Tuesday 19 April 2022

MAKALAH PUPUK HAYATI CAIR

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

 

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A.    Latar Belakang............................................................................................. 1...........

B.    Rumusan Masalah........................................................................................ 3

C.    Tujuan........................................................................................................... 3

 

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4

A.    Pengertian Pupuk Hayati Cair...................................................................... 4

B.    Fungsi pupuk hayati..................................................................................... 4

C.    Jenis Pupuk Hayati....................................................................................... 5

D.    Kekurangan Dari Pupuk Hayati................................................................... 6

E.     Kelebihan Dari Pupuk Hayati...................................................................... 6

F.     Mengetahui Kualitas Pupuk Hayati............................................................. 7

G.    Cara Pembuatan Starter Mikroba dan Pupuk Hayati................................... 7

           

BAB III PENUTUP............................................................................................... 9

A.    Kesimpulan .................................................................................................. 9

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 10

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Pupuk merupakan suatu nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Pupuk secara umum dibedakan menjadi dua yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia aktif seperti pestisida yang diproduksi oleh pabrik-pabrik kimia yang beredar dipasaran. Sedangkan pupuk organik yaitu pupuk yang terbuat dari pelapukan organisme tumbuhan atau hewan. Terdapat dua macam pupuk organik yaitu pupuk organik padat dan organik cair. Pupuk organik padat merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan kotoran manusia yang berbentuk padat sedangkan pupuk organik cair merupakan larutan yang berasal dari pembusukan bahan-bahan organik. Kelebihan pupuk organik cair adalah mampu memberikan hara bagi tanaman tanpa merusak unsur hara di dalam tanah dan lebih mudah diserap oleh tanaman

Sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran manusia akan kerusakan lingkungan dan munculnya berbagai macam penyakit yang disebabkan penggunaan bahan kimia secara berlebihan pada makanan, pertanian organik muncul sebagai sebuah alternatif yang menjadi pilihan bagi banyak orang yang ingin hidup sehat. Pertanian organik sebagai suatu system bertani yang selaras dengan alam, mengembalikan siklus ekologi dalam suatu areal pertanian suatu aliran yang siklik dan seimbang (Gunalan 1996).

Secara perlahan tapi pasti system pertanian organik mulai berkembang di berbagai belahan bumi, baik di negara maju maupun negara berkembang. Masyarakat mulai melihat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan system pertanian organik ini, seperti lingkungan yang tetap terjaga kelestarianya dan dapat mengonsumsi produk pertanian yang relatif lebih sehat karena bebas dari bahan kimia yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan (Gunalan 1996).

Dalam usaha peningkatan produksi tanaman tanaman perkebunan lainnya maka mutu intensifikasi perlu untuk ditingkatkaan. Salah satu usaha yang dapat ditempuh yaitu dengan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Respon tanaman terhadap penggunaan pupuk akan menigkat bila menggunakan jenis pupuk, dosis, waktu serta cara pemberian yang tepat. Pemupukan bertujuan untuk memelihara dan memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan unsur hara atau zat hara kedalam tanah yang langsung atau tidak langsunng dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Pemupukan juga memperbaiki pH tanah dan memperbaiki lingkungan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman. Dalam hal ini pupuk yang mengandung mikroorganismme lah yang mampu memperbaiki sifat –sifat tanah.

Pupuk hayati adalah mikrobia ke dalam tanah untuk meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah atau udara. Umumnya digunakan mikrobia yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman inangnya. Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya. Mikroba yang digunakan sebagai pupuk hayati (biofertilizer) dapat diberikan langsung ke dalam tanah, disertakan dalam pupuk organik atau disalutkan pada benih yang akan ditanam. Penggunaan yang menonjol dewasa ini adalah mikrobia penambat N dan mikrobia untuk meningkatkan ketersedian P dalam tanah.

Pemupukan dapat dikatakan berhasil baik bila kita mengetahui unsur hara apa yang kurang terdapat dalam tanah atu unsur makan apa yang dibutuhkan oleh tanaman. Gejala kekurangan unsur hara dapat dilihat dengan tidak normalnya petumbuhan tanaman. Disamping mengetahui unsur hara apa yang kurang, perlu juga mengetahui berapa jumlah yang kurang itu sehingga kita bisa memberikan dalam jumlah yang benar dan efektif .

Bahan organik juga berperan sebagai sumber makanan dan energi mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Jadi penambahan bahan organik disamping sebagai sumber hara bagi tanaman, sekaligus sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba.

Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan ketahanan pangan. Oleh karena itu sistem pengolahan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik atau pupuk hayati dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan dan kelestarian lingkungan perlu digalakkan. Hanya dengan cara ini keberlanjutan produksi tanaman dan kelestarian lingkungan dapat dipertahankan.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan pupuk hayati ?

2.      Bagaimana Teknologi Pembuatan Pupuk Hayati?

 

C.    Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami Teknologi Pembuatan Pupuk Hayati serta fungsinya.


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Pengertian Pupuk Hayati Cair

Pupuk cair hayati atau disebut dengan biofertilizer merupakan pupuk yang mengandung mikroorganisme fungsional (bakteri, fungi, dan actomycetes). Apapun namanya pupuk hayati bisa diartikan sebagai pupuk yang hidup. Pupuk hayati selain mengandung mikroba dapat juga unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) serta unsur mikro lainnya. Kandungan pupuk hayati adalah mikroorganisme yang memiliki peranan positif bagi tanaman. Kelompok mikroba yang sering digunakan adalah mikroba-mikroba yang menambat N dari udara, mikroba yang melarutkan hara (terutama P dan K), mikroba-mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman.

Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komersial pertama di dunia yaitu inokulan Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu.

Pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis.

 

B.     Fungsi pupuk hayati

Terdapat dua peran utama pupuk hayati dalam budidaya tanaman, yakni sebagai pembangkit kehidupan tanah (soil regenerator), penyubur tanah kemudian tanah dan penyedia nutrisi tanaman (Feeding the soil that feed the plant). Mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk bekerja dengan cara:

1.      Penambat zat hara yang berguna bagi tanaman. Beberapa mikroorganisme berfungsi sebagai penambat N, tanpa bantuan mikroorganisme tanaman tidak bisa menyerap nitrogen dari udara. Beberapa berperan sebagai pelarut fosfat dan penambat kalium

2.      Aktivitas mikroorganisme membantu memperbaiki kondisi tanah baik secara fisik, kimia maupun biologi.

3.      Menguraikan sisa-sisa zat organik untuk dijadikan nutrisi tanaman.

4.      Mengeluarkan zat pengatur tumbuh yang diperlukan tanaman sperti beberapa jenis hormon tumbuh.

5.      Menekan pertumbuhan organisme parasit tanaman. Pertumbuhan mikroorganisme baik akan berkompetisi dengan organisme patogen, sehingga kemungkinan tumbuh dan berkembangnya organisme patogen semakin kecil.

 

C.      Jenis Pupuk Hayati

Pupuk hayati penambat nitrogen, mengandung mikroba yang mampu mengikat senyawa nitrogen yang berasal dari udara, yang kemudian akan diproses secara biologis di dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman. Mekanisme penambatan setiap mikroba berbeda-beda, bergantung pada sifat mikroba tersebut. Ada bakteri yang bersimbiosis dengan tanaman seperti bakteri Rhizobiumdan Azospirilium. Ada juga bakteri yang tidak bersimbiosis seperti bakteri Azotobacterchrococcum dan Bacillus megatherium. Saat ini paling banyak jenis pupuk hayati yang dikembangkan dengan non simbiosis karena penggunaannya lebih luas dan tidak terbatas dengan jenis komoditas. Mikroba penambat nitrogen mampu menambat nitrogen 25 - 40 kg N/hektare/tahun.                       

Pupuk hayati peluruh fosfat, mengandung mikroba. Mikroba tersebut memiliki kekuatan untuk meluruhkan unsur fosfat terikat yang berada di dalam tanah sebagai senyawa organik atau batuan mineral. Unsur fosfat yang sudah hancur akan lebih mudah diserap oleh tanaman. Namun, setiap mikroba memiliki mekanisme peluruhan yang berbeda-beda. Pada umumnya mikroba tersebut akan mengeluarkan senyawa asam organik dan melepas ikatan fosfat sehingga dapat dengan mudah diserap oleh tanaman. Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan, inokulan mikroba dapat menyumbang sekitar 20 - 25 persen kebutuhan fosfat bagi tanaman.

Pupuk hayati peluruh bahan organiK, Pupuk ini mengandung mikroba yang mampu memecahkan senyawa organik komplek yang berada di dalam tanah menjadi senyawa yang lebih sederhana dan membentuk senyawa lain. Fungsi lain dari pupuk hayati ini sebagai pembenah tanah, mengubah kondisi fisik tanah, menjadikan tanah agregat yang stabil, dan masih banyak lagi fungsi pupuk ini yang sangat berguna bagi tanah.

Pupuk hayati pemicu pertumbuhan dan pengendali penyakit, Pupuk ini mengandung mikroba yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan melindungi sistem perakaran tanaman serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit.

 

D.    Kekurangan Dari Pupuk Hayati

1.      Kualitas pupuk hayati tergantung dari kualitas dan banyaknya populasi mikroorganisme. Seiring waktu, pupulasi mikroorganisme bisa berkurang sehingga kualitasnya bisa menurun.

2.      Kandungan pupuk hayati adalah makhluk hidup, jadi bisa mati dalam jangka waktu tertentu.

3.      Pupuk hayati tidak bisa diaplikasikan dengan pupuk kimia atau pestisida.

 

E.     Kelebihan Dari Pupuk Hayati

1.      Pupuk hayati mampu memberikan manfaat bagi tanah dan tanaman Secara berkesinambungan

2.      Pupuk  hayati mampu menyediakan unsur hara yang lengkap dan berkesinambungan, karena mikroorganisme yang terkandung dalam pupuk hayati bisa memproduksi sendiri.

3.      Pupuk hayati tidak memberi dampak negatif bagi tanah, tanaman, lingkungan dan manusia.

4.      Harga pupuk hayati lebih murah.

 

F.     Mengetahui Kualitas Pupuk Hayati

Berdasarkan Kementerian Pertanian, kualitas pupuk hayati bisa dilihat dari     parameter berikut:

1.      Jumlah populasi mikroorganisme,jumlah mikroorganisme hidup yang terdapat dalam pupuk harus terukur. Bila jumlahnya kurang maka aktivitas mikroorganisme tersebut tidak akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman.

2.      Efektifitas mikroorganisme,tidak semua mikroorganisme memberikan pengaruh positif pada tanaman. Bahkan beberapa diantaranya bisa menjadi parasit. Hanya mikroorganisme tertentu yang bisa dijadikan sebagai pupuk hayati. Sebagai contoh, jenis Rhizobium yang bisa menambat nitrogen, atau Aspergillus niger sebagai pelarut fosfat.

3.      Bahan pembawa,fungsinya sebagai media tempat mikroorganisme tersebut hidup. Bahan pembawa harus memungkinkan organisme tetap hidup dan tumbuh selama proses produksi, penyimpanan, distribusi, hingga pupuk siap digunakan.

4.      Masa kadaluarsa,sebagai mana mahluk hidup lainnya mikroorganisme tersebut memiliki siklus hidup. Apabila mikroorganisme dalam pupuk telah mati, pupuk tersebut tidak bisa dikatakan sebagai pupuk hayati. Untuk memperpanjang siklus hidup tersebut, produsen pupuk biasanya mengemas mikroorganisme tersebut dalam keadaan dorman. Sehingga perlu aktivasi kembali sebelum pupuk diaplikasikan pada tanaman. Pupuk yang benar seharusnya mencantumkan tanggal kadaluarsa dalam kemasannya.

 

G.    Cara Pembuatan Starter Mikroba dan Pupuk Hayati

Terdapat dua tahap dalam pembuatan pupuk hayati yang berperan untuk meningkatkan nitrogen tanah yaitu tahap pembuatan starter mikroba dan tahap pembuatan pupuk hayati cair. Starter mikroba berfungsi untuk membuat kumpulan mikroba bermanfaat yang bisa berperan untuk meningkatkan nitrogen tanah.

Peralatan yang diperlukan untuk pembuatan starter mikroba dan pupuk hayati yaitu:

1.      blender (juicer),

2.      timbangan kue,

3.      botol air mineral 1,5 L untuk bioreaktor starter mikroba,

4.      botol air mineral 330 ml untuk sistem saringan starter mikroba,

5.      sedotan/stick balon,

6.      selang aerator,

7.      pompa aerator,

8.      pompa sirkulasi,

9.      kain saringan santan, (

10.  labu ukur 1 L dan 100 mL,

11.  sumber listrik,

12.  ember bertutup untuk bioreaktor pupuk hayati cair,

13.  pengaduk kayu atau bambu,

14.  kapuk/dakron,

15.  vaselin, dan

16.  alkohol 70%.

 

Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu,

1.      limbah dapur,

2.      molase atau gula merah,

3.      kecambah kacang hijau,

4.      sumber mikroba penambat nitrogen yaitu bintil akar dari jenis tanaman penghasil bintil seperti tanaman legume atau bunga telang.


BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Pupuk cair hayati atau disebut dengan biofertilizer merupakan pupuk yang mengandung mikroorganisme fungsional (bakteri, fungi, dan actomycetes). Apapun namanya pupuk hayati bisa diartikan sebagai pupuk yang hidup. Pupuk hayati selain mengandung mikroba dapat juga unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) serta unsur mikro lainnya. Kandungan pupuk hayati adalah mikroorganisme yang memiliki peranan positif bagi tanaman. Kelompok mikroba yang sering digunakan adalah mikroba-mikroba yang menambat N dari udara, mikroba yang melarutkan hara (terutama P dan K), mikroba-mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman.

Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komersial pertama di dunia yaitu inokulan Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu.


DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

Cattelan AJ, Hartel PG, Fuhrmann JJ. 1999. Screening for plant growth- promoting rhizobacteria to promote early soybean growth. Soil Sci.Soc.Am.J. 63: 1.670-1.680.

FNCA Biofertilizer Project Group. 2006. Biofertilizer Manual. Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA). Japan Atomic Industrial Forum, Tokyo.

Gunalan. 1996. Penggunaan Mikroba Bermanfaat pada Bioteknologi Tanah Berwawasan Lingkungan. Majalah sriwijaya Vol. 32. No. 2. Universitas Sriwijaya

Lingga, Pinus, Marsono. 2009. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.

Saraswati RDH et al.. 1998. Pengembangan Rhizo-plus untuk Meningkatkan Produksi, Efisiensi Pemupukan Menunjang Keberlanjutan Sistem Produksi Kedelai, Laporan Akhir Penelitian Riset Unggulan Kemitraan I Tahun (1995/1996-1997-1998). Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan.

Simanungkalit RDM et al. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Subba Rao, N.S. 1982. Biofertilizer in Agriculture.Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi.

No comments:

Post a Comment