Thursday 21 October 2021

MAKALAH KOROSI

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1. Latar Belakang masalah

Dalam bahasa sehari-hari korosi dikenal dengan perkaratan. Karat adalah sebutan bagi korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam. Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang mengalami korosi. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir dianggap sama. Korosi dikenal merugikan karena bersifat merusak logam dan membahayakan. Oleh karena itu, dengan pentingnya mempelajari pencegahan korosi.

 

            Mempelajari korosi juga penting bagi dunia industry terutama industry yang bahan bakunya atau alat yang digunakan merupakan bahan yang mudah terjadinya proses korosi. Akan sangat berbahaya, jika hasil dari proses korosi ini masuk ke dalam pencernaan manusia. Maka dari itu akan dijabarkan bagaimana pencegahan korosi pada benda logam.

 

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses terjadinya korosi?

2. Apa yang menyebabkan terjadinya korosi?

 

1.3. Tujuan masalah

1. Mengetahui proses bagaimana terjadinya korosi.

2. Mengetahui penyebab terjadinya korosi.


 

BAB II

KAJIAN TEORITIS

 

2.1. Korosi

Korosi merupakan proses perubahan logam menjadi senyawa, terutama terjadi dalam lingkungan yang mengandung air, atau peristiwa teroksidasinya suatu logam oleh gas oksigen di udara.

 

Salah satu contoh korosi adalah yang terjadi pada besi, atau biasa disebut dengan karat. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan rumus Fe2O3.XH2O. Pada proses pengamatan, besi (Fe) bertindak sebagai preduksi dan Oksigen (O2) yang terlarut dalam air bertindak sebagai pengoksidasi. Persamaan reaksi pembentukan karat :

 

Anode  : Fe2++ + 2e- → Fe

Katode : 2H2O → O2- + 4H+ + 4e-

Redoks : Fe2+ + 2 H2O → 2 Fe + O2 + 4 H+

 

Karat disebut sebagai autokatalis karena karat yang terjadi pada logam akan mempercepat proses pengaratan berikutnya. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3. nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah. Korosi merupakan proses elektro kimia.Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi.

Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses korosi ini adalah Eosel = +1,67 V. Reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dengan ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe2+ yang terbentuk di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi(III) oksida:

 

4 Fe2+ (aq) + O2 (g) + (4 + 2x) H2O (l) Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXxPED7mzZYmasa4As9Q4u_d0Ta_x-vuvcGPSmr-CklVGVbd0U-0QCAzmbtTyx0ifWx7BbpP_LpNbzxIrUo2eKmzr3LWgmViJhO_byb6a5s19nVr34ChRakLuwTYoLsFWahJLXja2ouqw/s400/panah+kanan.gif 2 Fe2O3.x H2O + 8 H+ (aq)

 

Hidrat besi(III) oksida inilah yang dikenal dengan karat besi. Sirkuit listrik dipacu oleh migrasi elektron dan ion. Itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam. Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi adalah:

 

O2 (g) + 2 H2O (l) + 2 e Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXxPED7mzZYmasa4As9Q4u_d0Ta_x-vuvcGPSmr-CklVGVbd0U-0QCAzmbtTyx0ifWx7BbpP_LpNbzxIrUo2eKmzr3LWgmViJhO_byb6a5s19nVr34ChRakLuwTYoLsFWahJLXja2ouqw/s400/panah+kanan.gif 4 OH- (aq)

 

Korosi besi relatif lebih cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa besi(III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun air. Tetapi, aluminium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif dibandingakn besi, proses korosi lanjut menjadi terhambat karena hasil oksidasi, Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.

 

2.2. Penyebab korosi                                                                                                          

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan.

 

Faktor dari bahan meliputi :

1.      kemurnian bahan

2.      struktur bahan

3.      bentuk kristal

4.      unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan

5.      teknik pencampuran bahan dan sebagainya.

 

Faktor dari lingkungan meliputi :

 

1.      tingkat pencemaran udara

Tingkat pencemaran udara ini berpengaruh dikarenakan dalam udara terdapat berbagai macam unsur yang dapat mempercepat ataupun memperlambat proses korosi pada suatu logam

 

2.      suhu

Suhu dapat berpengaruh karena suhu akan proses korosi memerlukan temperature yang optimal, dan akan mempengaruhi kecepatan dari proses korosi tersebut.

3.      Kelembaban

Semakin lembab lingkungan, akan semakin mempercepat proses korosi. Hal ini dikarenakan lebih banyaknya ion oksgen yang akan bereaksi.

 

4.      keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.

Dengan keberadaan zat – zat yang bersifat korosif seperti zat – zat asam,  akan mempercepat korosi tersebut. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa maupunan-organik.

Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat mepercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta senyawaan-senyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Amoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara. (Purba, Michael.2007)

 

2.3. Proses Terjadinya Korosi

Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian. Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab. (Purba, Michale. 2007)

 

Laju korosi juga dikenal dengan rasio korosi. Laju korosi dihitung dengan mengambil korosi pada seluruh permukaan. Laju korosi diukur dengan kondisi mpy (mils per penetration)

A mpy = (berat hilang akibat korosi dalam gram) x (22300) / (A)(dt)

 

dimana:
A = luas permukaan (in2)

d = massa jenis logam (g/cm3)

t  = wakt korosi (hari)

 

2.4. JENIS – JENIS KOROSI

1. KOROSI HOMOGEN

Korosi homogen terjadi karena reaksi electro chemical yang secara homogen terjadi karat ke seluruh bagian material yang terbuka (telanjang)

Korosi homogen memiliki Sifat :

a.       Merata dan material menipis

b.      Kehilangan tonage besar dan kecepatan tinggi

Contoh korosi pada badan kapal, pilar – pilar pelabuhan, korosi pada kaki kaki jacket, sebatang besi yang tercelup larutan asam sulfat, atap seng.

Korosi homogen dapat dicegah dengan pemilihan material yang sesuai, coating yang sesuai, penambahan inhibitor dan katodic protection

2. GALVANIC CORROSION (Korosi galvanik)

Apabila terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua logam. Logam yang mempunyai tahanan korosi rendah (potensial rendah) akan terkikis dan yang tahanan korosinya lebih tinggi (potensial tinggi) akan mengalami penurunan korosinya. Korosi galvanic corrosion dipengaruhi oleh, lingkungan, jarak, area/luas

Pencegahannya :

Memilih logam dengan posisi deret sedekat mungkin, menghilangkan pengaruh rasio luas penampang yang tidak diinginkan, memberikan isolasi diantara dua logam yang berbeda bila memungkinkan, penerapan coating dengan mengutamakan pada logam anode, penambahan inhibitor dengan cermat untuk mengurangi keagresifan logam dalam proses korosi, pencegahan sistem sambungan mur baut dengan bahan berbeda dengan logam induknya

 

3. CREVICE CORROSION (Korosi celah)

Crevice corrosion memiliki sifat :

a.       Tidak tampak dari luar dan sangat merusak konstruksi

b.      Sering terjadi pada sambungan kurang kedap

Hal ini disebabkan oleh, lubang, gasket, lap joint, kotoran/endapan

Reaksi dari korosi ini :

Oksidasi :             M    + 1e

Reduksi :             O2 + 2H20 + 4e  4OH-

Dari reaksi diatas ion electron (e) yang dihasilkan dalam reaksi oksidasi akan digunakan oleh oksigen (o2) untuk mereduksi air (H2O) untuk menjadi ion OH. Dengan kata lain bahwa ion hidroksil (H+) dihasilkan pada setiap pembentukan ion logam M+. Karena tempatnya atau celahnya terbatas maka reaksi reduksi dari oksigen pada daerah tersebut habis sedangkan metal M terus bereksi

Kecenderungan pembentukan ion M+ ini kemudian disetimbangkan oleh adanya ion klorida atau cl- yang terdapat pada celah tersebut. Hasil reaksi dari kedua ion tersebut akan meningkatkan konsentrasi dari metal clorida atau MCl.

Dari reaksi diatas didapat HCL yang berubah ion H+ atau CL- yang dapat meningkatkan laju penghancuran metal didalam celah. Laju korosi didalam celah tersebut sangat cepat dan bersifat auto katalik karena adanya ion H+ dan Cl-

Hal ini dapat di cegah dengan :

1.      Penggunaan sistem sambungan butt joint dengan pengelasan dibanding dengan sambungan keling untuk peralatan peralatan baru

2.      Celah sambungan ditutup dengan pengelasan menerus atau dengan soldering

3.      Peralatan – peralatan harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur, terutama pada sambungan – sambungan yang rawan

4.      Hindari pemakaian packing yang bersifat higroskopis

5.      Penggunaan gasket dan absorbent seperti teflon jika memungkinkan

6.      Pada desain saluran drainase,hindari adanya lengkungan – lengkungan tajam serta daerah genangan fluida

 

4. FILIFORM CORROSION

Filiform corrosion memiliki sifat :

Serangan dari korosi ini tidak merusak komponen utama metal tetapi hanya mempengaruhi atau merusak penampilan permukaan metal dimana permukaan dan penampilan kaleng makanan atau minuman.

Mekanisme terjadinya korosi ini merupakan kasus khusus untuk jenis korosi celah. Selama pertumbuhannya, pada bagian kepala unsur seperti H2O dan O2 dari udara luar secara osmosis. Kedua unsur ini selanjutnya bereaksi dengan ion Fe konsentrasi tinggi membentuk oksida Fe. H2O dan O2 ini akan berdifusi masuk kebagian kepala dan keluar dari bagian ekor secara terus menerus, korosi tertahan dibagian kepala dimana hidrolisa yang terjadi dibagian kepala menyebabkanlingkungan yang bersifat asam, sehingga korosi ini dapat menyebar secara otomatis

Pencegahan secara global :

a.       Menyimpan material berlapis metal (email) didalam  kondisi kering

b.      Memberikan lapisan brittle film

5. INTERGRANULAR CORROSION (Korosi batas butir)

Korosi intergranular terjadi pada daerah tertentu dengan penyebab grain boundary. Hal ini disebabkan oleh adanya kekosongan unsur/elemen pada kristal ataupun impurities dari proses casting. Korosi ini terjadi pada casting and welding

Casting, pada proses ini harus dilakukan dengan jalan mengecor logam dengan step yang benar, komposisi yang benar dan pendinginan yang benar sesuai dengan karakteristik masing – masing logam dan kegunaannya

 

 

2.5. Dampak dari korosi

Karatan adalah logam yang mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum istilah karat lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material (khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan lingkungannya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron dan lingkungannya sebagai penerima elektron. Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap elektro-elektron yang tertinggal pada logam. Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa.

 

Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tangki bahan bakar atau jaringan pipa air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panas, dan lain sebagainya. Berdasarkan kondisi lingkungannya, korosi dapat diklasifikasikan sebagai korosi basah yaitu korosi yang terjadi dilingkungan air, korosi atmosferik yang terjadi di udara terbuka dan korosi temperatur tinggi yaitu korosi yang terjadi dilingkungan bertemperatur diatas 500oC.

 

 

2.6. Mencegah terjadinya korosi

Prinsip sederhananya adalah ”menutup” jalan masuk dan kontak antara permukaan besi dengan air dan udara. Caranya bisa bermacam-macam, misal dengan cara pengecatan, dan melapisi besi dengan bahan lain misal chrom, nekel (misal pada pelg roda sepeda kamu), penyepuhan atau galvanisasi. Ada juga logam yang dibentuk dari campuran besi sedemikian rupa namun tetap kuat yang disebut dengan STAINLESS STELL atau baja tahan karat, biasanya digunakan untuk pisau, alat dapur atau alat-alat kedokteran/kesehatan. Cara lainnya adalah dengan apa ayang disebut dengan PROTEKSI KATODIK, yaitu menlindungi benda besi dari karat dengan menjadikannya benda itu sebagai KATODA, secara sederhana bisa dijelaskan bahwa sebatang besi akan lebih mudah terkena karat dibandingkan tembaga, maka dengan "menempelkan" besi pada sebuah tembaga, maka karat yang muncul akan "terserap" menuju besi, bukannya tembaga. Cara ini biasanya digunakan untuk jalur pipa yang panjang, menara tinggi, dan juga mulai dikembangkan dalam teknologi pencegah karat di kendaraan mobil. misalnya menara menara antena, terbuat dari besi kan. Lalu kenapa mereka tidak bisa berkarat? Itu disebabkan karena setiap beberapa waktu selalu di cat ulang, tidak menyisakan tempat bagi udara dan air bertemu dengan permukaan besi membentuk karat. (Sagala, Polmer P. 2011).

 

Berikut akan diuraikan bagaimana cara pencegahan terjadinya korosi :

 

a.       Pengecatan

Fungsi pengecatan adalah untuk melindungi besi kontak dengan air dan udara. Cat yang mengandung timbal dan seng akan lebih melindungi besi terhadap korosi. Pengecatan harus sempurna karena jika terdapat bagian yang tidak tertutup oleh cat, maka besi dibawah cat akan terkorosi. Pagar bangunan dan jembatan biasanya dilindungi dari korosi dengan pengecatan. Contoh cromium plating membuat bumper mobil tahan karat.

 

b.      Dibalut plastik

Plastik mencegah besi kontak dengan air dan udara. Peralatan rumah tangga biasanya dibalut plastic untuk menghindari korosi.

 

c.       Pelapisan dengan krom (chromium plating)

Timah termasuk logam yang tahan karat. Kaleng kemasan dari besi umumnya dilapisi dengan timah. Proses pelapisan dilakukan secara elektrolisis atau electroplating. Lapisan timah akan melindungi besi selama pelapisan itu masih utuh. Apabila terdapat goresan, maka timah justru mempercepat proses korosi karena potensia elektroda besi lebih positif dari timah.

 

d.      Pelapisan dengan seng (galvanisasi)

Seng dapat melindungi besi meskipun lapisannya ada yang rusak. Hal ini karena potensial elektroda besi lebih negatif daripada seng, maka besi yang kontak dengan Seng akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Sehingga seng akan mengalami oksidasi, sedangkan besi akan terlindungi.

 

e.       Pengorbanan anoda

Perbaikan pipa baeah tanah yang terkorosi mungkin memerlukan perbaikan yang mahal biayanya. Hal ini dapat diatasi dengan teknik pengeranan anoda, yaitu dengan cara menanamkan logam magnesium kemudan dihubungkan ke pipa besi melalui sebuah kawat. Logam magnesium itu akan berkarat, sedangkan besi tidak karena magnesium merupakan logam yang aktif (lebih mudah berkarat).


 

BAB III

KESIMPULAN

 

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah sebagai berikut:

·         Asam cuka,air tawar,air hujan dan air panas termasuk kedalam bahan-bahan korosif (bahan yang dapat menyebabkan korosi).

·         Minyak tanah bukanlah bahan yang dapat menyebabkan korosi,oleh karena itu minyak tanah tidak termasuk kedalam bahan yang korosif.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Suroso, Asih, dkk.2011. Kimia untuk SMA/MA Kelas XII Semester 1. Aspirasi

Purba, Michael. 2007. KIMIA untuk Kelas XII. Jakarta : Erlangga

Sagala, Polmer P. 2011. Jago KIMIA SMA Kelas 1, 2, 3. Jakarta : Kawan

Pustaka

No comments:

Post a Comment