Wednesday 13 March 2019

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP GILL NET (JARING INSANG)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang  telah lama dilakukan oleh manusia. Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia Neanderthal (neanderthal man) telah melakukan kegiatan penangkapan (sahrhange andlundbeck,1991),  dengan menggunakan tangan kemudian profesi ini berkebang secara perlahan dengan menggunakan alat yang sederhana dan mulai membuat perahu yang sederhana. Dalam pemahaman mengenai cara penangkapan ikan maka dibutuhkan ilmu yang   dapa t  menyoko ng pengetahuan teknik penggunaan alat tangkap dan cara pengoperasiannya serta kapal yang dapat menunjang keberlansungan penangkapan, yang disebut dengan Manajemen Operasi Penangkapan Ikan.
Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan nelayan Indonesia umumnya masih bersifat tradisional, namun menurut Ayodhoa (1981)  pendapat tersebut tidak semuanya benar. Jika ditinjau dari prinsip teknik penangkapan ikan diIndonesia terlihat telah banyak memanfaatkan tingkah laku ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan ikan. Selain itu nelayan juga telah mengetahui ada sifat-sifat ikan yang berukuran besar memangsa ikan kecil sehingga dengan adanya ikan kecil ditempat penangkapan maka ikan-ikan besar pun akan mendatangi ke tempat tersebut. Hal tersebut membuktikan perkembangan peradaban manusia dapat mendorong manusia untuk semakin kreatif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Gill Net  sering diterjemahkan sebagai ³jaring insang´, ³jaring rahang´, dan lain sebagainya. Gill net adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, memiliki mata  jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika dibandingkan S  tuna, saury, flying fish, dan lain-lain), jenis ikan demersal ( flat fish, katamba, sea bream dan lain-lain), juga jenis udang, lobster, kepiting dan lain-lain.
1.2.  Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.       Memberikan pengetahuan tentang  Manajemen Operasi Penangkapan Ikan di Indonesia dengan menggunakan alat tangkap gill net
b.      Mengenal alat  tangkap gill net serta teknik penangkapan menggunakan gill net
c.       Mengenal jenis ikan yang dapat di jerat dengan alat tangkap gill net.

1.3.  Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan, informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa/ mahasiswi dan juga mengetahui, memahami pengertian dari  alat tangkap gill net itu sendiri.







BAB II
PEMBAHASAN

1.        GILL NET (Jaring Insang)
A.    Umum
Gill net sering diterjemahkan dengan “jaring ingsang” istilah gill net didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gill net” terjerat di sekitar oper culumnya pada mata jarring. Di Indonesia, penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutnya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring koro, jarring udang, dan sebagainya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang bayeman), dan sebagainya (Ayodhya, 1981). Gill net disebut jaring insang karena yang menjadi sasaran penangkapan ikan adalah insangnya. Sebab insang dapat terjerat (gilled) pada mata jaring ketika ikan menerobos jaring supaya ikan mau menerobos jarring, jarring yang digunakan dari nilon sehingga ikan tidak dapat melihatnya.
Menurut Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan, Gill net atau jaring insang adalah alat penangkapan ikan yang berupa selembar jaring berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang sama atau seragam di seluruh bagian jaring. Pada atas bagian jaring, pelampung-pelampung yang di lalui tali pelampung diikatkan pada tali ris atas, sedangkan pada bagian bawahnya adalah pemberat yang dilekatkan pada tali ris bawah. Fungsi dari pelampung dan pemberat ini agar jaring dapat terbentang sempurna di dalam air (2009 : 61). Jenis ikan yang tertangkap dengan gill net adalah ikan-ikan dasar dan ikan damersal seperti laying cakalng, kembung, dan lain lain. Selain ikan dasar dan ikan damersal, ikan sauri, tuna, salmon, mackarel juga menjadi tujuan penangkapan gill net. Tidak hanya ikan itu saja udang, lobster, kepiting juga terjerat oleh gill net. Untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak diperlukan cara pengoprasian yang benar. Gill net dioperasikan di suatu perairan laut dengan menggunakan sebuah kapal motor. Dalam pengoprasian gill net yang dilakukan pertama kali adalah menentukan daerah penangkapannya. Setelah itu, jaringan direntangkan menghadap arah renang ikan, sehingga ikan-ikan dapat tertangkap dengan terjeratnya insang pada mata jaring operasi penangkapan ikan dapat dilakukan pada malam hari maupun pagi hari. Yang penting warna jaring tidak terlihat oleh ikan.

Gambar : gill net
B.      Jenis-jenis Gill Net  
Menurut Martasuganda (2002), jaring insang dapat diklasifikasikan berdasarkan metode pengoperasiannya menjadi lima jenis, yaitu :
1.      jaring insang tetap (fixed gillnet atau set gillnet)






2.      jaring insang hanyut (drift gillnet)

3.      jaring insang lingkar (encircling gillnet)
4.      jaring insang giring (frightening gillnet atau drive gillnet)
5.      jaring insang sapu (rowed gillnet)
Menurut Ayodhyoa (1979) vide Walus (2001),
berdasarkan lapisan jaring yang membentuk dinding jaring dibedakan menjadi 2
1.      jaring insang berdinding tunggal
2.      berdinding tiga (trammel net)
Sedangkan berdasarkan lapisan kedalaman air tempat dioperasikannya alat
ini dapat dibedakan menjadi :
3.      jaring insang permukaan (surface gillnet),.    
4.      jaring insang lapisan air tengah (midwater gillnet),
5.      jaring insang dasar (bottom gillnet).
Sedangkan, menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Indonesia (2005), jaring insang dibedakan menjadi:
6.      Jaring insang hanyut (Drift Gillnet), dimana jaring ini dipasang dengan cara terbentang dan dihanyutkan untuk menghadap sekumpulan ikan.
7.      Jaring insang lingkar (Encircling Gillnet), dimana jaring ini dipasang melingkari sekumpulan ikan dan saat ikan bergerak ke segala arah maka akan terjerat pada jaring.
8.      Jaring insang tetap (Set Gillnet), dimana jaring insang ini umumnya dipasang dengan menggunakan pemberat atau diikatkan pada sesuatu hingga tidak hanyut terbawa arus.
9.      Jaring klitik (Shrimp EntanglingGillnet), dimana jaring insang ini pada umumnya dipasang pada daerah dasar perairan umumnya menangkap ikan demersal dan udang.
10.  Jaring tiga lapis (Trammel Net), dimana jaring insang yang terdiri dari beberapa lapisan jaring agar ikan yang terjerat tidak mudah lepas kembali.

C.       Tertangkapnya ikan pada jaring insang
1.      Gilled : terjerat pada tutup insang
2.      Wedged : terjerat pada bagian badan
3.      Snagged : terhadang ukuran keliling kepala ikan lebih besar dari mata jaring
4.      Entangled : terpuntal karena bagian tubuh ikan yang menonjol ( gigi , rahang , sirip)
Cara tertangkap ikan oleh Gill Net
D.    Syarat-Syarat Gill Net
Agar ikan-ikan mudah terjerat (gill net) pada mata jaring dan dapat terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring, maka baik material yang dipergunakan ataupun pada waktupembuatan jaring hendaklah diperhatikan hal-hal antara lain seperti berikut (Nomura, 1978; Ayodhyoa, 1981).
1)      Kekuatan dari Twine (Rigidity of Netting Twine)
Twine yang dipergunakan hendaklah lembut tidak kaku, pliancy, suppeleness. Dengan demikian, twine yang digunakan adalah cotton, hennep, linen, amylan, nilon, kremona, dan lain-lain, dimana twine ini mempunyai fibres yang lembut. Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami, dan lainnya yang fibresnya keras tidak digunakan.Untuk mendapatkan twine yang lembut, ditempuh dengan cara memperkecil diameter twine atau jumlah pilin persatuan panjang dikurangi, atau bahan-bahan celup pemberi warna ditiadakan.
2)      Ketegangan Rentangan Tubuh Jaring
Yang dimaksud dengan keterangan rentangan disini ialah rentangan ke arah panjang jaring. Jaring mungkin direntangkan dengan tegang sekali, tetapi mungkin pula tidak terlalu tegang. Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan terjadinya tension bail pada float line ataupun pada tubuh jaring, dan sedikit banyak berhubungan pula dengan jumlah tangkapan yang akan diperoleh. Ketegangan rentangan tubuh jaring akan ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring, tali temali, sinking force dari sinker, dan juga shortening yang digunakan.


3)       Shortening atau Shrinkage
Supaya ikan-ikan mudah terjerat (gilled) ataupun terbelit-belit pada mata jaring dan supaya ikan-ikan tersebut tidak mudah terlepas dari mata jaring, maka pada jaring perlulah diberikan shortening yang cukup. Yang dimaksudkan shortening atau shrinkage adalah pengerutan, yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna dengan panjang jaring setelah diletakkan pada float line ataupun sinker line, disebutkan dalam persen.
Contoh : Panjang tubuh jarring (webbing) 100m, setelah ditata jarring menjadi 70m (panjang float line maupun sinker line),maka dikatakan shortening tersebut adalah :
            (100 – 70 x 100% = 30%
                 100
            (L0 – L1) x 100% = 30%
                 L0
4)      Tinggi Jaring
Yang dimaksud dengan tinggi jaring ialah jarak antara float line ke sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Untuk jaring insang tetap, akibat resistence terhadap arus akan meyebabkan perubahan bentuk jaring, pertambahan lebar jaring (mesh depth) akan juga berarti pertambahan resistance terhadap arus. Biasanya lebar jaring insang tetap tidak melebihi dari sekitar 7 meter.
5)      Mesh Size dan Besar Ikan
Antara mesh size dari gill net dan besar ikan yang terjerat (gilled) terdapat hubungan yang erat sekali. Dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh size mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya tertentu batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan besifat selektif terhadap besar ukuran catch yang diperolehnya.
6)      Warna Jaring
Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan, dan faktor lainnya. Sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat terlihat oleh ikan-ikan yang berbeda-beda. Demikian pula hendaklah warna jaring sama dengan warna air diperairan tersebut, juga warna jaring jangan membuat yang sangat kontras, baik terhadap warna air juga terhadap warna dari dasar perairan tersebut. Cara tertangkapnya ikan pada kedua jenis jaring ini, selain terjerat pada bagian belakang operculum atau terjerat di antara operculum dan bagian tinggi maksimum pada mata jaring bagian dalam, juga tertangkap secara terpuntal. Selain itu, ikan yang tertangkap dapat terjerat juga terpuntal pada jaring (Hadian, 2005).
Menurut Baranov (1999) vide Tibrizi (2003) menyatakan bahwa mekanisme tertangkapnya ikan dibedakan dalam tiga cara, yaitu:
1.    Gilled : Ikan terjerat mata jaring pada bagian operculum.
2.    Wedged : Ikan terjerat mata jaring pada bagian keliling tubuhnya.
3.    Tangled : Ikan terpuntal di jaring pada bagian gigi, maxillaria, sirip, apendik atau bagian tubuh ikan lainnya

D.    Komponen Gill Net
1.    Tali pelampung (float line). Seutas tali yang dipergunakan untuk menempatkan dan mengikatkan pelampung.
2.    Pelampung (float). Sesuatu benda yang mempunyai daya apung dan dipasang pada jaring bagian atas berfungsi sebagai pengapung jaring.
3.    Tali penguat atas (upper selvadge line). Seutas tali yang terletak di antara tali pelampung dengan tali ris atas berfungsi sebagai penguat tali jaring bagian atas.
4.    Tali ris atas (head rope). Seutas tali yang dipergunakan untuk menggantungkan tubuh jaring.
5.    Serampat atas (upper selvadge). Serampat atas adalah lembaran jaring yang terpasang di atas tubuh jaring berfungsi sebagai penguat tubuh jaring bagian atas.
6.    Tubuh jaring (net body). Lembaran jaring yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang merata atau sama/seragam.
7.    Serampat bawah (lower selvadge). Lembaran jaring yang terpasang di bawah tubuh jaring berfungsi sebagai penguat tubuh jaring bagian bawah.
8.    Tali ris samping (side line). Seutas tali yang dipasang pada sisi-sisi tubuh jaring berfungsi sebagai pembatas tinggi jaring insang.
9.    Tali ris bawah (ground rope). Seutas tali yang dipergunakan untuk membatasi gerakan jaring ke arah samping.
10.     Tali penguat bawah (lower selvadge line). Seutas tali yang terletak di antara tali ris bawah dengan tali pemberat berfungsi sebagai penguat tali jaring bagian bawah.
11.     Tali pemberat (sinker line). Seutas tali yang dipergunakan untuk menempatkan dan mengikatkan pemberat.
12.     Pemberat (sinker). Benda yang mempunyai daya tenggelam dan dipasang pada jaring bagian bawah, berfungsi sebagai penenggelam jaring.

E.     Pengoperasian Gill Net
Secara umum pengoperasian gillnet dilakukan secara pasif, tetapi ada juga yang dilakukan secara semi aktif pada siang hari. Pengoperasian gillnet secara pasif umumnya dilakukan pada malam hari, dengan atau tanpa alat bantu cahaya. Kemudian gillnet dipasang di perairan yang diperkirakan akan dilewati ikan atau hewan lainnya dan dibiarkan beberapa lama sampai ikan menabrak dan terjerat memasuki mata jaring. Lama waktu pemasangan gillnet disesuaikan dengan target tangkapan atau menurut kebiasaan nelayan yang mengoperasikan (Martasuganda, 2005).
Metode pengoperasian alat tangkap gillnet pada umunya terdiri atas beberapa tahap, yaitu (Miranti, 2007):
a)      Persiapan Alat]
Sebelum operasi dimulai semua peralatan dan perbekalan harus dipersiapkan dengan teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkan antara pemberat dan pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut. Penyusunan gillnet diatas kapal penangkapan ikan disesuaikan dengan susunan peralatan di atas kapal atau tipe kapal yang dipergunakan. Sehingga dengan demikian gill net dapat disusun di atas kapal pada :
1.      buritan kapal
2.       samping kiri kapal
3.      samping kanan kapal
b)   Waktu Penangkapan
Penangkapan ikan denan menggunakan alat tangkap gill net umumnya dilakukan pada waktu malam hari terutama pada saat gelap bulan. Dalam satu malam bila bulan elap penuh operasi penangkapan aatau penurunan alat dapat dilakukan sampai dua kali karena dalam sekali penurunan alat, gill net didiamkan terpasang dalam perairan sampai kira-kira selam 3-5 jam.
c)      Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Setelah semua peralatan tersusun rapi maka kapal dapat dilayarkan menuju ke daerah penangkapan (fishing ground). Syarat-syarat daerah penangkapan yang baik untuk penangkapan ikan dengan menggunakan gill net adalah :
1.      bukan daerah alur pelayaran umum dan
2.      arus arahnya beraturan dan paling kuat sekitar 4 knots
3.      dasar perairan tidak berkarang
d)     Penurunan Alat
Bila kapal telah sampai di daerah penangkapan, maka persiapan alat dimulai, yaitu :
1.      posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin datangnya dari tempat penurunan alat
2.      setelah kedudukan/ posisi kapal sesuai dengan yang dikehendaki, jaring dapat diturunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan jangkar, pelampung tanda ujung jaring atau lampu, kemudian tali slambar depan, lalu jaring, tali slambar pada ujung akhir jaring atau tali slambar belakang, dan terakhir pelampung tanda.
3.      pada saat penurunan jaring, yang harus diperhatikan adalah arah arus laut. Karena kedudukan jaring yang paling baik adalah memotong arus antara 450-900
e)      Penaikan Alat dan Pengambilan Ikan
Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan sekitar 3-5 jam, jaring dapat diangkat (dinaikkan) ke atas kapal untuk diambil ikannya. Bila hasil penangkapan baik, jaring dapat didiamkan selama kira-kira 3 jam sedangkan bila hasil penangkapan sangat kurang jaring dapat lebih lama didiamkan di dalam perairan yaitu sekitar 5 jam. Bila lebih lama dari 5 jam akan mengakibatkan ikan-ikan yang tertangkap sudah mulai membusuk atau kadang-kadang dimakan oleh ikan lain yang lebih besar. Urutan pengangkatan alat ini adalah merupakan kebalikan dari urutan penurunan alat yaitu dimulai dari pelampung tanda, tali selambar belakang, baru jaring, tali selambar muka dan terakhir pelampung tanda. Apabila ada ikan yang tertangkap, lepaskan ikan tersebut dari jaring dengan hati-hati agar ikan tidak sampai terluka. Untuk hal tersebut bila perlu dengan cara memotong satu atau dua kaki (bar) pada mata jaring agar ikan dilepas tidak sampai luka/ rusak.Ikan-ikan yang sudah terlepas dari jaring segera dicuci dengan air laut yang bersih dan langsung dapat disimpan ke dalam palka, dengan dicampur peahan es atau garam secukupnya agar iakn tidak lekas membusuk.











BAB III
KESIMPULAN

1.      GILL NET( JARING INSANG )
Gill net sering diterjemahkan dengan “jaring insang” istilah gill net didasarkan pada pemikiran bahwa ikan – ikan yang tertangkap “gill net” terjerat di sekitar oper culumnya pada mata jaring. Di indonesia, penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutkannya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap ( jaring koro, jaring udang, dan sebagainya ), ada pula yang disertai dengan nama tempat ( jaring udang bayeman ), dan sebagainya ( Ayodha,1981).
Dalam gill net dipelajari tentang :
2.      Jenis – jenis Gill Net
3.      Syarat – syarat GilL Net
4.      Komponen Gill net
5.      Pengoperasiannya Gill net


No comments:

Post a Comment