Tuesday 19 April 2022

ADAPTASI SISTEM ENDOKRONOLOGI DALAM KEHAMILAN, PERUBAHAN PAYUDARA SELAMA KEHAMILAN DAN FISIOLOGI PLASENTA

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

 

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2

1.3. Tujuan...................................................................................................... 2

 

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3

2.1. Endokrinologi Kehamilan Dan Persalinan............................................... 3

2.1.1    Fase Implantasi............................................................................ 5

2.1.2    Pemajangan Fungsi Korpus Luteum............................................ 6

2.1.3    Desidua & Hormon Desidua ...................................................... 7

2.1.4    Kompartemen Plasenta................................................................ 8

2.1.5    Adaptasi Ibu Terhadap Kehamilan.............................................. 8

3.1  Perubahan Payudara Selama Kehamilan................................................. 8

3.1.1    Perubahan Payudara Di Trimester I............................................. 9

3.1.2    Perubahan payudara pada trimester II ........................................ 9

3.1.3    Perkembangan payudara ........................................................... 10

3.1.4    Penyuluhan Kesehatan Tentang Perawatan Payudara Di Pukesmas Lamteuba Kacamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar............................................. 11

4.1. Struktur Plasenta................................................................................... 11

4.1.1    Pembentukan Plasenta............................................................... 13

4.1.2    Fungsi Plasenta ......................................................................... 14

4.1.3    Sirkulasi Darah Plasenta ........................................................... 15

4.1.4    Perkembangan Plasenta............................................................. 16

 

BAB III KESIMPULAN..................................................................................... 17

3.1  Kesimpulan............................................................................................ 17

3.2 Saran ...................................................................................................... 17

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 19

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh. Organ yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin.. Disebut demikian karena hormon yang disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah dan tanpa melewati saluran khusus Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut homeostasis, yang berarti seimbang. Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar andrenal, pankreas, dan kelenjar gonad (ovarium atau testis).

Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi setiap wanita. Sepanjang daur kehidupan wanita, sudah menjadi kodratnya akan mengalami proses kehamilan, persalinan dan masa nifas. Kehamilan merupakan fenomena normal yang terjadi karena adanya pertemuan sel sperma dengan sel telur di tuba fallopi, kemudian bernidasi dilapisan endometrium yang akan berkembang menjadi janin, lamanya kehamilan normal 280 hari atau 40 minggu.

Proses kehamilan yang dialami setiap wanita akan menimbulkan perubahan-perubahan pada fisik, maupun psikologis. Direncanakan atau tidak, calon ibu perlu mempersiapkan diri secara psikologis sejak sebelum, selama, dan sesudah kehamilan.

Janin di dalam kandungan memerlukan makanan dan nutrisi yang tumbuh dan berkembang. Di dalam rahim ibu, janin memiliki pengikatan antara ibu dan bayi yang biasa kita sebut sebagai plasenta. Plasenta tumbuh saat janin berusia kurang lebih satu minggu pertama. Pada plasenta terdapat berbagai macam fungsi diantaranya sebagai respirasi, ekskresi dan produksi hormone, sehingga terjadi pertukaran zat antara ibu dan janin.

1.2. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana menjelasakan definisi dari kerja hormon, apa pengertian dari kelenjar endokrinologi, apa macam-macam dari hormone reproduksi, dan menjelaskan klafikasi kelenjar endokrin pada janin

2.      Rumusan masalah yang kami angkat yaitu mengenai perubahan payudara pada ibu hamil trimester I dan II

3.      Menjelaskan perkembangan dan pertumbuhan plasenta

 

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi dan Psikologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan BBL

 


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Endokrinologi Kehamilan Dan Persalinan

Gambar 1. Interaksi antara ibu dan janin, dikenal sebagai foto plasenta unit, tempat utama untuk repoduksi dan sekresi hormon protein dan steroid.

 

Endokrinologi kehamilan manusia melibatkan perubahan baik endokrin maupun metabolik yang terjadi pada batas antara ibu dan janin yang dikenal sebagai unit plasenta-janin. Struktur ini adalah merupakan tempat utama produksi dan sekresi hormon steroid dan protein. Perubahan endokrin dan metabolik yang terjadi selama kehamilan merupakan akibat langsung dari sinyal hormon yang dihasilkan unit plasenta-janin. Permulaan dan perkembangan kehamilan tergantung dari interaksi neuronal dan faktor hormonal. Pengaturan neuro endokrindi dalam plasenta, pada janin dan kompartemen ibu sangat penting dalam mengarahkan pertumbuhan janin dan perkembangannya sebagaimana juga dalam mengkoordinasi awal suatu persalinan. Adaptasi maternal terhadap perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan secara langsung menggambarkan perkembangan plasenta dan janin. Adaptasi gestasional yang terjadi selama kehamilan meliputi implantasi dan perawatan kehamilan dini, modifikasi sistem maternal dalam rangka mempersiapkan dukungan nutrisi perkembangan janin; dan persiapan persalinan dan menyusui (Gilang Saputra, 2021).

Protein-protein yang berhubungan dengan kehamilan dapat ditemukan dalam sirkulasi maternal segera setelah konsepsi. Sebagai contoh, suatu platelet activating (PAF)-likesubstance, yang dihasilkan oleh ovum yang dibuahi dapat terdeteksi segera. Setelah ovulasi dan fertilisasi, embrio masih berada dalam ampula tuba sampai hari ke tiga. Konsepsi yang sedang berkembang mengarah pada uterus, melalui bagian istmus tuba, selama 10 jam,dan kemudian memasuki uterus sebagai suatu embrio 2-8 sel. Pada perkembanganselanjutnya, antara 3-6 hari setelah konsepsi, embrio menjadi blastokist mengambang dalam rongga endometrium.

Gambar 2. Siklus ovarium, fertilisasi dan perkembangan embrio yang terjadi selama minggu pertama setelah konsepsi

 

Sebelum implantasi, blastokist juga mensekresikan substansi spesifik yang meningkatkan penerimaan endometrium. Implantasi yang berhasil memerlukan sinkronisasiyang tepat antara perkembangan blastokist dan pematangan endometrium. Sampai saat ini, sedikit informasi yang diketahui mengenai peranan pengaturan produksi hormon steroid pada janin. Embrio awal dan sel kumulus yang mengelilinginya menghasilkan estradiol dan progesteron sebelum implantasi. Pengambilan secara mekanis sel-sel ini menyebakan terhentinya sekresi hormon steroid, sementara pengembalian sel melalui co-culture menghasilkan sekresi steroid seperti semula. Berdasarkan penemuan ini, produksi steroid oleh konseptus diduga tidak berarti pada saat mencapai rongga endometrium, yang pada akhirnya sel kumulus akan makin berkurang pada saat melintasi tuba fallopi. Progesteron yang dihasilkan konseptus berpengaruh pada motilitas tuba pada saat konseptus dibawa kearah uterus (Gilang Saputra, 2021).

Progesteron, dengan pengaruh katekolamin dan prostaglandin, dipercaya melemaskan otot utero-tuba. Lebih jauh lagi, progesteron diduga memegang peranan penting pada saat transportasi embrio tuba uterus ke rongga uterus karena ditemukan adanya reseptor progesteron dalam kadar yang tinggi pada mukosa 1/3 distal tuba fallopi. Estradiol, juga dihasilkan oleh struktur ini, bisa menyeimbangkan pengaruh progesteron pada keadaan motilitasi dan tonus tuba tert entu yang diharapkan, Progesteron mengantagonis estrogen meningkatkan aliran darah pada uterus melalui penurunan reseptor estrogen dalam sitoplasma Seperti juga estrogen dan progesteron juga berada dalam keseimbangan dalam pengaturan aliran darah pada tempat implantasi.

 

2.1.1 Fase Implantasi

Messenger RNA hCG dapat dideteksi pada blastomer 6-8 sel embrio; dilain pihak, hal tersebut tidak terdeteksi pada media kultur blastokist sampai hari ke 6. Segera setelah implantasi dimulai, hCG dapat dideteksi pada serum ibu. Akan tetapi karena masih terbatasnya aliran darah langsung, sekresi hCG ke dalam sirkulasi ibu masih terbatas. Jadi, selama proses implantasi, embrio aktif menghasilkan hCG, yang dapat dideteksi pada serum ibu pada saat hari ke 8 setelah ovulasi. Peranan utama hCG adalah memperlama aktifitas biosintesis korpus luteum, yang memungkinkan produksi progesteron dan mempertahankan endometrium gestasional. Sebagaimana proses implantasi berlangsung, konseptus berkelanjutan mensekresi hCG dan protein-protein kehamilan yang memungkinkan deteksi produksi steroid (Gilang Saputra, 2021).

Blastomer melapisi blastokist dibagian luar dan akhirnya akan membentuk plasenta yang dapat diidentifikasi pada hari ke 5 setelah konsepsi. Fase ini dikenal sebagai fase trofektoderm.

Pertukaran sirkulasi antara ibu dan janin. Darah ibu berasal dari arteri spiralis dan bersirkulasi di dalam rongga intervilus, sehingga darah janin dan ibu tidak pernah tercampur dalam sistem ini. Sel kunci utama di dalam villi khorionik adalah sitotrofoblas. Mereka mempunya kemampuan mengadakan proliferasi, invasi dan migrasi atau untuk berdiferensiasi, melalui agregasi dan fusi, membentuk lapisan sinsitial dari lapisan sel villi plasenta berinti banyak dikenal sebagai sinsitiotrofoblas. Pada hari ke 10 pasca-konsepsi, 2 lapis sel berbeda dari trofoblast telah terbentuk. Lapisan dalam, sitotrofoblast, terdiri dari sel-sel individual nyata yang cepat membelah. Lapisan luar, sinsitiotrofoblast, adalah lapisan tebal yang terdiri dari gabungan sel yang sulit dibedakan batas-batasnya. Sinsitiotrofoblast membatasi ruang intervilus dengan. endometrium ibu. Secara imunohistokimia, sitotrofoblas terwarnai untuk protein hypothalamus: gonadotropin releasing hormone (GnRH), corticotrophin releasing hormone (CRH), dan thyrotropin releasing hormone (TRH). Sambungan sinsitiotrofoblast terwarnai mengandung hormon yang berhubungan dengan hormon hormon hipofise: seperti human chorionic gonadotropin (hCG); analog dengan pituitary luteinizing hormone,(LH), adrenocorticotropic hormone (ACTH) and human chorionic thyrotropin (hCT). Secara anatomis, susunan ini menunjukkan 2 lapis hubungan parakrin dari aksis hypothalamus-hipofise (Gilang Saputra, 2021).

 

2.1.2  Pemajangan Fungsi Korpus Luteum

Produksi steroid primer korpus luteum adalah progesteron, 17a- progesteron, estradiol and androstenedion. Low-density lipoprotein (LDL) kholesterol adalah prekursor utama yang bertanggung jawab terhadap produksi korpus luteum Antara 6 dan 7 minggu kehamilan, fungsi korpus luteum mulai menurun (Gilang Saputra, 2021).

Gambar 3. Pergeseran produksi progesterone dari korpus luteum ke plasenta terjadi pada saat minggu ke 7-9 kehamilan. Daerah abu-abu menggambarkan perkiraan funsi transisi ini.

 

2.1.3 Desidua & Hormon Desidua

Desidua adalah endometrium dalam kehamilan Desidua endometrium adalah tempat biosintesis hormon steroid dan protein maternal yang berhubungan langsung dengan kelangsungan dan proteksi kehamilan dari penolakan secara imunologis. Sebagai contoh jaringan desidua mensekresikan kortisol, dan dengan kombinasi dengan hCG dan progesteron yang dihasilkan konseptus, kortisol yang dihasilkan desidua bekerja menekan respon imun maternal membuahkan keadaan imunologis khas yang diperlukan untuk implantasi konseptus.

  1. Prolaktin Desidua

Prolaktin desidua adalah hormon peptida yang mempunyai aktifitas kimia dan biologis identik dengan prolaktin hipofise. Prolaktin, dihasilkan oleh desidua endomerium, pertama dideteksi dalam endometrium pada hari ke 23 setelah implantasi. Progesteron diketahui menginduksi sekresi prolaktin desidua Prolaktin desidua masuk kedalam sirkulasi janin atau maternal setelah mengalami transportasi melintas membran fetal dari desidua dan dilepaskan kedalam cairan amnion. Tanpa dipengaruhi oleh pemberian bromokriptin, produksi prolaktin desidua terjadi secara independent, juga terhadap kontrol dopaminergik.

Sekresi prolaktin desidua meningkat secara paralel sejalan dengan peningkatan bertahap prolaktin serum ibu yang terlihat sampai minggu ke 10. sehamilan, yang kemudian meningkat secara cepat sampai minggu ke 20, dan kemudian turun sampai mendekati kehamilan aterm. Prolaktin desidua bekerja mengatur cairan dan elektrolit yang melalui membran fetal dengan mengurangi permeabilitas amnion dalam arah fetal-maternal. Tidak seperti prolaktin desidua, prolaktin dalam sirkulasi, pada janin, disekresikan oleh kelenjar hipofise janin, sementara prolaktin dalam sirkulasi maternal disekresikan oleh hipofise maternal dibawah pengaruh estrogen. Kedua prolaktin dalam sirkulasi ini keduanya ditekan oleh bromokriptin yang dimakan ibu.

  1. Decidual Insulin-like Growth Factor Binding Protein-1 (IGFBP-1)

            IGF binding protein-1 (IGFBP-1) adalah hormon peptida yang berasal dari sel stroma desidua. Pada wanita yang tidak hamil, circulating IGFBP-1 tidak berubah selama siklus endometrium. Selama kehamilan, terjadi peningkatan beberapa kali lipat kadar IGFBP-1 yang dimulai selama trimester pertama, meningkat pada trimester kedua, dan akhirnya turun sebelum aterm. IGFBP-1 menghambat ikatan insulin-like growth factor (IGF) pada reseptor di desidua.

  1. Decidual Pregnancy Protein-14 (PP14)

Pregnancy protein-14 adalah hormon glikoprotein yang disintesis oleh endometrium sekretori dan desidua yang terdeteksi sekitar siklus hari ke 24 (26). Pada serum, kadarnya meningkat sekitar hari 22-24, mencapai puncak pada saat mulainya menstruasi; jika kehamilan terjadi, kadarnya tetap tinggi. Dalam kehamilan, PP14 meningkat secara paralel dengan hCG. Seperti juga hCG, PP14 diduga mempunyai aktifitas immunosupresan dalam kehamilan (26). Kadar PP14 yang rendah ditemukan pada pasien dengan kehamilan ektopik, yang mempunyai sedikit jaringan desidua

 

2.1.4  Kompartemen Plasenta

Fungsi plasenta adalah memastikan komunikasi efektif antara ibu dengan janin yang tengah berkembang sementara tetap memelihara keutuhan imun dan genetik dari kedua individu. Pada awalnya plasenta berfungsi secara otonom. Namun pada akhir kehamilan, sistem endokrin janin telah cukup berkembang untuk mempengaruhi fungsi plasenta dan menyediakan prekursor-prekursor hormon untuk plasenta (Gilang Saputra, 2021).

 

2.1.5  Adaptasi Ibu Terhadap Kehamilan

Sebagai suatu "parasit" yang berhasil, unit janin-plasenta mampu memanipulasi "pejamu" ibu untuk kepentingannya sendiri dan dapat menghindari terjadinya stres yang berlebihan yang dapat mengganggu "pejamu", dan dengan itu mengganggu "parasit" itu sendiri. Produksi polipeptida dan hormon-hormon steroid yang sangat banyak oleh unit janin-plasenta secara langsung atau tidak langsung berakibat adaptasi fisiologis dari hampir setiap sistem organ ibu (Gilang Saputra, 2021).

 

3.1  Perubahan Payudara Selama Kehamilan

            Perubahan payudara selama masa kehamilan adalah hal yang normal terjadi guna mempersiapkan kelahiran Si Kecil. Payudara yang membesar dan terasa sakit bahkan sering kali disebut sebagai tanda-tanda awal kehamilan. Kondisi tersebut dimulai saat kandungan berusia sekitar 4-6 minggu dan berlangsung selama trimester pertama. Perubahan Payudara Saat Hamil Berubahnya payudara saat hamil disebabkan oleh peningkatan kadar hormon selama kehamilan. Naiknya kadar hormon kehamilan ini membuat aliran darah pada payudara meningkat, sehingga menyebabkan perubahan pada jaringan payudara. Saat hamil, Bumil bisa mengalami beberapa perubahan pada payudara, seperti:

·         Payudara membesar serta terasa padat, nyeri, dan sensitive

·         Warna puting dan areola (kulit di sekitar puting) menjadi lebih gelap

·         Pembuluh darah di payudara terlihat lebih jelas

·         Keluar cairan kental kekuningan (kolostrum) dari puting

·         Muncul benjolan kecil di permukaan areola akibat saluran susu tersumbat

 

3.1.1 Perubahan Payudara Di Trimester I

Perubahan pada payudara sudah dimulai di awal awal kehamilan. Pada trimester pertama kehamilan, sekitar usia 4-6 minggu kehamilan, beberapa dari ibu hamil, mungkin merasa payudara kesemutan, nyeri, atau lebih sensitif, terutama di area puting. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kadar hormon progesteron dan aliran darah di payudara. Pembentukan lebih banyak kelenjar susu untuk produksi susu dan perkembangan saluran susu sebagai jalan untuk susu keluar dari payudara juga sudah dimulai. Hal ini membuat ukuran payudara juga menjadi lebih besar. Selanjutnya, puting dan areola (area sekitar puting yang berwarna gelap) menjadi lebih gelap dan lebih besar, serta pembuluh darah di bawah kulit payudara menjadi lebih terlihat. Kelenjar montgomery, yaitu kelenjar yang memproduksi minyak yang berada di sekitar puting juga menjadi lebih terlihat (farrer, 2001).

 

3.1.2  Perubahan payudara pada trimester II

Payudara membesar Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan semakin berwama gelap dan besar. Bintik-bintik kecil akan timbul disekitar putting, dan itu adalah kelenjar kulit. Pada trimester dua Estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan dari sistem duktus, lobuli dan alveoli dapat meningkatkan produksi susu selama kehamilan. Konsentrasi dan kadar prolaktin dalam darah ibu meningkat. Tanda-tanda umum:

1.      Perubahan warna areola menjadi gelap dan pembentukan bercak kulit disekitar dan diluar areola primer atau disebut juga areola skunder.

2.      Spinder angioma di dada atas Striae payudara

 

3.1.3 Perkembangan payudara

Kelenjar mammae manusia berasal dari ektoderm. Kelenjar ini pertama kali dapat terlihat pada embrio yang berusia 4 minggu sebagai tunas (bud) atau nodul jaringan epitel yang tampak di sepanjang garis yang disebut krista susu. Pada embrio yang lebih berkembang, krista ini meluas dari midaksila sampai daerah inguinal dan mungkin merupakan lokasi payudara atau puting yang berjumlah banyak pada orang dewasa. Nodul epitel yang rudimenter awalnya terbenam di dalam mesenkim embrionik, yang kemudian akan mengalami diferensiasi lebih lanjut, tampaknya dibawah pengaruh sinyal parakrin dari mesenkim. Tunas epitel sekunder membentuk korda selular yang memanjang, bercabang, dan berongga. Korda ini menjadi duktus ekskretoris dan laktiferus pada kelenjar mammae (farrer, 2001).

 Kelenjar mammae manusia merupakan struktur tuboalveolar yang terdiri atas 15-25 lobus yang iregular yang letaknya radier menjauhi puting. Setiap lobus terbenam dalam jaringan adiposa dan dipisahkan oleh lapisan jaringan ikat padat. Setiap lobus lebih jauh lagi dibagi menjadi lobulus, dihubungkan ke puting oleh duktus laktiferus. Duktus laktiferus dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis. Jaringan ikat longgar mengelilingi duktus laktiferus dan dapat mengalami pelebaran selama menyusui. Sekresi alveolar dimulai pada kehamilan trimester kedua (farrer, 2001).

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, esterogen dan progesteron akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih besar. Apabila mammae akan membesar, lebih tegang dan tampak lebih hitam seperti seluruh areolla mammae karena hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut colostrum (farrer, 2001).

 

3.1.4 Penyuluhan Kesehatan Tentang Perawatan Payudara Di Pukesmas Lamteuba Kacamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar

 

United Nations Children's Fund (UNICEF) menyebutkan sebanyak 30 ribu kematian bayi dan 10 ribu kematian balita di dunia dalam satu tahun dicegah melalui pemberian ASI selama 6 bulan, tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi sehingga perawatan payudara sangat penting dalam meningkatkan produksi ASI. Jumlah bayi di Indonesia yang mendapat ASI eksklusif cenderung menurun karena semakin banyak bayi di bawah usia 6 bulan yang diberikan susu formula. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2002 adalah 40%, tahun 2007 turun menjadi 32% dan tahun 2010 turun lagi menjadi 27,2%. Penyebab ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara, antara lain disebabkan oleh faktor-faktor berikut kurangnya informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan, ketakutan dan kemalasan, serta ketersediaan waktu untuk melakukan perawatan payudara selama kehamilan. Perawatan Payudara Sangat penting agar tidak terjadi komplikasi saat menyusui bayi nantinya. Sehingga diperlukan tingkat perilaku khususnya bagi ibu primigravida mengenai pentingnya perawatan payudara selama kehamilan (Chairanisa Anwar, Fauziah Andika, Eva Rosdiana, Soviawati Soviawati, 40-44, 2021).

 

4.1. Struktur Plasenta

Plasenta merupakan organ penting bagi janin, karena sebagaiman alat pertukaran zat antara ibu dan bayi atau sebaliknya. Plasenta berbentuk bundar atau hamper bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal kurang lebih 2,5 cm, berat rta rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang dari 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri (Aspiani, 2017).

Plasenta terletak didepan atau dibelakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus uteri, dikarenakan alasan isiologis, permukaan bagian atas korpus uterus lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi. Plasentaberasal dari sebagian besar dari bagian janin,yaitu vili koriales atau jonjotchorion dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis (Aspiani, 2017).

Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu permukaan fetal dan maternal. Permukaan fetal adalah permukaan yang menghadap ke janin, karena nya keputih putihan dan licin. Hai ini di sebabkan karena permukaan fetal ditutup oleh omnion, dibawah Nampak pembuluh-pembuluh darah. Permukaan maternal adalah permukaan yang menghadap dinding Rahim, berwarna merah dan terbagi dari celah-celah yang berasal dari jaringan ibu. Jumlah-jumlah pada plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon (Aspiani, 2017).

Plasenta terdiri dari 3 bagian:

1.      Bagian janin (fetal partion), terdiri dari karion prondosom dan vili-vili dari plasenta yang matang, terdiri atas :

a.       Vili corialis

b.      Ruang-ruang interviler Dibawah lapisan omnion ini berjalan cabang-cabang pembuluh darah tali pusat.

c.       Permukaan janin dan plasenta yang di lapisi omnion yang kelihatan licin. Tali pusat akan berinsersi pada plasenta pada permukaan janin.

2.      Bagian maternal (matemal partion), terdiri atas desidua komparta yang berbentuk dari berarapa lobus dan kotiledon (12-20). Desidua basalis plasenta mata disebut lempeng korionik, dimana sirkulasi oteroplasenta berjalan ke runag-ruang intravili melaui tali pusat

3.      Tali pusat Tali pusat merentang dari pusat janin ke plasenta, panjangnya 50-55 cm, sebesar jari (diameter 1-12 cm). Pernah di jumpai tali pusat terpendek 1/2 cm dan terpanjang b 200 cm

Penampakan plasenta terbagi menjadi 2 bagian yang terbentuk oleh jaringan anak. Bagian ini terdiri dari jaringan anak disebut membrane chori, yang dibentuk oleh amnion,pembuluh darah janin, korion dan vili (Aspiani, 2017).

 

4.1.1 Pembentukan Plasenta

Perkembangan tropoblas berlangsung cepat pada hari ke 8-9, dari selapis sel tumbuh menjadi terlapis-lapis. Terbentuk ronggga pakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotropoblas (disebut sinsitium) yang akhimya saling berhubungan. Stadium ini disebut stadium berombak (lacunar stage). Pertumbuhan sinsition kedalam endometrium makin dalam kemudian terjadi kerusakan endotel kapiler disekitarnya, sehingga rongga sinsitium (system lacuna) tersebut masuk dialiri oleh darh ibu, membentuk sinisoit. Bagian yang berbatas. dengan sitotropoblas disebut mesoderm eks-traibrional somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korior (Aspiani, 2017).

Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi abakl yolksac disebut mesoderm ekstrabrional splanknopleural. Menjelang ahir minggu ke 2 (hari 13 14), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi tropobllas yang terdiri dari darh ibu. Didalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah celah yang makin lama makin besar dan makin bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari sitotropoblas. Rongga ini di sebut rongga selom ekstraibional atau rongga korion (Aspiani, 2017).

Disisi embrioblas (tutup embrional), tampak sel-sel kuboit sitotropablas yang mengadakan infasi ke arah lapisan sinsitiium, membentuk sekelompok sel dan di kelilingi sinsitium disenut janjat-janjat primer. Jonjot ini emamnjang sampai bertemu dengan aliran darah ibu. Pada awal minggu ke 3, mesoderm ekstraibional somatoplural yang terdapat dibawah jonjot sekkunder yang terdiri dari inti mesoderm di lapisi selapis sel sitotropoblas dan sinsitiotropablas. Menjelang ahir minggu ke 3, dengan karakteristik angiogenik yang dimilikinya mesoderm dan jonjot dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadi hanya seluler kemudian menjadi suatu jaringan vascular. Setelah infiltrasi pembuluh darah tropoblas kedalam sirkulasi uterus, seiring dengan perkembangan tropoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuk lah komponen sirkulasi utero-plasenta. Melaui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin (Aspiani, 2017).

 

4.1.2 Fungsi Plasenta

Supaya janin timbih dengan sempurna, dibutuhkan penyaluran darah, yang membawa zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu kapada janin, begitu pula pembuangan karbon dioksida dan limbah metabolism janin ke sirkulasi ibu. Fungsi dari plasenta adalah:

1.      Sebagai alat nutritive untuk mendapatkan bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.

2.       Sebagai alat pembuangan metabolisme: ginjal, hati dan usus metabolisme akan di buang melaui plasenta, yang akan dapat menghubungkan janin dengan sum luar secar tidak langsung.

3.      Sebagai alat pernafasan dimana janin mengambil O2 dan membuang CO2. Dalam sirkulasi terdapat hemoglobin janin (f) yang memiliki ainitas tinggi terhadap 02 dan sebaliknya mudah melepaskan CO2 melalui system difusi dalam plasenta

4.       Menghasilkan hormone pertumbuhan dan persiapan pemberian asi

5.      Sebagai alat penyalur anti bodi ke tubuh janin.

6.      Sebagai barier atau filter

Hormon yang Dihasilkan Plasenta Sumon yang Hormone yang dihasilkan plasenta,mochtar, 1998 adalah:

1.      Human chorionic gonado tropin (heg)

2.      Somatomammotropin korionik (plasenta laktogen)

3.      Estrogen.

4.      Progesteron

5.      Trirotropin korionic, relaksin dan lain-lain

 

4.1.3 Sirkulasi Darah Plasenta

Darah ibu yang berada di ruang interfiler berasal dari spiral arteris yang berada di desidua basalis. Pada sitosel darah di semprotkan dengan tekanan 70-80 Mmhg seperti air mancur kedalam ruang interfiler sampai mencapai chorionic plat, pangkal kotiledon-kotiledon janin, Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan mem tekanan 80 Mmhg menuju ke vena-vena desidua.

Darah ibu yang mengalir keseluluruh plasenta di perkirakan naik dari 300ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interfiler tanpa vili koriales mempunyai volume lebih kurang 150-250 ml. Permukaan semua villi korialis di perkirakan seluas lebih kurang 11m2. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitum gdari villi tidak beruba, akan tetapi dari lapisan sititropablas sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok sel sel.stroma jonjot jadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluhn darahnya menjadi lebih besar dan lebih mendekati lapisan trofoblas. Pada kehamilan ke 36 minggu sebagian besar sel-sel sitotofablas taka da lagi, tetapi antara sirkulasi ibu dan janin selalu ada lapisan trofoblas (Aspiani, 2017).

Tujuan Fungsi Plasenta

Plasenta manusia adalah oran yang serbaguna. Plasenta memiliki banyak fungsi yang sama dengan organ dan system tubuh:

·         Transfer gas (paru)

·         Tranfor nutrient(saluran gastrointestinal)

·         Ekskresi zat ziza(ginjal)

·         Transfer panas(kulit)

·         Konjugasi obat dan hormone(hati)

·         Produksi berbagai proteindan hormone steroid (kelenjar endokrin)

 

4.1.4 Perkembangan Plasenta

Plasenta berasal dari jaringan trofoblas yang tumbuh menutupi seluruh permukaan endometrium. Trofoblas ressebut (korion Frondosum) kemudian mengalami diferensiasi membentuk plasenta. Dari plasenta akan terbentuk jaringan berupa rangkai penghubung antara placenta dengan janin yang akan berkembang menjadi tali pusat. Jaringan trofoblas lainnya(korion Laeve) Menghilang. Pada keadaan tertentu sel trofoblas yang berada marginal pada ostium uteri,sering menyerupai plasenta previa. Proses penyusutan relative ukuran plasenta dar urerus dan pembentukan sekmen bawah Rahim pada trimester ahir kehamilan akan memperpanjang jarak anatara batas bawah palsenta dan ostium uteri internum. Keadaan ini disebut Migrasi plasenta atau perifelpik plasenta (Firman, 2012).

Oleh sebab itu jangan membuat diagnosis plasenta previa pada kehamilan trimester pertama. Bila didapatkan plasneta berinsersi di bawah diusulakn untuk pemeriksaan ulang pada kehamilan 28 minggu. Keadaan umum pada persalinan akan tetap sebagai plasenta previa apabila plasenta ditemukan menutupi ostium uteri internum dan lebih dari 1/3 plasenta berada disisi lain dari ostium (Firman, 2012).
BAB III

KESIMPULAN

3.1  Kesimpulan

Sistem endokrin erat kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homoestatis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan homoestatis, membantu mensekresikan hormon-hormon yang berkerja dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.

Pada wanita hamil terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang sangat spesifik, termasuk perubahan pada payudara. Dan perubahan-perubahan yang terjadi saling berhubungan satu dengan yang lain. Perubahan ini merupakan hal yang wajar dan normal yang tidak perlu ditakuti. Perubahan perubahan yang terjadi selama kehamilan akan kembali seperti keadaan sebelum hamil, setelah proses persalinan dan menyusui selesai.

Bayi dalam kandungan membutuhkan makanan dan nutrisi yang cukup dalam masa tumbuh kembangnya. Plasenta merupakan alat yang sangat penting bagi janin, karena plasenta merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak sebaliknya, melalui plasenta bayi bias mendapatkan makanan, nutrisi serta alat untuk melakukan pernafasan. Plasenta dari hari kehari semakin membesar seiring membesarnya janin dalam Rahim.

 

3.2 Saran

Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik selama masa kehamilan.

Perubahan fisiologis adalah respon tubuh karena adanya pembuahan atau fertilisasi yang terjadi didalam uterus yang bertujuan untuk mempertahankan hasil pembuahan agar tetap hidup dan berkembang. Peristiwa ini normal dan wajar terjadi kemudian akan kembali seperti semula keadaan semula beberapa minggu. Selain itu menyusui juga dapat membantu mempercepat pemulihan kondisi tubuh, karena menyusui menyebabkan rahim berkontraksi dan mempercepat kembalinya ke ukuran normal.

Plasenta merupakan organ yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan. bayi dalam rahim, oleh karena itu pemenuhan kebutuhan nutrisi serta gizi harus tercukupi melalui ibu yang sedang mengandung. Proses pertumbuhan plasenta sangat berpengaruh besar bagi kehidupan janin dalam kandungan, pasokan makanan pada ibu sangat mempengaruhi tumbuh kembang pada plasenta, kerusakan pada plasenta juga merupakan akibat dari buruknya pasokan makanan yang dikonsumsi ibu. Oleh sebab itu perlu bagi ibu yang sedang mengandung untuk mengetahui proses pertumbuhan plasenta, organ yang merupakan hubungan pengikat antara ibu dan bayi.

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah yang saya susun tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

 

Chandraharan E. (2016). Obstetric and Intrapartum Emergencies. New York. Cambridge University Press.

Lisa  EM, Nigel P. (2016). Physiological Changes of Pregnancy. New York. Cambridge University Press

Monika S. John DR. (2017). Cardiovaskular Physiology of Pregnancy. American Heart Association

Aspiani y.r.2017. "Asuhan keperawatan Maternitas aplikasi Nanda Nic Noc"Jakarta Timur:CV.Trans info Media.

 

No comments:

Post a Comment