Friday 26 November 2021

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN DENGAN GANGGUAN REPODUKSI PADA Nn A USIA 15 TAHUN DENGAN DISMINOREA PRIMER

 

DAFTAR ISI

 

 

 

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ....... ii

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ...... iii

 

BAB I ..PENDAHULUAN             1

A.  Latar Belakang............................................................................................. 1

B.  Perumusan Masalah...................................................................................... 2

C.  Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2

 

BAB II  TINJAUAN TEORITIS.................................................................. ....... 3

A.    Pengertian Disminorea................................................................................. 3

B.    Klasifikasi..................................................................................................... 4

C.    Manifestasi Klinis......................................................................................... 5

D.    Tanda Tanda Klinik...................................................................................... 6

E.     Faktor Faktor Disminorea............................................................................ 6

F.     Patofisiologi............................................................................................... 11

G.    Perbedaan Disminore Primer dan Sekunder............................................... 12

H.    Pencegahan................................................................................................. 12

I.       Pengangganan............................................................................................ 13

 

BAB III STUDI KASUS................................................................................ ..... 15

 

BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. ..... 18

Pembahasan ............................................................................................... ..... 18

 

BAB V PENUTUP......................................................................................... ..... 20

A.  Kesimpulan................................................................................................. 20

B.  Saran..................................................................................................... ..... 20

 

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ..... 21

           


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah (Prawirohardjo,2016). Dismenorea dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan patologi pada panggul atau alat kandungan dan organ lainnya, sedangkan dismenorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai keadaan patologi di organ genitalia.

Derajat dismenorea atau nyeri menstruasi ini dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat (Manuaba, 2015). Hampir semua perempuan mengalami nyeri pada saat haid, nyeri haid yang dialami biasanya terbatas pada bagian perut bagian bawah, tetapi dapat pula menyebar ke bagian pinggang, paha atau kaki. Rasa nyeri tersebut dapat disertai dengan mual, muntah, diare, sakit kepala, sembelit, sering kencing bahkan pingsan.Permasalahan nyeri haid merupakan permasalahan yang sering terjadi pada seorang perempuan, nyeri hiad atau dismenore ini digunakan apabila nyeri haid demikian hebatnya sehingga memaksa seorang perempuan datang ke klinik atau dokter untuk memeriksakan dirinya bahkan memaksa seorang perempuan meninggalkan semua aktivitas sehari-hari dan istirahat untuk beberapa jam atau beberapa hari(Anurogo,2016 ).

Remaja yang mengalami dismenore pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur dan prestasinya kurang begitu baik di sekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenore. Dampak yang terjadi jika dismenore tidak ditangani maka patologi (kelainan atau gangguan) yang mendasari dapat memicu kenaikan angka kematian, termasuk kemandulan. Selain itu konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Remaja putri yang mengalami gangguan nyeri menstruasi sangat mengganggu dalam proses belajar mengajar. Hal ini menyebabkan remaja putri sulit berkonsentrasi karena ketidaknyamanan yang dirasakan ketika nyeri haid. Oleh karena itu pada usia remaja dismenore harus ditangani agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk (Nirwana, 2014).

Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia lebih dari 50 % perempuan di setiap Negara mengalami nyeri menstruasi. Sedangkan angka kejadian dismenore di Indonesia mencapai 55 % (manuaba, 2015). Persentase dismenorea diseluruh dunia lebih dari 50 % perempuan disetiap dunia mengalaminya, diantaranya 15,8 - 89,5% dengan tingkat prevelensi yang lebih tinggi dilaporkan pada tingkat remaja. Dari remaja yang mengeluh nyeri, nyeri berat 12 %, nyeri sedang 37 %, dan nyeri ringan 49 %.

Angka kejadian dismenore di Indonesia sebesar 64,52% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Angka kejadian dismenore pada remaja di provinsi Jawa Tengah mencapai 56%.

 

B.     Rumusan Masalah

Disminorea dapat memicu kenaikan angka kematian, termasuk kemandulan. Selain itu konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Remaja putri yang mengalami gangguan nyeri menstruasi sangat mengganggu dalam proses belajar mengajar. Hal ini menyebabkan remaja putri sulit berkonsentrasi karena ketidaknyamanan yang dirasakan ketika nyeri haid. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana penanganan disminorea pada remaja ?

 

C.    Tujuan 

1.      Tujuan umum

Bertujuan untuk mengetahui gambaran disminorea pada remaja

2.      Tujuan khusus

a.       Mengindentifikasi skala nyeri pada disminore yang dialami remaja putri.

b.      Mengidentifikasi gejala yang di rasakan pada disminore yang di alami remaja putri.

c.          Mengidentifikasi cara penangganan disminore pada remaja putri


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Disminorea

Nyeri menstruasi sering terjadi selama periode menstruasi, biasanya terjadi setelah ovulasi sampai akhir menstruasi.Nyeri menstruasi kebanyakan terjadi di wilayah perut bagian bawah baik secara terpusat atau pada samping dan dapat menyebar ke paha atau punggung bagian bawah.Rasa sakit, cenderung mereda secara bertahap sampai masa menstruasi berakhir. Pada bagian awal dari siklus menstruasi tubuh wanita secara bertahap mempersiapkan dinding rahim untuk kehamilan dengan 18 proses penebalan lapisan dalam rahim. Setelah ovulasi jika pembuahan tidak terjadi, lapisan dalam tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui menstruasi.(Nirwana, 2014)

Selama proses ini jaringan akan mengalami kerusakan dari memproduksi senyawa kimia prostaglandin, yang menyebabkan dinding otot rahim berkontraksi ini membantu untuk membersihkan jaringan dari rahim melalui vagina dalam bentuk aliran menstruasi. Namun kontraksi ini cenderung untuk membuat pembuluh darah dari rahim menyempit, sehingga mengurangi pasokan oksigen kerahim, dan ini mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa seperti kram saat menstruasi.

Rasa nyeri saat menstruasi cenderung berkurang dengan bertambahnya umur dan juga anak yang dilahirkan.Namun, ketika rasa nyeri menstruasi terjadi secara berlebihan dan menyakitkan atau mengganggu kegiatan sehari-sehari seorang wanita, maka terjadi tidak normal dan secara medis disebut secara dismenorea.

Dismenorea merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah perut dan terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi.

 

 

 

 

B.     Klasifikasi

Berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea terbagi menjadi :

1.         Dismenorea spasmodic

Dismenorea spasmodik yaitu nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa menstruasi atau segera setelah masa menstruasi mulai.Beberapa wanita yang mengalami dismenorea spasmodik merasa sangat mual, muntah bahkan pingsan. Kebanyakan yang menderita dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan tetapi dijumpai pula kalangan wanita berusia di atas 40 tahun yang mengalaminya.

2.      Dismenorea kongestif

Dismenorea kongestif yaitu nyeri menstruasi yang dirasakan sejak beberapa hari sebelum datangnya menstruasi.Gejala ini disertai sakit pada buah dada, perut kembung, sakit kepala, sakit punggung, mudah tersinggung, gangguan tidur dan muncul memar di paha dan lengan atas.Gejala tersebut berlangsung antara dua atau tiga hari sampai kurang dari dua minggu sebelum datangnya menstruasi. Secara klinis dismenorea dibagi menjadi dua, yaitu dismenorea Primer dan dismenorea sekunder diterangkan sebagai berikut:

a.        Dismenorea Primer

Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa kelainan anatomis alat kelamin.Terjadi pada usia remaja, dan dalam 2-5 tahun setelah pertama kali menstruasi (menarche) nyeri sering timbul segera setelah mulai menstruasi teratur. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus, spastik, dan sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala.

Nyeri menstruasi primer timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan.Nyeri menstruasi ini normal, namun dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis, dan fisik seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun.Gejala ini tidak membahayakan kesehatan (Manuaba, 2015).

b.      Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan dengan kalainan anatomis ini kemungkinan adalah 22 menstruasi disertai infeksi, endometriosis, kloaka uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau AKDR.Nyeri menstruasi sekunder biasanya baru muncul kemudian, jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista/polip, tumor disekitar kandungan kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan disekitarnya.

Dismenorea sekunder lebih sering ditemukan pada usia tua, dan setelah 2 tahun mengalami siklus menstruasiteratur. Nyeri dimulai saat menstruasi dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah menstruasi.Sering diketemukan kelainan ginekologik atau organik seperti endometriosis dan adenomiosis, uterus miomatosus, penyakit radang panggul dan polip endometrium.

 

C.    Manifestasi klinis dismenorea primer dan sekunder adalah:

1.      Dismenorea Primer

a.       Pada usia muda

b.      Terjadi saat siklus ovulasi

c.       Biasanya muncul dalam setahun setelah menarche (mentruasi pertama)

d.      Nyeri dimulai bersamaan atau hanya sesaat sebelum menstruasi dan bertahan ataumenetap selam 1-2 hari.

e.       Nyeri menyebar kebagian belakang (punggung) atau anterior medial paha

f.       Pemeriksaan pelvic normal

g.      Sering disertai sakit kepala,mual,muntah dan diare.

h.      Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spatik.

i.        Cepat memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa.

2.      Dismenorea sekunder

1)      Lebih sering ditemukan pada usia tua

2)      Cenderung mulai setelah 2 tahun mengalami siklus menstruasi teratur

3)      Nyeri dimulai saat menstruasi dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah menstruasi.

4)      Nyeri sering terasa terus – menerus

5)      Sering ditemukan kelainan pelvic.

6)      Pengobatanya sering kali memerlukan tindakan operatif

 

D.    Tanda-tanda klinik

Tanda –tanda klinik dismenorea primer dan sekunder :

1.      Tanda-tanda dismenorea primer

Permulaan awal sembilan puluh persen mengalami gejala didalam 2 tahun menarche. Lama berlangsungnya dan jenis nyeri dismenorea dimulai beberapa jam sebelumnya atau segera setelah permulaan menstruasi dan biasanya berlangsung setelah 48-72 jam, gejala yang menyertai yakni mual, muntah, rasa lelah, diare, nyeri pinggang bawah ,nyeri kepala. Nyerinya seperti kejang dan biasanya paling kuat pada perut bawah dan dapat menyebar ke punggung atau paha sebelah dalam.

2.      Tanda-tanda dismenorea sekunder

Dismenorea sekunder tidak terbatas pada menstruasi, kurang berhubungan dengan hari pertama menstruasi, terjadi pada wanita yang lebih tua dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan, perdarahan yang abnormal).

 

E.     Faktor-faktor yang mempengaruhi dismenorea

Faktor-faktor ini termasuk usia yang lebih muda, massa tubuh rendah index (BMI), merokok, menarche awal, lama atau menyimpang aliran menstruasi, keluhan somatik perimenstrual, panggul infeksi, sterilisasi sebelumnya, somatisasi, gangguan psikologis, pengaruh 25 genetik, dan sejarah kekerasan seksual yang mempengaruhi prevalensi dan beratnya dismenorea. Masalah emosi dan perilaku juga dapat memperburuk siklus menstruasi dan masalah dismenorea.Misalnya, depresi atau gejala kecemasan dapat berdampak pada siklus menstruasi,fungsi dan dismenorea (Alaettin, 2015).

Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenorea antara lain :

1.      Faktor kejiwaan

Faktor etiologi yang bertanggung jawab untuk dismenorea primer diantaranya faktor psikogenik. Pada gadis-gadis yang secara emosionalnya tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penanganan baik tentang proses menstruasi yangmudah menimbulkan dismenorea. Kecemasan juga dapat terjadi saat menghadapi menstruasi sehingga mudah timbul dismenorea.

Dismenorea sebagai salah satu gangguan menstruasi sangat erat hubungannya dengan proses psikologis yang terjadi dalam siklus menstruasi pada wanita, hal ini dipengaruhi oleh bagaimana seseorang wanita menyikapi datangnya menstruasi. Bagi remaja terutama yang baru mengalami menstruasi, menganggap bahwa menstruasi merupakan suatu perubahan yang luar biasa yang terjadi pada kehidupannya, sehingga menimbulkan kecemasan yang luar biasa.

Dismenorea primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis.Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan menstruasi seperti dismenorea.

Pengalaman tidak menyenangkan pada seorang gadis terhadap peristiwa menstruasinya menimbulkan beberapa tingkah laku patologis. Pada umumnya mereka akan diliputi kecemasan sebagai bentuk penolakan pada fungsi fisik dan psikisnya. Apabila keadaan ini terus berlanjut, maka mengakibatkan gangguan menstruasi.Gangguan menstruasi yang banyak dialami adalah kesakitan pada saat menstruasi yang bersifat khas, yaitu nyeri menstruasi atau dismenorea.

2.      Faktor konstitusi

Faktor ini erat hubungannya dengan faktor diatas , dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menurun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea.

a.       Anemia

Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat keduanya hingga menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen berkurang.Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia kekurangan zat besi.Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak dan dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang, termasuk daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri.

b.      Penyakit menahun

Penyakit menahun yang diderita seorang wanita akan menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migraine.Faktor –faktor ini (anemia, penyakit menahun dan sebagainya) dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea karena dapat menurunkan ketahanan tubuh terhadap rasa nyeri.

c.       Usia menarche

Menarche adalah menstruasi yang pertama kali datang. Gejala pemasakan seksual pada wanita lebih nyata, yaitu datangnya menarche atau menstruasi pertama, meskipun masih 28 sangat sedikit untuk mencapai kemasakan yang sempurna (untuk mencapai pembuahan) memakan waktu sekitar 1-1,5 tahun. Menstruasiakan dirasakan sebagai beban berat atau dirasakan sebagai tugas yang tidak menyenangkan dan menimbulkan rasa enggan dan dirasa sebagai aib bagi gadis tersebut sehingga mempengaruhi kondisi kejiwaan dan akan mempengaruhi terjadinya dismenorea.

d.      Faktor genetic

Hampir 30 % wanita yang mengalami dismenorea adalah anak gadis yang ibunya dulu juga mengalami dismenorea sebanyak 7% wanita juga mengeluhkan hal yang sama meskipun ibu wanita tersebut dulunya tidak mengalami dismenorea.

3.      Faktor obstruksi kanalis servikalis

Terjadinya dismenorea primer adalah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea tanpa stenosis kanalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi.Akan tetapi banyakterdapat wanita juga dengan tanpa keluhan dismenorea, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi.Mioma submukosus bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan  dismenorea karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.

4.      Faktor endokrin

Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tanus dan kontraktilitas otot usus.Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus berkesimpulan bahwa hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus, sedang progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulator, yang biasanya dengan bersamaan dengan kadar esterogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron.Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan kedalam peredaran darah, maka selain dismenorea, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, muntah, flushing.

5.      Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi faktor dismenorea dengan urtikaria, migraine atau asma brokhiale.Smith menduga bahwa sebab alergi adalah toksin menstruasi.Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting 30 dalam etiologi dismenorea primer.Satu jenis dismenorea yang jarang terdapat ialah yang pada waktu menstruasi tidak mengeluarkan endometrium dalam fragmen-fragmen kecil, melainkan dalam keseluruhannya.Pengeluaran tersebut disertai dengan rasa nyeri kejang yang keras.

6.      Faktor pengetahuan

Dalam beberapa penelitian juga disebutkan bahwa dismenorea yang timbul pada remaja putri merupakan dampak dari kurang pengetahuannya mereka tentang dismenorea.Terlebih jika mereka tidak mendapatkan informasi tersebut sejak dini.Mereka yang memiliki informasi kurang menganggap bahwa keadaan itu sebagai permasalahan yang dapat menyulitkan mereka. Mereka tidak siap dalam menghadapi menstruasi dan segala hal yang akan dialami oleh remaja putri. Akhirnya kecemasan melanda mereka dan mengakibatkan penurunan terhadap ambang nyeri yang pada akhirnya membuat nyeri menstruasi menjadi lebih berat.Penanganan yang kurang tepat membuat remaja putri selalu mengalaminya setiap siklus menstruasinya.

7.      Status gizi dan Olah raga

Status gizi merupakan bagian penting dari kesehatan seseorang.Gizi kurang selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini berdampak pada gangguanmenstruasi termasuk dismenorea,tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik, semakin tinggi status gizi maka semakin rendah keluhan dismenore. Tindakan terbaik untuk mengatasi nyeri mesntruasi adalah menjaga pola hidup sehat dengan asupan vitamin dan gizi seimbang, istirahat yang cukup, olahraga secara teratur serta menjaga kondisi psikologis tetap baik. Untuk meningkatkan asupan vitamin dan gizi misalnya, dapat dilakukan dengan mengkonsumsi vitamin atau suplemen. Konsumsi vitamin B sangat dianjurkan untuk mengatasi nyeri menstruasi. Vitamin B6 membantu pembentukan sel darah merah serta mempertahankan kesehatan sistem syaraf. Vitamin B12, berperan dalam pembentukan sel darah merah sehingga mencegah anemia, selain itu vitamin B5 juga diketahui dapat mengurangi stres. Menjaga pola makan yang sehat dapat mengurangi nyeri menstruasi. Karena beberapa dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat mengurangi atau memperparah nyeri saat menstruasi terjadi. Perbanyaklah konsumsi sayur dan buah-buahan, hindari makanan yang mengandung bahan pengawet.

 

F.     Patofisiologi

1.      Dismenorea Primer

Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (Sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat dan vasoconstrictor (penyempit pembuluh darah) yang ada di endometrium sekretori. Hormon pituitary posterior,vasopressin terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mengurangi aliran darah uterus dan nyeri pada penderita dismenorea primer.

2.      Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah menstruasi pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahun. Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder disertai penyakit pelvis yang menyertai diantaranya 34 endometriosis ( kejadian dimana jaringan endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri menstruasi), adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip endometrium (tumor jinak di endometrium) dan masih banyak lagi.

 

G.    Perbedaan Dismenorea Primer dan Dismenorea Sekunder

Disminore primer

Disminore sekunder

Onset (serangan pertama) secara mendadak terjadi setelah menarche (menstruasi pertama).

Onset dapat terjadi di waktu apapun setelah menarche (umumnya setelah usia 25 tahun).

Nyeri perut atau panggul bawah biasanya berhubungan dengan onset aliran menstruasi dan berlangsung selama 8- 72 jam.

Wanita dapat mengeluh mengalami perubahan waktu serangan pertama nyeri selama siklus

 

H.    Pencegahan

 Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri menstruasi, salah satu caranya dengan memperhatikan pola dan siklus menstruasinya kemudian melakukan antisipasi agar tidak mengalami nyeri menstruasi. Berikut ini adalah langkah-langkah pencegahannya:

1.      Hindari stress, tidak terlalu banyak fikiran terutama fikiran negative yang menimbulkan kecemasan.

2.      Memiliki pola makan yang teratur.

3.      Istirahat yang cukup.

4.      Usahakan tidak menkonsumsi obat-obatan anti nyeri, jika semua cara pencegahan tidak mengatasi menstruasi nyeri lebih baik segera kunjungi dokter untuk mengetahui penyebab nyeri berkepanjangan. Bisa saja ada kelainan rahim atau penyakit lainnya.

5.      Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi karena akan memicu bertambahnya kadar estrogen.

6.      Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres punggung bawah serta minum-minuman yang hangat.

 

I.       Penanganan

Penatalaksanaan dismenorea menurut prawirohardjo (2016) :

1.      Konseling holistic

Holistik adalah pelayanan yang diberikan kepada sesama atau manusia secara utuh baik secara fisik, mental, sosial, spiritual mendapat perhatian seimbang. Pelayanan holistik merupakan pelayanan yang mencerminkan komitmen terhadap pelayanan kepada seluruh manusia yaitu secara jasmani, sosial ekonomi, sosial hubungan, mental dan spiritual.

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan, hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Nasehat-nasehat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olah raga mungkin berguna.Kemudian diperlukan psikoterapi.

2.      Pemberian obat analgesic

Pada saat ini banyak beredar obat-obatan analgesic yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres hangat pada perut bawah untuk mengurangi rasa nyeri. Obat analgetik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein.Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya.Penelitian menunjukan bahwa pemberian obat herbal dinilai lebih efektif dan aman untuk pengobatan dismenorea primer, dibandingkan dengan obat asam mefenamat atau placebo.Namun ini membutuhkan penelitian lebih lanjut.

 

3.      Pola hidup sehat

Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya menangani gangguan menstruasi, khususnya dismenorea.Yang termasuk dalam pola hidup sehat adalah olah raga cukup dan teratur, mempertahankan diit seimbang seperti peningkatan pemenuhan sumber nutrisi yang beragam.

4.      Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah penekanan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenorea primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu menstruasi tanpa gangguan, tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

5.      Terapi obat steroid

Terapi dengan obat steroid antiprostaglandin memegang peranan makin penting terhadap dismenorea primer.Termasuk disini endometasin, ibuproven dan naproksen kurang lebih 70% penderita 39 dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.Hendaknya pengobatan diberikan sebelum menstruasi mulai, 1 sampai 3 hari.

 


BAB III

STUDI KASUS

Tanggal dan tempat Asuhan

Hari dan tanggal         : Sabtu, 20 November 2021

Tempat                        : Puskesmas Kuta Baro

Identitas

Nama                                       : Nn A

Umur                                       : 15 Tahun

Alamat                                    : Lamceu

Agama                                     : Islam

Pendidikan                              : Sma

Pekerjaan                                 : Siswi

Suku/Bangsa                           : Aceh/Indonesia

 

S: Nn A umur 15 tahun datang bersama ibunya ke Puskesmas Kuta Baro dan Nn A mengatakan saat ini sedang menstruasi dan sudah berlangsung selama 3 hari, darahnya keluar banyak 3-4 kali ganti pembalut per harinya, Nn A mengatakan nyeri pada bagian perut.

 

Riwayat Menstruasi

 

HPHT                                      : 17 11 2021

Menarche                                : 13 Tahun

Lama                                       : 6 Hari

Siklus                                      : 28 Hari

Warna Darah                           : Merah Kehitaman

Konsistensi                              : Cair

Keluhan                                   : Nn A mengatakan nyeri pada bagian perut    

 

 

O:

 K/U : Baik

Kesadaran: composmentis

Tanda-tanda vital (TTV)

TD         : 100/70 mmHg

N            : 70 x/m

RR         : 18 x/m

T                        : 36,1 C

BB         : 48 kg

TB          : 145 cm

 

Pemeriksaan Fisik

·         Kepala             : Bersih,tidak ada ketombe

·         Wajah              : Normal, tidak ada oedema

·         Mata                : Conjungtiva merah muda,sclera putih

·         Telinga            : Bersih, tidak ada serumen

·         Hidung            : Bersih,tidak ada polit

·         Mulut              : Bersih, tidak ada caries

·         Leher               : Normal,tidakada pembengkakan kelenjar tyroid.

·         Payudara         : Simtris,tidak ada benjolan dan putting susu menonjol

·         Abdomen        : Bersih,tidak ada bekas luka operasi

·         Genetalia         : Tidak ada keputihan abnormal

A:

            Nn A umur15 tahun dengan gangguan reproduksi Disminorea primer

P:

1.             Memberitahu pasien bahwa pasien dalam keadaan baik dan mengalami gangguan dalam menstruasi yaitu dismenorea primer

2.             Menjelaskan kepada pasien tentang nyeri yang di rasakan yaitu pasien mengalami nyeri menstruasi yang disebut disminorea primer. Akan tetapi hal ini normal karena menstruasi primer timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih dengan berjalannya waktu.

3.               Menjelaskan hal- hal yang akan menimbulkan nyeri menstruasi atau dismenorea primer yang berlebih yaitu  factor psikis dan fisik  seperti stress, shock, kelelahan dan kecemasan.

4.             Menjelaskan pencegahan yang akan dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri menstruasi yaitu menghindari stress yang menimbulkan kecemasan, memiliki pola makan yang teratur, istirahat cukup, tidak merokok, tidak minum minuman keras, olahraga teratur, menguragi mengkonsumsi minuman dan makanan yang mengandung kafein, meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging, ikan dan yang mengandung vitamin B6.

5.             Menjelaskan penangganan pada nyeri menstruasi selain dengan terapi obat yaitu pola hidup sehat, pengompresan pada bagian yang nyeri dengan air hangat, melakukan posisi knee chest dan mandi dengan air hangat.

6.             Memberikan motivasi pada pasien bahwa kondisinya sekarang akan baik baik saja.

7.             Memberikan terapi obat peroral guna untuk mengurangi rasa nyeri menstruasi, terapi oral yang di berikan adalah Asam Mefenamat 500 mg 3x1 dan vitamin C 2x1 selama menstruasi berlangsung, Fe 2x1 selama menstruasi berlangsung.

8.             Menganjurkan pasien utuk datang kembali 2 hari kedepan atau jika ada keluhan dan nyeri semakin hebat.  

 


BAB IV

PEMBAHASAN

A.    Pembahasan

      Pada bab ini membahas mengenai proses manajemen asuhan kebidanan menurut SOAP pada Nn.A dengan gangguan reproduksi dismenorea primer secara terperinci mulai dari langkah pertamayaitu pengkajian data sampai dengan penatalaksanaan sebagai langkah terakhir. Pembahasan ini akan menjelaskan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat proses serta kesenjangan antara manajemen teori dan praktek langsung di lapangan juga alternative dari permasalahan yang ada.

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data pasien meliputi analisa melalui anamnesa sebagai langka awal SOAP.Data subjektif pada pasien dengan dismenorea primer di dapatkan dari hasil wawancara langsung yaitu pasien mengatakan nyeri perut pada bagian bawah saat menstruasi yang mengganggu aktifitasnya. Pengkajian merupakan langkah awal dari proses asuhan kebidanan yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data subjektif.Pada langkah ini penulis mengalami hambatan untuk mendapatkan data tersebut dengan waktu yang terbatas.Menurut teori dan praktek di lapangan terdapat kesenjangan dalam melakukan pengkajian.

Menggambarkan pendokumentasian dan catatan medik pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium dan test diagnostik yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung analisa sebagai langkah awal Pendokumentasian SOAP. Data objektif pada pasien dengan kasus dismenorea primer adalah hasil pemeriksaan fisik, pada saat pemeriksaan abdomen terlihat nyeri tekan pada perut bagian bawah.Pada langkah ini perlu pemaparan mengenai kesenjangan yang ada antara teori dan praktek dalam pemeriksaan tedapat kesenjangan karena penulis mendapatkan hambatan pada pemeriksaan fisik selain ketidakleluasaan dalam memeriksa pasien juga menolak untuk diperiksa pada bagian payudara dan genetalia.

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi masalah kebidanan serta kebutuhan sebagai pendokumentasian SOAP.Data subjektif dan objektif yang penulis temukan saat melakukan pengkajian mendukung ditegakkannya analisa kebidanan pada Nn. A umur 15 tahun dengan gangguan reproduksi dismenorea primer.Analisa kebidanan yang ditegakkan tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan abdomen yang terdapat nyeri tekan.Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, maka analisa yang muncul adalah gangguan reproduksi dengan dimenorea primer. Sehingga masalah muncul yaitu kecemasan akan rasa nyeri menstruasi yang dirasakan pasien sehingga dibutuhkan informasi pasien tentang rasa nyeri yang dirasa dan memberikan motivasi mental seperti  menekankan untuk tetap tenang, berdoa kepada Allah SWT, berdzikir dan yakin akan kesembuhan nyeri menstruasi yang dirasakannya. Secara teori diagnosa potensial dari dismenore primer dapat terjadi kista

 


BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut SOAP dengan pola fikir dan data perkembangan soap maka penulis dapat menyimpulkan Pada pengkajian gangguan reproduksi dengan dismenorea primer didapatkan data subjektif dan data objektif. Data subjektif di peroleh dari wawancara dengan pasien dimana pasien mengeluh bahwa nyeri pada perut bagian bawahnya sehingga mengganggu aktifitas pasien.Setelah diberikan asuhan dan di berikan terapi obat peroral pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawahnya berkurang dan pasien dapat beraktifitas seperti biasanya.Dalam teori dan praktek terdapat kesenjangan dalam melakukan pengkajian data subjektif dan objektif karena pada pengkajian data subjektif terdapat hambatan pada waktu yang terbatas

Dalam analisa data di dapatkan diagnosa kebidanan pada Nn.A umur 15 tahun dengan gangguan reproduksi dismenorea primer.Masalah yang timbul adalah pasien cemas dengan rasa nyeri yang dirasakannya.

Pada Kasus Nn.A dengan gangguan reproduksi dismenorea primer dengan tetap mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, ikan dan makanan bergizi lainnya.Pasien di beri terapi peroral dan konseling tentang pencegahan dan penanganan nyeri menstruasi ketika datang serta menganjurkan untuk kunjungan ulang dua hari setelah pasien memeriksakan dirinya.Dalam perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.

 

B.     Saran

Agar lebih meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahuan tentang menstruasi terutama dismenorea sehingga kedepannya dapat memberikan asuhan yang komprehensif dan meningkatkan pelayanan berkualitas

 

DAFTAR PUSTAKA

 

1.      Alaettin, (2015) wanita dan Menometroragia.RSUD dr.Slamet kota Garut. 2016. Laporan Menometroragia 2014-2016.

2.      Depkes, 2016. Penyebab Disminorea, Jakarta: Depkes

3.      Nirwana (2014) Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Disminorea  yang diberi KIE dan tidak diberika n KIE. 7(61) Juli ,pp. 28-61

4.      Elisa, Nunung, Uken, 2015, Penatalaksanaan penangganan nyeri haid. Niaga Swadaya: Jakarta

5.      Liewellyn, Jones, 2016, Dasar Dasar Obstetri dan Ginekolog. Edisi VL. Jakarta: Hipokrates.

6.      Prawirohardjo, 2016. Ilmu Kebidanan.Ed.3 Cet8. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

7.      Manuaba 2015. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta

8.      Anurogo 2016. Konsep dan Penulisan Resep Ke Perawatan. Edisi Pertama Jakarta : Graha Ilmu.

No comments:

Post a Comment