Tuesday 14 April 2020

ARTIKULATOR DAN CARA KERJA ARTIKULATOR


ARTIKULATOR DAN CARA KERJA ARTIKULATOR






KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur seraya penyusun panjatkan ke hadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehinnga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ARTIKULATOR DAN CARA KERJA ARTIKULATOR”
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang pengantar, pengertian dasar serta bunyi bahasa dan tata bahasa.
Seperti pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penyusun harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.


Aceh Besar,   Oktober 2019


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.    Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C.    Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.    Pengertian dari Artikulator........................................................................... 3
B.    Cara kerja Artikulator................................................................................... 5

BAB IV PENUTUP............................................................................................. 11
A.    Kesimpulan................................................................................................. 11
B.    Saran........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang memakai bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain-lain. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.
Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah “huruf” walaupun yang dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan  penyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau fonem baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan
Ketika kita mendengar orang berbicara, maka kita akan dengar runtutan bunyi bahasa. Runtutan bunyi bahasa ini dapat dianalisis dan disegmentasikan berdasarkan tingkatan-tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda yang terdapat dalam runtutan bunyi tersebut. Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut fonologi. Adapun satuan bunyi yang menjadi objek studinya yaitu fonetik dan fonemik. Dalam hal mengeluarkan, menghasilkan, atau mengucapkan bunyi, tentu saja melalui proses. Kita perlu mengetahui bagaimana proses pengeluaran bunyi-bunyi bahasa dan organ-organ apa saja yang berperan dalam proses tersebut.
Jika diperhatikan bunyi-bunyi yang terdapat pada kata-kata [intan], [angin], dan [batik] tidak sama. Ketidaksamaan bunyi pada deretan kata-kata itulah sebagai salah satu objek atau sasaran studi fonologi khususnya cabang ilmu fonetik. Dalam kajiannya, fonetik berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya. Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai kajian-kajian fonetik tersebut.
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan dengan lancar.

B.  Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalahnya, yaitu:
1.    Apa pengertian dari Artikulator
2.    Bagaimana cara Artikulator

C.  Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1.    Untuk mengetahui pengertian dari Artikulator.
2.    Untuk mengetahui cara Artikulator.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian dari Artikulator
1.    Pengertian Artikulasi
Artikulasi adalah Perubahan rongga dan ruang yang terjadi dalam saluran suara untuk menghasilkan bunyi atau bahasa. Daerah artikulasi terletak dari bibir luar sampai pita suara, dimana fonem-fonem terbentuk dari getaran pita suara disertai dengan perubahan posisi lidah dan semacamnya.
Artikulasi artinya pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar atau penonton bisa mengerti pada kata kata yang diucapkan.
Dalam vokal musik/lagu, artikulasi merupakan sebuah cara mengucapkan kata-kata dalam bernyanyi agar pesan lagu dapat dimengerti dan dipahami oleh para pendengar. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan artikulasi yang baik diantaranya yaitu sikap badan yang tegap, latihan vokalisis, posisi mulut yang benar, pembentukan bunyi lokal, dan pembentukan bunyi konsonan.
2.    Pengertian Artikulasi Menurut Para Ahli
Menurut Mustain (2010: 30), artikulasi adalah apa yang kita definisikan sebagai struktur-struktur dalam otak yang melibatkan kemampuan bicara (area kemampuan bicara), membaca atau pemprosesan kata lainnya dan area gerak tambahan (menulis, membuat sketsa, dan gerak-gerak ekspresif lainnya).
Berdasarkan definisi menurut Mustain, artikulasi merujuk kepada apa saja yang berkaitan dengan aktivitas berbicara dan melakukan sesuatu akibat dari pemrosesan hasil dari kerja otak. Penerapan model artikulasi dalam proses pembelajaran sangat melibatkan kemampuan berbicara serta gerak ekspresi akibat dari kegiatan berpikir siswa.

3.    Model Pembelajaran Artikulasi
Pengertian Artikulasi Salah satu model artikulasi yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran adalah dengan cara membentuk kelompok berpasangan, di mana salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan kelas perihal hasil diskusinya dan guru membimbing siswa untuk memberikan kesimpulan.
Model pembelajaran artikulasi prosesnya seperti pesan berantai. Artinya apa yang telah diberikan guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Hal ini merupakan keunikan model pembelajaran artikulasi. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagai penyampai pesan.
4.    Pembelajaran Artikulasi Menurut Para Ahli
Menurut Huda (2013: 269), pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran ini, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing anggotanya bertugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Skill pemahaman sangat diperlukan dalam model pembelajaran ini.
Dengan demikian, model pembelajaran artikulasi merupakan sebuah model pembelajaran yang menekankan pada konsep siswa aktif. Karena siswa akan dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil secara berpasangan, satu siswa bertugas untuk mewawancarai siswa lainnya secara bergantian guna untuk mengetahui seberapa paham para siswa mengenai materi yang disampaikan oleh guru. Setelah itu wakil kelompok akan menyampaikan hasil dari kegiatan wawancara.
5.    Pengertian Artikulator
Artikulasi sangat berhubungan dengan artikulator. Apa itu artikulator? Artikulator adalah alat ucap, yaitu semua organ tubuh manusia yang berfungsi dalam pengucapan bunyi dan bahasa (artikulasi). Organ-organ artikulator diantaranya adalah paru-paru, laring, faring, rongga hidung, rongga mulut, bibir, gigi, lidah, alveolum, palatum, velum, dan unila.
6.    Jenis Artikulator
a.    Artikulator dibagi ke dalam dua jenis, yaitu artikuator pasif, dan artikulator aktif.
b.    Artikulator aktif adalah alat ucap yg dapat bergerak, untuk menghasilkan bunyi bahasa (seperti lidah dan bibir).
c.    Artikulator pasif adalah alat ucap yang tidak dapat bergerak, tetapi disentuh atau didekati oleh artikulator aktif dalam menghasilkan bunyi bahasa (misal gigi atas dan langit-langit)

B.  Cara kerja Artikulator
a.    Alat ucap dibagi menjadi dua macam:
b.    Artikulator; adalah alat-alat yang dapat digerakkan/ digeser ketika bunyi
Diucapkan
c.    Titik Artikulasi; adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang dapat disentuh atau didekati
Untuk mengetahui alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bahasa, perhatikan bagan berikut.
Fonem-fonem yang dihasilkan karena gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-paru sewaktu seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang dihasilkan adalah vokal. Selanjutnya jika bunyi ujaran ketika udara keluar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi konsonan.
1.     Jenis-jenis Fonem
 Fonem vokal
Nama-nama fonem vokal yang ada dalam bahasa Indonesia adalah:
a.    vokal depan, tinggi, tak bundar
b.    vokal depan, sedang, atas, tak bundar
c.    vokal depan, rendah, tak bundar
d.   vokal tengah, sedang, tak bundar
e.    vokal belakang, atas, bundar
f.      vokal belakang, atas, bundar
2.    Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari hal berikut.
a)        Tinggi rendahnya posisi lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat
dibedakan atas:
a.     vokal tinggi atas, seperti bunyi [i] dan [u]
b.    vokal tinggi bawah, seperti bunyi [I] dan [U]
c.     vokal sedang atas, seperti bunyi [e] dan [o]
d.    vokal sedang bawah, seperti bunyi [É›] dan [ﬤ]
e.     vokal sedang tengah, seperti bunyi [∂]
f.     vokal rendah, seperti bunyi [a]
b)        Maju mundurnya lidah
Berdasarkan maju mundurnya lidah bunyi vokal dapat dibedakan atas:
a.    vokal depan, seperti bunyi [i], [e], dan [a]
b.    vokal tengah, seperti bunyi [∂]
c.    vokal belakang, seperti bunyi [u] dan [o]
Berkenaan dengan penentuan bunyi vokal berdasarkan posisi lidah ada konsep yang disebut vokal kardinal (Jones 1958:18), yang berguna untuk membandingkan vokal-vokal suatu bahasa di antara bahasa-bahasa lain. Konsep vokal kardinal ini menjelaskan adanya posisi lidah tertinggi, terendah, dan terdepan dalam memproduksi bunyi vokal itu. Bunyi vokal [i] diucapkan dengan meninggikan lidah depan setinggi mungkin tanpa menyebabkan terjadinya konsonan geseran. Vokal [a] diucapkan dengan merendahkan pangkal lidah sebawah mungkin. Vokal [u] diucapkan dengan menaikkan pangkal lidah setinggi mungkin.
c)        Struktur
Struktur pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah dengan langit-langit keras (palatum). Maka, berdasarkan strikturnya bunyi vokal dapat dibedakan menjadi:
a.      Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit. Vokal tertutup antara lain [i], [u].
b.      Vokal semi tertutup (half-close) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua per tiga di atas vokal terbuka. Vokal semi tertutup antara lain [e], [∂], dan [o].
c.       Vokal semi terbuka (half-open) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka atau dua per tiga di bawah vokal tertutup. Vokal semi terbuka antara lain [É›] dan [ﬤ].
d.     Vokal terbuka (open vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin. Vokal terbuka adalah [a].
d)       Bentuk mulut
Berdasarkan bentuk mulut sewaktu bunyi vokal itu diproduksi dapat dibedakan:
a.         Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut membundar. Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti bunyi [ﬤ], dan yang bundar tertutup seperti bunyi [o] dan bunyi [u].
b.         Vokal tak bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak membundar, melainkan terbentang melebar, seperti bunyi [i], bunyi [e], dan bunyi [É›].
c.         Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak bundar dan tidak melebar, seperti bunyi [a]
Berdasarkan keempat kriteria diatas, maka nama-nama vokal dapat disebutkan sebagai berikut:
a.         [i] adalah vokal depan, tinggi (atas), tak bundar, tertutup.
b.         [I] adalah vokal depan, tinggi (bawah), tak bundar, tertutup.
c.         [u] adalah vokal belakang, tinggi (atas), bundar, tertutup.
d.        [U] adalah vokal belakang, tinggi (bawah), bundar, tertutup.
e.         [e] adalah vokal depan, sedang (atas), tak bundar, semi tertutup.
f.          [É›] adalah vokal depan, sedang (bawah), tak bundar, semi terbuka.
g.         [∂] adalah vokal tengah, sedang, tak bundar, semi tertutup.
h.         [o] adalah vokal belakang, sedang (atas), bundar, semi tertutup.
i.           [ﬤ] adalah vokal belakang, sedang (bawah), bundar, semi terbuka.
j.           [a] adalah vokal belakang, rendah, netral, terbuka.
e)        Fonem Diftong
Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah fonem diftong /ay/, diftong /aw/, dan diftong /oy/. Ketiganya dapat dibuktikan dengan pasangan minimal.
a.    /ay/ gulai x gula (gulay x gula)
b.    /aw/ pulau x pula (pulaw x pula)
c.    /oi/ sekoi x seka (s∂koy x seka)
Adapun klasifikasi diftong adalah sebagai berikut:
Diftong naik, terjadi jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah menjadi lebih tinggi daripada yang pertama.
1.      Contoh:
a.                 [ai]                   <gulai>
b.                [au]                  <pulau>
c.                 [oi]                   <sekoi>
d.                [∂i]                   <esei>
Diftong turun, terjadi bila vokal kedua diucapkan dengan posisi lebih rendah daripada yang pertama. Dalam bahasa Jawa ada diftong turun contohnya:
a.       [ua] pada kata <muarem> ‘sangat puas’
b.      [uo] pada kata <luoro> ‘sangat sakit’
c.       [uÉ›] pada kata <uelek> ‘sangat jelek’
Diftong memusat, terjadi bila vokal kedua diacu oleh sebuah atau lebih vokal yang lebih tinggi, dan juga diacu oleh sebuah atau lebih vokal yang lebih rendah. Dalam bahasa Inggris ada diftong [oα] seperti pada kata <more> dan kata <floor>. Ucapan kata <more> adalah [mo∂] dan ucapan kata <floor> adalah [flo∂].
2.      Fonem Konsonan
·                    Nama-nama fonem konsonan bahasa Indonesia adalah
a.       /b/ konsonan bilabial, hambat, bersuara
b.      /p/ konsonan bilabial, hambat, tak bersuara
c.       /m/ konsonan bilabial, nasal
d.      /w/ konsonan bilabial, semi vokal
e.       /f/ konsonan labiodentals, geseran, tak bersuara
f.       /d/ konaonan apikoalveolar, hambat, bersuara
g.      /t/ konsonan apikoaveolar, hambat, tak bersuara
h.      /n/ konsonan apikoaveolar, nasal
i.        /t/ konsonan apikoaveolar, sampingan
j.        /r/ konsonan apikoaveolar, getar
k.      /z/ konsonan laminoalveolar, geseran, bersuara
l.        /s/ konsonan laminoalveolar, geseran, tak bersuara
m.    /∫/ konsonan laminopalatal, geseran, bersuara
n.      /ñ/ konsonan laminopalatal, nasal
o.      /j/ konsonan laminopalatal, paduan, bersuara
p.      /c/ konsonan laminopalatal, paduan, tak bersuara
q.      /y/ konsonan laminopalatal, semivokal
r.        /g/ konsonan dorsevelar, hambat, bersuara
s.       /k/ konsonan dorsevelar, hambat, tak bersuara
t.        /Å‹/ konsonan dorsevelar, nasal
u.      /x/ konsonan dorsevelar, geseran, bersuara
v.      /h/ konsonan laringal, geseran, bersuara
w.    /?/ konsonan glotal, hambat
·                   Fonem konsonan dapat digolongkan berdasarkan 4 kriteria yakni:
 Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan, atau tempat bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif. Tempat artikulasi disebut juga titik artikulasi. Sebagai contoh bunyi [p] terjadi pada kedua belah bibir (bibir atas dan bibir bawah), sehingga tempat artikulasinya disebut bilabial. Contoh lain bunyi [d] artikulator aktifnya adalah ujung lidah (apeksi) dan artikulator pasifnya adalah gigi atas (dentum), sehingga tempat artikulasinya disebut apikondental.
Cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan terhadap arus udara yang baru keluar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsonan itu. Misalnya, bunyi [p] dengan cara mula-mula arus udara dihambat pada kedua belah bibir, lalu tiba-tiba diletupkan dengan keras. Maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau bunyi letup. Contoh lain bunyi [h] dihasilkan dengan cara arus udara digeserkn di laring (tempat artikulasinya). Maka, bunyi [h] disebut bunyi geseran atau frikatif.
Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam proses pembunyian itu turut bergetar atau tidak. Bila pita suara itu turut bergetar maka disebut bunyi bersuara. Jika pita suara tidak turut bergetar, maka bunyi itu disebut bunyi tak bersuara. Bergetarnya pita suara adalah karena glotis (celah pita suara) terbuka sedikit, dan tidak bergetarnya pita suara karena glotis terbuka agak lebar.
Striktur, yaitu hubungan posisi antara artikulator aktif dan artikulator pasif. Umpamanya dalam memproduksi bunyi [p] hubungan artikulator aktif dan artikulator pasif, mula-mula rapat lalu secar tiba-tiba dilepas. Dalam memproduksi bunyi [w] artikulator aktif dan artikulator pasif hubungannya renggang dan melebar.




BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Penting tidaknya suatu bahasa dapat juga didasari patokan seperti jumlah penutur, luas penyebaran, dan peranannya sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap budaya. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang lebih penting daripada bahasa daerah. Kedudukan yang penting itu sekali-kali bukan karena mutunya sebagai bahasa, bukan karena besar kecilnya jumlah kosakata atau keluwesan dalam tata kalimatnya, dan bukan pula karena kemampuan daya ungkapnya.
Beberapa pengertian dasar berkenaan dengnTBBI adalah pengertian yang meliputi pengertian tentang beberapa bunyi, pengertian tentang pembentukan kata, pengertian tentang kalimat, dan pengertian tentang wacana.
Getaran udara yang masuk ke telinga dapat berupa bunyi atau suara. Bunyi sebagai getar udara dapat pula merupakan hasil yang dibuat oleh alat ucap manusia seperti pita suara, lidah, dan bibir. Bunyi bahasa yang dibuat oleh manusia untuk mengungkapkan sesuatu. Bunyi bahasa dapat terwujud dalam nyanyian atau tuturan.

B.  Saran
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke depannya. Amiinn.





DAFTAR PUSTAKA


Hasan, Alwi, dkk. (2003). Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Misdan, Undang. (1980). Bahasa Indonesia Pelajaran Bahasa II. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan
Muchlisoh, dkk. (1992). Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Resmini, Novi. 2006. Kebahasaan (Fonologi, Morfologi, dan Semantik). Bandung: UPI PRESS.
Abdullah, alek dan Achmad HP. 2013. Linguistik Umum. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
-------. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Asdi Mahasatya.
-------. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Dola, Abdullah. 2011. Linguistik Khusus Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Muslich, Masnur. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Redaksi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama









No comments:

Post a Comment