                      (˅ )Tidak ada

Lochea                                                : Sanguilenta

Perineum         :

Bekas Luka/jaringan parut      : () Ada                        (˅ )Tidak ada

                        Lain-lain                                  :  (  ) Ada                     (˅ )Tidak ada

9.      Anus

Haemorroid     : Tidak tampak haemorroid

 

  1. Kulit

Warna              : Kuning langsat

Turgor             : baik

           

 

 

E.            Data Penunjang

Tidak ada

 

F.            Analisa Data Menggunakan Metode SOAP

1.      Kunjungan 1

Tanggal 26 Januari  2022

Pukul 17.00 wib

S          : Ibu mengeluh pada payudara terasa bengkak, teraba keras, nyeri dan panas. Ibu mengatakan  bayinya menyusu. Tapi sebentar, dan sering rewel.

O         : TD : 120/ 70 mmHg                          Nadi : 82 x/ menit

RR : 20 x/ menit                               Suhu : 37,4oC

BB: 62  kg    TB       :156  cm

Skala nyeri    : 3

Payudara tampak bengkak, teraba keras dan panas

ASI : ada                             

Abdomen: TFU        : 3 jari dibawah pusat              Kontraksi : Baik

Lochea                      : Sanguilenta

A         : Ny. E ibu nifas hari ke 3 dengan bendungan ASI

              k/u ibu baik

P          :

1.        Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan.

2.        Menjelaskan pada ibu bahwa kedua payudara ibu mengalami bendungan ASI disebabkan oleh bayi tidak menyusui dengan benar pada payudara.

3.        Melakukan perawatan payudara dengan cara :

a)      Melakukan kompres kedua payudara dengan handuk hangat untuk memperlancar keluarnya ASI.

b)      Melakukan dan mengajarkan kepada ibu cara memerah ASI yang benar dengan teknik dr. Marmet, yaitu dengan cara memegang payudara dengan tangan membentuk huruf C, kemudian ajarkan ibu untuk meletakkan jempol dan jari telunjuk  2 cm di samping aerola, tarik payudara kebelakang kemudian tekan lalu lepas.

c)      Melakukan dan mengajarkan pijat Oksitosin, sebaiknya dilakukan oleh suami dengan cara melakukan pijatan di sepanjang sisi tulang belakang dengan menggunakan kedua jempol atau kepalan kedua tangan, pijatan dilakukan sampai sebatas tali bra saja.

4.        Menganjurkan ibu untuk sering memerah untuk mengurangi pembengkakan ASI.

5.        Menjelaskan kepada ibu seputar pemberian ASI:

a.    Mengajarkan ibu posisi menyusui yang benar kepada bayi.

b.    Mengajarkan ibu cara menyusui yang nyaman bagi ibu dan bayi.

c.    Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya selama 6 bulan

d.   Mengajurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayinya 2 jam sekali, jika payudara masih terasa penuh dapat melakukan perah ASI/pompa ASI.

6.        Menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih minimal 8 gelas sehari.

7.        Memberikan ibu paracetamol 3x1 dengan dosis 500 mg per oral untuk mengurangi rasa nyeri.Vit C 1x1

8.        Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan melaksanakan anjuran yang telah diberikan.

 

2.    Kunjungan II

Hari dan Tanggal: 29 januari 2022

Tempat                : BPM suriati,SST

 

 

 

 

 

 

S

       Ibu  mengatakan payudara tidak panas lagi dan payudara sudah tidak terlalu nyeri ,ibu mengatkan sudah aktif menyusui bayinya,dan ibu mengatakan ASInya sudah lancar keluar.

 

O

K/U : Baik

          Kesadaran : composmentis

         

          Tanda-tanda vitas(TTV)

TD : 110/70 mmHg

N   : 82x/m

RR : 22x/m

T    : 36,5 c

 

Pemeriksaan  fisik

    Payudara  : putting susu menonjol

-       Payudara kiri : normal,putting susu menonjol

-       Payudara kanan : bengkak dan merah sudah berkurang,nyeri tekan baik,pengeluaran ASI lancar.

  Abdomen  : bersih,tidak ada strie

-       TFU : tidak teraba

-       Kandung kemih : kosong

-        Kelainan tidak ada

   Genetalia :

-    Pengeluaran pervaginam : lhokea serosa

-   Bau : amis

 

A

Ibu E PI A0 usia 29 tahun dengan bendungan ASI

Keadaan umum baik

P

1.  Memberitahukan  ibu tentang hasil pemeriksaan

2. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara

3. Menganjurkan ibu tetap menyusui bayinya sesring mungkin dengan   kedua payudara secara bergantian

4. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkomsumsi  makana bergizi  dan banyak minum air putih

5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

6. Mengajurkan ibu untuk melanjutkan mengkomsumsi obat yg sudah diberikan

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan jika ada keluhan

8. ibu tela mengerti apa yang di sampaikan oleh bidan,dan ibu mau melakukanya

 

 

 


 

BAB IV

PEMBAHASAN

 

Bendungan ASI adalah peningkatan  aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.Di masyarakat masih banyak ibu yang mengalami Bendungan ASI. Persentase perempuan yang mengalami Bendungan Asi rata-rata mencapai 87,5% atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang, pada tahun 2014 ibu yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 7.198 orang dari 10.764 orang dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 6.543 orang dari 9.862 orang. (WHO, 2015).

Kemudian Pembengkakan yang terjadi akibat Bendungan ASI ini akan mengakibatkan rasa nyeri pada ibu bahkan tidak jarang ibu merasakan demam, oleh karena itu para ibu dianjurkan untuk melakukan perawatan payudara agar tidak terjadi komplikasi seperti Bendungan ASI (Heryani, 2015).

Manajemen kebidanan yang dilakukan dalam penatalaksanaan yang diberikan yaitu dengan 7 langkah varney yang didokumentasikan dengan SOAP. Tehnik pengumpulan data dengan cara primer yaitu pemeriksaan fisik, wawancara, observasi, dan pengumpulan data secara sekunder yaitu dokumentasi dan studi kepustakaan.

Setelah dilakukan penatalaksanaan menggunakan Tehnik Breastcare (Perawatan Payudara) pada Ny. S yang dilakukan untuk membantu mengatasi Bendungan ASI, berjalan dengan baik dan didapatkan hasil pada Ny.S bahwa  bahwa keluhannya tentang Bendungan ASI sudah mulai berkurang seperti tidak terasa nyeri saat di palpasi, suhu badan mulai normal. Kemudian pada kunjungan selanjutmya ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan-keluhan mengenai Bendungan ASI dan bayi sudah mulai pintar menyusu pada ibu. Dari uraian materi serta pembahasan kasus pada Ny. S dapat diambil kesimpulan bahwa penatalaksanaan pada studi kasus Bendungan Asi terhadap Ny. S dengan menggunakan metode Breastcare (Perawatan Payudara) untuk mengurangi resiko Bendungan Asi, dan dapat diatasi dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. Kemudian Penulis mengharapkan bagi ibu nifas untuk menggunakan Perawatan payudara ini secara baik dan benar, guna untuk membantu mengurangi keluhan – keluhan yang dirasakan pada ibu nifas, dan penulis berharap ilmu yang telah diberikan dapat diterapkan dengan baik.

 


 

BAB V

PENUTUP

 

A.      Kesimpuan

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masanifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Terdapat beberapa penyulit atau tanda – tanda bahaya yang dialami oleh ibu masa nifas, diantaranya yaitu bendungan ASI.   

Kejadian bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya. Gangguan ini dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif dan apabila tidak segera di tangani maka akan menyebabkan bendungan ASI pada Payudara. Bendungan  ASI dapat terjadi karena penyempitan duktus laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu sehingga terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. 

Pada Kasus ini pasien Ny. E mengalami bendungan ASI karena suplai ASI yang berlimpah dan tidak melakukan pengosongan payudara setelah bayi menyusui, sehingga terjadi bendungan. Setelah dilakukan asuhan kepada ibu, ibu sudah mengerti apa yang harus dilakukan untuk menghindari terjadinya bendungan ASI.

 

B.       Saran

1.         Bagi Klien

Diharapkan kepada klien untuk dapat memeriksakan diri pada tenaga kesehatan terutama bidan pada masa nifas dengan bendungan ASI.

2.         Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan

Diharapkan kepada tempat pelayanan kesehatan dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif secara sistematis sesuai prosedur pada ibu nifas dengan bendungan ASI.

3.         Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat menerapkan teori yang didapat dalam perkuliahan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI.

4.         Bagi Institusi

               Diharapkan agar dapat menjadi tolak ukur sejauh mana mahasiswa telah memahami dan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif secara sistematis sesuai prosedur.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ambarwati. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendika Press

Astuti, K. 2016. Analisa Hubungan Pengaruh Cara Menyusui Dengan Kejadian Payudara Bengkak Pada Ibu Post Partum. Vol.3 No. 4. Diakses tanggal 13 oktober 2017

Astutik R, Y. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info Media.

Departemen Kesehatan RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Laporan Nasional 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Heryani Reni. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info Media.

Jannah Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Kemenkes RI. 2015.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi pertama. Jakarta: Kemenkes RI

Mangkuji, dkk. 2015. Asuhan Kebidananan 7 Langkah Soap. Jakarta: EGC.

Manuaba, I.B.G. 2009.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

_____________.2015.Ilmu Penyakit Kandungan dan  KB. Jakarta: EGC

Maritalia Dewi. 2014.Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryunani, A. 2009 Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (postpartum). Jakarta: TIM.

Mulyani N,S. 2015. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta:Nuha Medika.

Nurhayati, dkk. 2014. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Pranoto, Ibnu.2015.Patologi Kebidanan.Yogyakarta: Fitramaya

Prawirohardjo,Sarwono.2009.BukuPanduanPraktisPelayananKesehatan MaternaldanNeonatal.Jakarta:YBPSP

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Roito H, dkk. 2013 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Deteksi Dini Komplikasi. Jakarta:

Rosita, E. 2017. Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan Asi(Studi Di Desa Jolotundo Dan Desa Kupang Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto)Tahun 2016. Midwifery Journal Of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 13 No.1

Rukiyah, Y. 2012.  Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Trans Info Media. 2012.

Rukiyah, dkk.  2012. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.

Sari M,S. 2014. Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Breast Care Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Post Partum. Vol.6 No 1. Diakses tanggal 13 oktober 2017.

SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia). 2015. Jakarta.

Sastrawinata, S.2005. Obstetri Patologi. Jakarta: EGC

Winkjosastro.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

WHO (Word Health Organization). 2015. Word Health Statistics. (diakses tanggal 02 mei 2021).

Yanti P, D. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu Dengan Bendungan Asi Di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru. Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru

http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/view/1675 (diakses tanggal 02 mei 2017)

Yanti, S. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: PT Refika Aditama.

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment