Tuesday 14 April 2020

ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH UDAH SIAP


ASUHAN KEPERAWATAN  SISTEM PERKEMIHAN




Disusun
Oleh:

KELOMPOK 2

ANDRIANSYAH ZULBAINI
DARA CUT AMBIA
LIZA JULAINI
SAFARINA



Dosen Pembimbing :
Ns. Yadi Putra, S.Kep.,M.Kes














UNIVERSITAS ABULYATAMA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
 BANDA ACEH
2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul  ASUHAN KEPERAWATAN  SISTEM PERKEMIHAN
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Amin.


Aceh Besar,  November 2019

Penyusun


DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A.      Latar Belakang.................................................................................... 1
B.      Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C.      Tujuan................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
A.        Konsep Dasar Penyakit....................................................................... 3
B.        Asuhan Keperawatan........................................................................ 15

BAB III ANALISA KASUS........................................................................................ 23
A.        Kasus Terkait..................................................................................... 23
B.        Dokumentasi Askep.......................................................................... 23
C.        Pemeriksaan Fisik............................................................................. 25
D.       Analisa Data...................................................................................... 28
E.        Prioritas Diagnosa Keperawatan...................................................... 29
F.         Rencana ( Intervensi ) Keperawatan................................................ 29

BAB IV PENUTUP................................................................................................... 31
A.      Kesimpulan....................................................................................... 31
B.      Saran................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 33



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
1)   masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2)   Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

B.  Ruumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK). Dimana penyakit ini banyak di derita oleh anak-anak hingga orang lanjut usia.

C.  Tujuan
Untuk mengetahui definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patologis serta Asuhan Keperawatan dari Infeksi Saluran Kemih (ISK) itu sendiri.
atalaksanaan). Serta Asuhan keperawatan (pengkajian,diagnose, perencanaan dan evaluasi)





BAB II
PEMBAHASAN


A.  Konsep Dasar Penyakit
1.    Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria (kandung kemih), dan uretra.
a.    Ginjal
Ginjal adalah organ berbetuk dua-buncis yang terletak di bagian posterior abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis torakal ke-12 sampai vertebra lumbal ketiga,dimana ginjal kanan biasanya terletak agak lebih rendah dari ginjal kiri karena hubungannya dengan hati. Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 gram.
b.    Fungsi vital ginjal :
1)   Sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia.
2)   Sebagai homeostasis.
3)   Pengeluaran zat-zat toksin/racun
4)   Memperlakukan suasana keseimbangan air,
5)   Mempertahankan  keseimbangan asam-basa cairan tubuh
6)   Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
Ginjal terbagi menjadi  bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane basalis.  Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati glomerulus akan disaring  ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.
Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron. Urine yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus pengumpul dan tubulus renal yang kemudian menyatu untuk membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis akan membentuk ureter. Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos.Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin.
c.    Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ± 0,5 cm.  Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari
1)        Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2)        Lapisan tengah otot polos
3)        Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
d.   Kandung kemih (vesika urinaria)
Kandung kemih merupakan organ berongga  yang terletak di sebelah anterior tepat dibelakang os.pubis. Organ ini berungsi sebagai wadah sementara untuk menampung urine. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot polos yang dinamakan muskulus detrusor.Kontraksi otot ini terutama berfungsi mengososngkan kandung kemih pada saat buang air kecil (urinari). Uretra muncul dari kandung kemih;  pada laki-laki, uretra berjalan lewat  penis dan pada wanita bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada laki-laki kelenjar prostate yang terletak tepat di bawah leher kandung kemih mengelilingi uretra di sebelah posterior  dan leteral. Sfingter urinalisis eksterna merupakan otot volunteer yang bulat untuk mengendalikan proses awal urinasi.
Ginjal terbagi menjadi  bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane basalis.  Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati glomerulus akan disaring  ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.
e.    Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih  yang berfungsi  menyalurkan air kemiih keluar.
Pada laki-laki terdiri dari :
1)        Uretra prostaria
2)        Uretra membranosa
3)        Uretra kavernosa.
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi sebagai saluran reproduksi (tempat keluarnya sperma).
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm.  Lapisan uretra pada wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita  terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran eksresi.
2.    Pengertian Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain.(Sudoyo Aru, dkk 2009). Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan akibat peradangan oleh mikroorganisme di dalam saluran kemih. (Waspadji, dkk 2010)
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia.. Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
3.                                                                                 Patofisiologi dan Penyebab Ifeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
1)   masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2)   Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
1)   Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
2)   Mobilitas menurun
3)   Nutrisi yang sering kurang baik
4)   System imunnitas yng menurun
5)   Adanya hambatan pada saluran urin
6)   Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
a.       Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1)        Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2)        Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3)        Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
b.      Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1)      Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung            kemih yang kurang efektif
2)      Mobilitas menurun
3)      Nutrisi yang sering kurang baik
4)      Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5)      Adanya hambatan pada aliran urin
6)      Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
4.                                                                            Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Kemih
a.    Gejala – gejala dari infeksi saluran kemihsecara umum sering meliputi:
1)         Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
2)         Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
3)         Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit
(oliguria)
4)         Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
5)        Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
6)         Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
7)         Rasa sakit pada daerah di atas pubis
8)         Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
9)         Demam
10)     Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa,
yaiu kelelahan, hilangnya kekuatan, demam
11)     Sering berkemih pada malam hari
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal. Gejala – gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu demam, kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi ginjal termasuk dalam infeksi saluran kemih.
Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda – tanda dan gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
1)        Desakan yang kuat untuk berkemih
2)        Rasa terbakar pada saat berkemih
3)        Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
4)        Adanya darah pada urin (hematuria)
b.      Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
1)        Pyelonephritis akut.
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
2)        Cystitis.
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3)        Uretritis.
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi. Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.
Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi:
a.    Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:
1)        Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya, khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan sakit, misalnya: letih dan lesu.
2)        Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak dapat mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan mencium urin bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis diperlukan).
3)        Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan penyakit, walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas dari Infeksi saluran kemih).
4)        rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5)        muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6)        jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya bayi yang berusia setlah delapan hari.


b.    Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:
1)      Diarrhea
2)      Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu (misalnya: pemberian makan, dan menggendong)
3)      Kehilangan nafsu makan
4)      Demam
5)      Mual dan muntah
6)      Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi saluran kemih.
7)      Lemah
8)      Adanya rasa sakit pada saat berkemih.
c.    Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
1)        rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal)
2)        seringnya berkemih
3)        ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata lain, urin berjumlah sedikit (oliguria)
4)        tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5)        rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6)        rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7)        urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
d.   Gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi:
1)        Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemihringan (misalnya: cystitis, uretritis) meliputi :
a)        rasa sakit pada punggung
b)        adanya darah pada urin (hematuria)
c)        adanya protein pada urin (proteinuria)
d)       urin yang keruh
e)        ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
f)         demam
g)        dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
h)        tidak nafsu makan
i)          lemah dan lesu (malaise)
j)          rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
k)        rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
l)          rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
2)        Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya: pyelonephritis) meliputi:
a)        Kedinginan
b)        demam tinggi dan gemetar
c)        mual
d)       muntah (emesis)
e)        rasa sakit di bawah rusuk
f)         rasa sakit pada daerah sekitar abdome
e.       Pemeriksaan Diagnostik
a.         Urinalisis
1)   Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
2)   Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
b.        Bakteriologis
1)      Mikroskopis
2)      Biakan bakteri
a.         Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
b.        Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
c.         Metode tes
1)        Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2)        Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3)        Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
f.       Penatalaksanaan Medik
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a.             Terapi antibiotika dosis tunggal
b.             Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c.             Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d.            Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
a.         Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
b.        Interansi obat
c.         Efek samping obat
d.        Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
a.         Efek nefrotosik obat
b.         Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
a.         Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan ?
b.         Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh membahnayakan ?
c.         Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan ?
d.        Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan ?

B.  Asuhan Keperawatan
1.    Pengkajian
Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
a.    Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
1)        Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
2)        Adakah obstruksi pada saluran kemih?
b.    Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi
nosokomial.
1)        Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
2)        Imobilisasi dalam waktu yang lama.
3)        Apakah terjadi inkontinensia urine?
c.    Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
1)        Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
2)        Adakah disuria?
3)        Adakah urgensi?
4)        Adakah hesitancy?
5)        Adakah bau urine yang menyengat?
6)        Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
7)        Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah?
8)        Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas?
9)         Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
d.   Pengkajian psikologi pasien:
1)        Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan?
2)        Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.







2.    Pathway
Description: https://perawat2008a.files.wordpress.com/2012/03/untitled3.jpg
Referensi Waspadji, dkk (2010)

3.    Diagnosa Keperawatan
a.    Infeksi yangberhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
b.    Perubahan pola eliminasi urine  ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
c.    Nyeri yang berhubungan dengan ISK.
d.   Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.
4.    Intervensi (Perencanaan / Implementasi)
Perencanaan
a.    Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
1)        Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam  pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
2)        Kriteria Hasil :
a)        Tanda-tanda vital dalam batas normal
b)        Nilai kultur urine negative
c)        Urine berwarna bening dan tidak bau
3)        Intervensi :
a)    Kaji  suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas
 38,50°C
Rasional :
Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
b)   Catat karakteristik urine
Rasional :
Untuk mengetahui / mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
c)      Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional :
Untuk mencegah stasis urine
d)     Monitor pemeriksaan ulang urine kultuur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
Rasional :
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
e)      Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komlit setiap kali kemih.
Rasional :
Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.
d)                           Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap  bersih dan
kering.
Rasional :
Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
4)   Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi dan atau
nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
1)      Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
1)                                                                                                   Kriteria Hasil :
a)        Klien dapat berkemih setiap 3 jam
b)        Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
c)        Klien dapat BAK dan berkemih
2)                                                                                                   Intervensi :
a)        Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional :
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input / output
b)        Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3  jam
Rasional  :
Untuk  mencegah terjadinya penumpukan urine dalam kandung kemih.
c)        Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional  :
Untuk memudahkan klian dalam berkemih.
d)       Bantu klien ke kamar kecil , memakai pispot / urinal.
Rasional :
Untuk  memudahkan klien untuk berkemih.
e)        Bantu klien mendapatkan poosisi berkemih yang nyaman.
Rasional :
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
b.    Nyeri yang berhubungan dengan ISK
1)   Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya  berkurang.
2)        Kriteria Hasil :
a)    Pasien mengatakan / tidak ada keluhan pada saat berkemih
b)    Kandung kemih tidak tegang
c)    Passien tampak tenang
d)   Ekspresi wajah tenang
e.     Intervensi  :
a)        Kaji inensitas, lokasi dan faktor yang memberatkan atau meringankan nyeri.
Rasional :
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi.
b)        Berikan waktu istirahat yang cukup  dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional :
Klien dapat istirahat  dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot.
c)        Anjurkan minum banyak 2-3  liter jikatidak ada kontra indikasi.
Rasional :
Untuk membantu klien dalam berkemih.
d)       Berikan  obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional :
Analgetik memblok lintasan nyeri.
C.     Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentangproses penyakit,  metode pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.
1)   Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah.
2)   Kriteria Hasil :
a)    Klien tidak gelisah
b)   Klien tenang
3)   Intervensi :
a)      Kaji tingkat kecemasan
Rasional :
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
b)      Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan.
c)      Beri suport pada klien 
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan percaya diri tinggi terhadap perawatan atas kesembuhannya.
d)     Beri dorongan spiritual
Rasional :
Agar  klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan YME. Beri suport pada klien.
e)      Beri penjelasan terhadap penyakitnya
Rasional :
Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit  yang dialaminya.
5.      Implementasi /  Pelaksanaan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat  respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Waspadji, dkk 2010).Tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Waspadji, dkk 2010)
6.      Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a.    Nyeri  yang menetap atau bertambah
b.    Perubahan warna urine
c.    Pola  berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing menetes setelah berkemih.









BAB III
ANALISA KASUS

A.  Kasus Terkait
Bp. A seorang perawat, datang ke UGD RS.Soeradji mengantar anak perempuannya yang masih berumur 5th karena anaknya menangis terus-menerus sejak kemarin sore dikarenakan febris dan disuria. Bp.A juga mengatakan, An.K di rumah dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal higiennya biasanya dibantu oleh pembantunya.
Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas – remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK padahal buang air kecilnya lebih sering dari biasanya namun urinnya dalam jumlahnya sedikit, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum.
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. Karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
RR : 28x/menit
S   : 40 ºC
N  : 108x/menit
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat
ukuran 24 dan diberikan terapi obat :
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB

B.  Dokumentasi Askep
1.                                                                                                        Pengkajian Keperawatan
b.    Nama perawat             : Agus
Tgl pengkajian             : 10 April 2012
Jam pengkajian             : 15.00 WIB
c.    Identitas Pasien
Nama Pasien                  : An. K
Agama                            : Islam
Umur                              : 5 tahun
Jenis kelamin                  : Perempuan
  1. Keluhan Utama
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.
  1. Riwayat Kesehatan
a.    Riwayat Penyakit sekarang
Klien mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya. Saat di UGD, An.K dilakukan pemasangan infus RL 20tetes/menit dengan abocat ukuran 24 selama 4 hari.
b.    Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah dialami    : klien sering mengalami nyeri
Abdomen
a.          Kecelakaan                         :  tidak terkaji
b.         Pernah dirawat di RS         :  Bpk.A mengatakan, pada usia 4
tahun    An.K pernah dirawat di RS karena mengalami malaria
c.          Operasi                                :  Bpk.A mengatakan An.K tidak
pernah dioperasi
2. Alergi                                          :  Bpk.A mengatakan bahwa An.K
 alergi     terhadap ikan
3. Vaksin                                      :  Bpk.A mengatakan bahwa An.K
baru saja di vaksin Hepatitis B 3bulan yang lalu
4. Kebiasaan                                  : An.K mengatakan bahwa ia suka
jajan di sembarang tempat

c.    Riwayat Penyakit Keluarga
Sebelum An.K mengalami gangguan eliminasi urinarius, nenek dari An.K yaitu Ny. T sudah pernah mengalami gangguan eliminasi urinarius selama lebih kurang satu minggu.

C.  Pemeriksaan Fisik
5.     Aktivitas dan latihan
An. K sebelum sakit masih bisa melakukan aktifitas seperti anak seusianya seperti bermain bersama teman-temannya, tetapi setelah mengalami ISK An. K menjadi pendiam karena menahan rasa sakit perutnya. Selama sakit An. K dirumah melakukan aktifitas dan dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal hygen biasanya dibantu oleh pembantunya.
6.     Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit Bp. A mengatakan An. K tidak ada masalah dalam masalahnya, A.n K biasanya tidur 9 jam  saat malam dan 2 jam  saat siang, saat sakit Bp. A mengatakan An. K  mengalami sulit tidur dan sering terbangun saat tidur dikarenakan  perut bagian bawah terasa nyeri dan sangat sakit, A.n K hanya bissa tidur 6 jam ssaat malam dan tidak bisa tidur saat siang.
7.     Kenyamanan dan nyeri
1)        Palliative/profokatif
Klien  mengatakan nyeri berkurang setelah  klien melakukan  teknik relaksasi yang diberikan oleh perawat/ pada saat BAK klien merasakan nyeri
2)        Quality
klien mengatakan sangat nyeri ketika akan berkemih dan terasa sedikit berkurang nyerinya sesudah berkemih
3)        Region
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Suprapubic.
4)        Scale
Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 8
5)        Time   
Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK. Nutrisi Sebelum klien mengalami gangguan eliminasi, klien mempuyai nafsu makan sehingga selalu makan 3 porsi sehari, tetapi pada saat mengalami gangguan eliminasi urine, nafsu makan klien menjadi berkurang, sehingga hanya makan 1 porsi sehari
6)        Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4 gelas standar 250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt, sebelum sakit klien minum 8 gelas standar 250cc perhari .
7)        Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak mengalami sesak nafas dan tidak ada sputum.
8)        Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x sehari, saat mengalami gangguan eliminasi urin klien merasakan perut terasa diremas-remas dan warna fases cokelat.
9)        Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi berkemih 500cc/hr, selama mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya berkemih 250cc/hr dan warna urine merah terdapat hematuria dan klien mengatakan nyeri pada saat BAK.
10)    Sensori,persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada Sensori, persepsi dan kognitif.
8.                                                                             Pemeriksaan fisik
a.    Keadaan Umum         
Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan Vital Sign:
N                 : 108xmnt
RR              : 28x/mnt
S                  : 400c
b.    Kepala:
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang terdapat di kepala, bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap kebelakang. Kulit kepala tidak mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka.
c.    Leher:
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat melakukan gerakan leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
d.   Dada: paru & jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan 20x/menit pada saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada sebelah kanan lebih keras dari pada dinding dada sebelah kiri. Pada saat dilakukan perkusi suara paru klien normal yaitu terdengar bunyi resonan
e.    Abdomen:
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi tdak ada pembengkakkan, dan semetris. Pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara bising usus, secara normal terdengar setiapbising usus normal terdengar 10 kali/menit  
9.     Psiko sosio budaya dan spiritual
1.    Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat ingin BAK.
2.    Sosial
Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara klien sopan.
3.    Budaya
Tidak terkaji
4.    Spiritual
Tidak terkaji

5.    Pemeriksaan penunjang Terapi Medis
Saat di UGD klien deberikan cairan IV yaitu infus RL 20tts/mnt, klien juga diberikan obat melalui injeksi Cefotriaxone 2x500 gram dan obat peroral Ketorolak 2x0,5 mg/kg/BB.

D. Analisa Data
TGL/JAM
DATA FOKUS
ETIOLOGI
PROBLEM
DS :
1. Bapak klien mengatakan suhu badan anaknya teraba panas.
DO :
1.      N : 108x/menit
2.      S : 40
3.      RR : 28x/menit
4.      Teraba panas
Proses infeksi
Hypertermi
01/02/2012
09.00 WIB
DS :
1. An.K  mengatakan sulit dan
Sakit pada perut seperti
diremas-remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK padahal buang air kecilnya lebih sering daripada biasanya, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum.
2.Bp.A mengatakan
 anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. Kira-kira skala nyerinya mencapai 9.
DO :
1. Klien tampak terlihat pucat dan lemas.
2. Klien terlihat memegangi perut bagian bawah.
Agen cidera biologis
Nyeri akut
DS :
1. An.K  mengatakan sulit dan
Sakit pada perut seperti
diremas-remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK padahal buang air kecilnya lebih sering daripada biasanya, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum.
DO :
1. Klien terlihat kesakitan dan takut saat buang air kecil.
Infeksi saluran kemih
Gangguan Eliminasi urinarius

DS :
1. An. K mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas-remas dan perih saat mau buang air kecil sehingga An. K menjadi takut jika mau BAK. Oleh sebab itu, An. K mengatakan takut untuk banyak minum.
DO :
1. Wajah klien tampak terlihat murung.
2. Sikap klien berubah menjadi pendiam.
Status kesehatan
Ansietas

E Prioritas Diagnosa Keperawatan
1.                                                                                                                                                         Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih
2.                                                                                                                                                         Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3.                                                                                                                                                         Hyperthermy berhubungan dengan proses infeksi

F. Rencana ( Intervensi ) Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
1
Eliminasi urinarius berhubungan dengan  infeksi saluran kemih
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam maka eliminasi urinarius An. K berkurang dengan kriteria hasil sbb:
·         Eliminasi lancar.
·         Urin berwarna kuning cerah tetapi sedikit pucat.
·         Tidak terjadi hematuria
·         Volume pengeluaran urine 900-2100 CC/hari.
1.    Pantau eliminasi urin contohnya frekuensi urin, volume urin, konsistensi urin dengan tepat
Ajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
Instruksikan klien atau keluarga untuk mencatat keluaran urin.
2
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka nyeri yang dialami oleh An.K berkurang dengan kriteria hasil sbb:
1.     Selera makan klien kembali normal.
2.     Klien sudah tidak mengalami gelisah.
3.     Klien dapat beraktivitas kembali seperti biasanya.
4.     nyeri hilang atau berkurang.
1.    Ajarkan klien tekhnik relaksasi nafas dalam.
2.    Beri kompreshangat pada bagian yang nyeri.
3.    Kolaborasi dalam pemberian analgesik Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB
3
Hyperthermy berhubungan dengan proses infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka An. K tidak mengalami hipertermi dengan kriteria hasil sbb :
1.  RR klien normal16-24/menit.
2.  Suhu tubuh klien dalam rentang 36,5-37,5 
3.   Nadi klien normal (60-100x/menit).
4.   Tubuh klien tidak teraba panas.
-     1Observasi keadaan umum klien.
-     Monitor vital sign klien (suhu &nadi).
-     Beri kompres hangat pada klien.
-     Anjurkan pada klien untuk meningkatkan istirahat.
-     Kolaborasi dalam pemberian infus RL, 20 tts/mnt
-     Anjurkan banyak minum air putih.
-     Kolaborasi dalam pemberian injeksi Ceftriaxone 2x500mg
-     Kolaborasi dalam pemberian analgetik paracetamol 10-10-15 mg/kgBB/kali.
BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Pada bab ini penulis dapat menyimpulkan antara lain:
Pada pengkajian penulis menyimpulkan data melalui kejadian kasus secara luas,wawancara, pemeriksaan fisik, riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, manifestasi klinik infeksi saluran kemih, psikologi pasien, tidak dilakukan karena penulis tidak mengkaji langsung pada klien , melainkan penulis hanya mendapat data dari ilustrasi kasus yang di dapat.
Diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau hokturia) berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur urinarius, dll, sedangkan diagnose yang ada pada teori dan pada kasus adalah infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri dan kurang pengetahuan.
Dalam membuat  perencanaan keperawatan penulis menyesuaikan dengan kondisi klien secara luas saat dikaji dan membuat prioritas masalah sesuai kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dan kebutuhan utama klien.
Dalam pelaksanaan keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat.
Dalam evaluasi penulis dapat menyimpulkan bahwa semua diagnosa dapat teratasi dan tujuan keperawatan tercapai. Namun kendalanya penulis tidak dapat mendokumentasikan data dengan baik sehingga untukmembuat evaluasi mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan penulishanya mendapatkan data berdasarkan pedoman kasus.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita.

B.  Saran
Untuk pembaca, teman sejawat  dan penulis agar dapat memprioritaskan masalah sesuai kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, walaupun pendokumentasian data tidak dapat dilakukan karena data  yang diperoleh hanya berdasarkan ilustrasi kasus secara luas  tetapi rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik. Dianjurkan agar dapat mendokumentasikan semua data pada klien baik verbal maupun obyektif degan benar sehingga dapat membuat evaluasi dengan baik untuk menunjang pendokumentasian yang baik.


DAFTAR PUSTAKA


Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Huda amin, dkk (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Sudoyo Aru, dkk (2009). Perawatan medikal bedah (suatu pendekatan proses keperawatan). Bandung.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
Waspadji, dkk (2010) .Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC.






No comments:

Post a Comment