Saturday 5 March 2022

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.M DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN TB PARU

 

KONSEP TEORITIS

 

1.      Pengertian Tuberkulosis Paru

Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari. Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013).

Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif  melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil (kemenkes RI,2015).

 

2.      Etiologi

Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015),  Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.

 

3.       Manifestasi klinis

Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :

1)      Demam

Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.

2)      Batuk/batuk berdahak

Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

3)      Sesak Napas

Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi sebagian paru-paru

4)      Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.

5)      Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

 

4.      Patofisiologi

Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi.  Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut. 

Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit  yang dikelilingi oleh foist. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012). 

 

5.      Penatalaksanaan medis

Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok yaitu :

 

1.      Terapi farmakologi

1)      Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

2)      Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).

2.      Terapi non farmakologi

Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien tuberkulosis dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif yaitu latihan batuk efektif, napas dalam dan pengaturan posisi (semi atau high fowler).

1)      Batuk Efektif

      Batuk Efektif merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru-paru agar tetap bersih, di samping dengan memberikan tindakkan nebulizer dan postural drainage. Batuk efektif dapat dilakukan pada pasien dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar pengeluaran dahak dapat lancar. Batuk efektif ini merupakan bagian tindakkan keperawatan untuk pasien dengan gangguan pernapasan akut dan kronik (Alie & Rodiyah, 2013).

2)      Tujuan Batuk

      Efektif Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang bertujuan untuk (Alie & Rodiyah, 2013):

(1)   Merangsang terbukanya sistem kolateral

(2)   Meningkatkan distribusi ventilasi

(3)   Meningkatkan volume paru

(4)    Memfasilitasi pembersihan saluran napas

3)      Manfaat Batuk Efektif

       Pemberian latihan batuk efektif  beserta teknik melakukannya akan memberikan manfaat. Manfaat dari batuk efektif yaitu untuk melonggarkan dan melegakan saluran pernapasan maupun mengatasi sesak akibat adanya lendir yang memenuhi saluran pernapasan.Lendir, baik dalam bentuk dahak (sputum) maupun sekret dalam hidung, timbul akibat adanya infeksi pada saluran pernapasan maupun karena sejumlah penyakit yang di derita seseorang (Alie & Rodiyah, 2013).

4)      Prosedur Tindakan Batuk Efektif Prosedur tindakkan batuk efektif yaitu antara lain sebagai berikut (Alie & Rodiyah, 2013):

(1)          Beri tahu pasien, minta persetujuan klien dan anjurkan untuk cuci tangan

(2)          Atur pasien dalam posisi duduk tegak atau duduk setengah memebungkuk (Semi fowler atau high fowler)

(3)          Letakkan handuk/alas pada leher klien, letakkan bengkok atau pot sputum pada pangkuan dan anjurkan klien memegang tisu

(4)          Ajarkan klien untuk menarik napas dalam secara perlahan, tahan 1-3 detik dan hembuskan perlahan melalui mulut. Lakukan prosedur ini beberapa kali

(5)          Anjurkan untuk menarik napas, 1-3 detik batukkan dengan kuat

(6)          Tarik napas kembali selama 1-2 kali dan ulangi prosedur diatas 2 hingga 6 kali

(7)          Jika diperlukan, ulangi lagi prosedur di atas

(8)           Bersihkan mulut klien, instruksikan klien untuk membuang sputum pada pot sputum atau bengkok

(9)          Beri penguatan, berskan alat dan cuci tangan

(10)      Menjaga kebersihan dan mencegah kontaminasi terhadap sputum

(11)      Tindakan batuk efektif perlu diulang beberapa kali bila diperlukan

 

6.      Komplikasi

Pada anak dengan tuberculosis biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgren, ada 3 komplikasi dasar Tuberculosis paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, Tuberculosis endobronkial, dan Tuberculosis paru kronik. Sebanyak 0,5-3% penyebaran limfohematogen akan menjadi Tuberculosis milier atau meningitis Tuberculosis, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.

Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan). Terjadinya Tuberculosis paru kronik sangat bervariasi, Tuberculosis  paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan dewasa muda. Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi Tuberculosis. Tuberculosis tulang dan sendi terjadi pada 510% anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi dapat juga 2-3 tahun kemudian. Tuberculosis ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer (Ardiansyah, 2012).

 

7.      Pathway

Ketika seorang pasien tuberkulosis paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuclei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Droplet kecil sekali dapat tetap beredar diudara selama beberapa jam. Droplet nuklei yang sedikit mengandung satu hingga tiga basili yang menghindari sistem pertahanan jalan napas untuk masuk paru tertanam pada alveolus atau bronkiolus pernapasan, biasanya pada lobus atas. Karena kuman memperbanyak diri, mereka menyebabkan respons inflamasi lokal. Respons inflamasi membawa neutrofil dan makrofag ke tempat tersebut.

Mycobacterium tuberculosis terus memperbanyak diri secara lambat beberapa masuk sistem limfatik untuk menstimulasi respons imun. Neutrofil dan makrofag mengisolasi bakteri, tetapi tidak dapat menghancurkannya. Lesi granulomatosa disebut tuberkel, koloni basil yang terlindungi, terbentuk. Dalam tuberkel¸ jaringan terinfeksi mati, membentuk pusat seperti keju, proses yang disebut nekrosis degenerasi jaringan mati.  Jika respons imun adekuat, terjadi jaringan parut sekitar tuberkel dan basil tetap tertutup. Lesi ini pada akhirnya mengalami klasifikasi dan terlihat pada sinar-X. Pasien, ketika terinfeksi oleh M. tuberculosis tidak terjadi penyakit TB. Jika respons tidak adekuat untuk mengandung basili, penyakit TB akan terjadi. Terkadang, infeksi dapat memburuk, menyebabkan destruksi jaringan paru yang luas. Lesi TB yang telah sembuh sebelumnya dapat diaktivasi kembali.

Tuberkulosis reaktivasi terjadi ketika sistem imun tertekan akibat usia, penyakit, atau penggunnaan obat imunosupresif. Luas penyakit paru dapat beragam dari lesi kecil hingga kavitasi luas jaringan paru. Tuberkel rupture, basili menyebar ke jalan napas untuk membentuk lesi satelit dan menghasilkan pneumonia tuberculosis. Tanpa terapi, keterlibatan paru massif dapat menyebabkan kematian, atau proses yang lebih kronik pembentukan tuberkel dan kavitasi dapat terjadi. Orang yang mengalami penyakit kronik terus menyebarkan M. tuberculosis ke lingkungan, kemungkinan menginfeksi orang lain (Pricilla LeMone, 2015). Reaksi infeksi/inflamasi yang terjadi pada penderita tuberculosis paru akan membentuk kavitas dan merusak parenkim paru lalu menimbulkan edema trakeal/faringeal, peningkatan produksi sekret, pecahnya pembuluh darah jalan napas dan mengakibatkan batuk produktif, batuk darah, sesak napas, penurunan kemampuan batuk efektif dan terjadi masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas (Muttaqin, 2008).

 


Patofisiologi

 

 

 

 

 

 

 

 



8.      Diagnosa keperawatan

Muttaqin (2008) menjelaskan bahwa kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien TB paru diantaranya sebagai berikut :

a.       Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mucus yang kental, hemoptosis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema tracheal/faringeal

b.      Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura

c.       Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan membrane alveolar-kapiler

d.      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh

e.       Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur yang berhubungan dengan adanya batuk, sesak nafas, dan nyeri dada.

f.       Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) yang berhubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah)

g.      Cemas yang berhubungan dengan adanya ancam  kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas) dan prognosis penyakit yang belum jelas

h.       Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah

i.        Resiko terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko pathogen

 


TINJAUAN KASUS

 

Pengkajian

1.      Identitas pasien

Nama : Ny. M

Umur : 58 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Bahasa Daerah “Aceh”

Pendidikan  : SMA

Pekerjaan  : Ibu Rumah Tangga

Alamat  : jl. Mawar no 4

Diagnosa Medis  : Tuberkulosis Paru (TB Paru)

Tanggal pengkajian : 06 April 2021

2.      Penanggung Jawab 

Nama  : Ny. R

Umur :  34  tahun

Jenis Kelamin  : Perempuan

Agama  : Islam

Alamat  : jl mawar no 4

Pekerjaan  : Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan Klien  : Anak

3.      Riwayat Kesehatan

1)      Keluhan Utama: Ny. M mengatakan batuk berdahak selama 1bulan, jika batuk nyeri terasa pada dada sebelah kanan.

2)      Riwayat penyakit sekarang:  Ny. M mengatakan sejak 1 bulan terakhir klien mengalami batuk berdahak, dahak susah untuk dikeluarkan, mengeluh batuberdahak, sesak napas, demam, nafsu makan menurun sejak seminggu terakhir, klien datang ke Wilayah Kerja Puskesmas pada tanggal 03 April 2021 sekitar 09.00 WIB dibantu oleh keluarganya,  pasien terlihat lemas, tampak meringis kesakitan, Tekanan Darah: 100/80 mmHg, Nadi: 90x/menit, Respirasi: 28X/menit, Suhu: 39,2OC, BB: 45Kg (Sekarang), BB: 50Kg (sebelum Sakit).

3)      Riwayat Penyakit Dahulu: Ny. M mengatakan sejak 1 bulan terakhir klien mengalami batuk berdahak, sesak napas, demam, nafsu makan menurun sejak seminggu terakhir. Ny. M mengatakan sudah sering mengalami batuk berbulan-bulan namun sembuh dengan membeli obat di warung, pasien tidak memiliki penyakit lain selain batuk dan tidak pernah dirawat di rumah sakit.

4)      Riwayat Kesehatan Keluarga: tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit menular, keluarga juga menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menurun seperti DM, dan Hipertensi.

5)      Riwayat Sosial Ekonomi

1)      Riwayat pekerjaan : Ny. M hanya sebagai ibu rumah tangga, penghasilan diperoleh dari penghasilan Ny. R dan suaminya rata-rata perbulan berkisar 1.500.000 s/d 2.000.000,00 perbulannya.

2)      Aspek psikososial : Suami Ny. M sudah meninggal dan Ny. M hanya ibu rumah tangga biasa.

4.      Pola kesehatan fungsional

a.       Pola persepsi kesehatan dan manajemen Ny. M tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya, Ny. M menceritakan keluhan yang muncul kepada keluarga. Jika sakit Ny. M membeli obat di warung dekat rumahnya  dan mengatakan sudah sering mengalami batuk berbulan-bulan namun sembuh dengan membeli obat di warung, dan tidak pernah dirawat di rumah sakit.

b.      Pola Oksigenasi 

1.      Sebelum sakit Ny. M mengatakan bernafas secara normal, tidak mengunakan alat bantu pernafasan.

2.       Saat dikaji Ny. M didapatkan bahwa pernafasan klien meningkat (28 x/i) hal ini dikarenakan adanya sekret dijalan nafas, klien mengatakan nafas sesak.

c.       Pola nutrisi

1.      Sebelum sakit klien mengatakan makan 3x sehari dan minum > 5 gelas per hari. Saat dikaji sakit Ny. M mengatakan tidak ada nafsu makan sejak

2.      seminggu terakhir, jika Ny. M makan semuanya terasa pahit dan Ny. M merasakan seperti ingin muntah.

d.      Pola Eliminasi

1.      Sebelum sakit Ny. M mengatakan BAB 1x dalam sehari dan BAK 4-5 kali sehari.

2.      Saat dikaji Ny. M  mengatakan tidak mengalami gangguan BAB dan BAK.

e.       Pola Aktivitas

1.      Sebelum sakit Ny. M mengatakan setiap pagi hari selalu menyempatkan waktu untuk berjalan pagi/olah raga santai di pagi hari.

2.       Saat dikaji Ny. M mengatakan badan terasa sesak nafas dan bawaannya selalu letih.

f.       Pola Istirahat

1.      Sebelum sakit Ny. M mengatakan tidur 6-7 jam per hari dan tidur siang tidak ada.

2.      Saat dikaji Ny. M mengatakan susah untuk tidur karena batuk.

g.      Personal Hygiene

1.      Sebelum sakit Ny. M mengatakan  mandi 2x/hari (Pagi dan Sore).

2.      Saat dikaji Ny. M mengatakan mandi tetap 2x sehari.

h.      Pola komunikasi

1.      Sebelum sakit Ny. M mengatakan berkomunikasi dengan bahasa daerah “aceh”.

2.      Saat dikaji Ny. M mengatakan jika berkomunikasi dengan perawat atau dokter menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah “aceh”.

i.        Pola spiritual

Saat dikaji Ny. M mengatakan tetap shalat, yang mana sebelum sakit Ny. M selalu shalat berjamaah di Masjid yang berdekatan dengan rumah Ny. M.

j.        Pola Aman  dan Nyaman

1.       Sebelum sakit Ny. M mengatakan nyaman dengan tubuhnya yang sehat.

2.       Saat dikaji Ny. M mengatakan badannya terasa kurus sekali, terasa kulit pembalut tulang, Ny. M mengatakan malu dengan kondisi tubuhnya saat ini

 

5.      Pemeriksaan fisik

a.       Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum (KU)  : Baik

Kesadaran  : Composmentis

Tekanan Darah  : 100/80 mmHg

Nadi   : 90x/menit 

Suhu   : 39,2o C

RR   : 28 x/menit

BB Sekarang  : 45 Kg

BB Sebelum Sakit : 50 Kg.

b.      Pemeriksaan Fisik

1.      Kepala : Bentuk kepala meschepal, rambut panjang , rambut warna hitam beruban, tekstur kasar, dan tidak ada benjolan.

2.      Mata : Bentuk simetris kanan dan kiri, konjungtiva berwarna merah muda, sclera berwarna putih, tidak terdapat oedema, bentuk pupil isokor, reflek pada cahaya meosis.

3.      Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung. Bentuk simetris kiri kanan, bersih tidak ada sekret, dan bisa mencium aroma wangi-wangian. 

4.      Mulut : Terdapat karang gigi, bibir kering, mulut bersih, tidak ada gigi palsu.

5.      Telinga : Tidak ada serument, pendengaran baik.

6.      Leher : Tidak ada kesulitan menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran JVP

7.      Jantung:  

a)      Inspeksi : Dada simetris.

b)      Palpasi : Teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS 5 mid clavikula.

c)      Perkusi  : Pekak

d)     Auskultasi  : S1> S2 reguler tidak ada bunyi suara tambahan

8.      Paru-Paru

a)      Inspeksi : Pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidak tampak menggunakan otot bantu penafasan.

b)      Palpasi  : Vocal vemitus normal.

c)      Perkusi  : pekak

d)     Auskultasi  : terdapat ronchi,  Whizzing tidak.

9.       Abdomen 

a.       Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan

b.      Auskultasi : Bising usus normal

c.       Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

d.      Perkusi : Timpani

10.  Ekstremitas : 

a. Atas: Tidak ada luka, tangan kiri dan kanan lengkap, kuku tampak bersih, kekuatan otot normal(555/555), terpasang IVFD D5%  20gtt/i

b. Bawah: tidak ada udema, kaki kiri dan kanan lengkap, terasa panas saat diraba pada lutut, nyeri tekan pada lutut (+), kekuatan otot normal (555/555)

11.  Kulit  : Turgor kulit kering, warna sawo matang

12.  Genetalia : Tidak terpasang kateter

c.       Terapi Medik

1.  IVFD    : Dektrose 5% 20 gtt/I

2. Ranitidine inj. 25mg/ml  : 2x1 (amp)

3. Injeksi Ceftriaxone  : 1x 1gr

4. OAT kategori I Paket

(Obat TB Merah) 

(Rifampicin 150mg, Isoniazid 75mg, Pyrazinamide 400mg, Ethambutole 275mg )  : 1 X 1 pagi hari, sebelum makan, pada saat perut kosong).

5.  Mucohexyine syr  : 3 X 5mg

6. Vitamin B6    : 2 X 1Tab

 


 

ANALISA DATA

 

NO

DATA

MASALAH

1.

DS:- Ny. M Mengatakan:

1) Batuk Berdahak sejak 1 bulan terakhir

2) Dahak susah untuk dikeluarkan

Do: - Ny. M Tampak :

1) Ny. M Tampak Batuk dan susah mengeluarkan dahaknya

2) TTV 

- TD: 100/80 mmhg

- N: 90x/menit

 - RR: 28x/menit - S: 39,2o C       

- BB Sekarang:45Kg       

- BB Sebelum Sakit:50Kg

Bersihan jalan nafas tidak efektifnya

2.

DS: - Ny. M Mengatakan:

1) Ny. M mengatakan tidak nafsu makan sejak seminggu terakhir

2) Ny. M Mengatakan jika makan terasa pahit

3) Ny. Mj mengatakan Jika makan rasa ingin muntah

4) Ny. M mengatakan berat badan menurun

DO: - Ny. M Tampak:

1) Ny. M Tampak lemah

2) Porsi makanan yang diberikan tampak tidak dimakan 3) Ny. M tampak kurus

BB Sekarang : 45Kg

BB Sebelum Sakit: 50Kg.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3.

DS: Ny. M Mengatakan :

1) Ny. M dan keluarga mengatakan tidak tahu dengan penyakit yang diderita oleh Ny. M

2) Ny. M dan keluarga menanyakan apakah penyakit Ny. M bisa disembuhkan

DO: - Ny. M Tampak :

1) Ny. M dan keluarga tampak bertanya kepada perawat tentang penyakit yang diderita Ny. M, apakah bisa disembuhkan.

2) Ny. M tampak bingung saat ditanyakan tentang penyakit dan cara perawatan penyakitnya

3) TTV 

- TD: 100/80 mmhg

- N: 90x/menit

- RR: 28x/menit

- S: 39,2o C      

- BB Sekarang:45Kg       

- BB Sebelum Sakit: 50Kg 

Kurang Pengetahuan

INTERVENSI KEPERAWATAN

 

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NOC

NIC

1.

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien : Dengan kriteria hasil :

1.    Mendemonstrasikan   batuk   efektif   dan   suara nafas   yang   bersih,   tidak   ada   sianosis   dan dyspneu  (mampu  mengeluarkan  sputum, mampu bernafas dengan mudah).

2.    Menunjukkan  jalan  nafas  yang  paten  (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, dan tidak ada suara nafas abnormal).

3. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas

 

1. Monitor frekuensi, irama kedalaman dan upaya napas

2. Monitor adanya retensi sputum

3.  Posisikan semif fowler atau fowler

4.  Auskultasi suara napas

5.  Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien Dengan kriteria hasil :

1.      Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2.      Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3.      Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4.      Tidak ada tandatanda mal nutrisi

5.      Menunjukkan peningktan fungsi pengecapan dari menelan dan tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

1.Identifikasi status nutrisi

2   Identifiksi     alergi     dan     intoleransi makanan 3  Monitor asupan makanan

4 Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein

5   Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makan 

 

 


 

3.

Kurang pengetahuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x25 menit diharapkan pasien Kriteria Hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, progosis dan program pengobatan

2. Pasien  dan  keluarga  mampu  melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar 3.  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa    yang    dijelaskan    perawat/tim    kesehatan lainnya.

1..Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

2.  Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan

3.  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

4.  Jelaskan   faktor   resiko   yang   dapat mempengaruhi kesehatan

 

 

 


 

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

HARI/TANGGAL

DIAGNOSA KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI

EVALUASI

Senin,06 April 2021

Ketidakefektifan jalan napas

1 Mengidentifikasi kemampuan batuk

2 Memantau adanya retensi sputum

3  Posisikan semif fowler atau fowler

4 Memberikan minum air hangat

5  Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

S  :

 -   Pasien mengatakan sesak berkurang jika posisi duduk

O :

-   Pasien terlihat sesak jika berbaring

 -   Pasien dalam posisi semifowler

-   Pola pernapasan pasien cepat RR : 28 x/mt

A :

-   Masalah pola napas tidak efektif belum teratasi

P :

 -   Lanjutkan intervensi

-   Monitor frekuensi, irama kedalaman dan upaya napas

- Monitor pola napas

- Monitor kemampuan batuk efektif

– Monitor adanya sumbatan jalan napas

 

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

1  Identifikasi status nutrisi

2   Identifiksi     alergi     dan     intoleransi makanan 3  Monitor asupan makanan

4 Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein

S :

-   Pasien mengatakan tidak nafsu makan

-   Pasien mengatakan merasa mual jika makan

-   Pasien mengatakan hanya habis 5 sendok makan

O :

-   BB :

Sebelum sakit 50 kg       

Sesudah sakit 45 kg

A  :

 -   Masalah perubahan nutrisi belum teratasi

 

 

 

P :

-Lanjutkan intervensi

-Identifikasi status nutrisi Identifiksi alergi dan intoleransi makanan

-Monitor asupan makanan

- Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein

- Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makan

 

Kurang pengetahuan

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

2.  Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan

3.  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

S :

-  Pasien dan keluarga mengatakan belum mengerti akan penyakitnya

-  Pasien dan keluarga belum mampu memahami informasi yang diberikan

O :

-  Pasien dan keluarga menjadwalkan pendidikan kesehatan 

A : Masalah defisit pengetahuan belum teratasi

P :

-   Lanjutkan intervensi

-   Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan

-    Jelaskan   faktor   resiko   yang   dapat mempengaruhi kesehatan

Selasa, 07 April 2021

Ketidakefektifan jalan napas

1. Mengidentifikasi kemampuan batuk

2. Memantau adanya retensi sputum

3.  Posisikan semif fowler atau fowler

4. Memberikan minum air hangat

5.  Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

S:

-   Pasien mengatakan sesak berkurang jika posisi duduk

O :

 -   Pasien terlihat sesak jika berbaring

-   Pasien dalam posisi semifowler -   Pola pernapasan pasien cepat RR : 26 x/mt

A :

 -   Masalah pola napas tidak efektif belum teratasi

P :

-   Lanjutkan intervensi

-   Monitor frekuensi, irama kedalaman dan upaya napas

-   Monitor pola napas

-   Monitor kemampuan batuk efektif

-   Monitor adanya sumbatan jalan napas

 

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

nutrisi

2   Identifiksi     alergi     dan     intoleransi makanan 3  Monitor asupan makanan

4 Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein

5 Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makan

S :

-   Pasien mengatakan tidak nafsu makan

-   Pasien mengatakan merasa mual jika makan

-   Pasien mengatakan hanya habis 5 – 8 sendok makan

O :

-   BB :

Sebelum sakit 50 kg     

Sesudah sakit 45 kg

A  : -   Masalah perubahan nutrisi belum teratasi

P : -   Lanjutkan intervensi

-    Identifikasi status nutrisi

 -   Identifiksi alergi dan intoleransi makanan

-    Monitor asupan makanan

-   Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein

-  Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makan

 

Kurang pengetahuan

1. Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan

2. Jelaskan   faktor   resiko   yang   dapat mempengaruhi kesehatan

S :

-  Pasien dan keluarga mengatakan sudah dapat mengerti akan penyakitnya

 -  Pasien dan keluarga mampu memahami informasi yang diberikan

O :

-  Pasien dan keluarga terlihat aktif saat pendkes dan sering bertanya

 -  Pasien dan keluaraga terlihat sudah dapat memahami akan penyakitnya

A :

 -   Masalah defisit pengetahuan sudah teratasi

P :

-   Hentikan intervensi

Rabu, 08 April 2021

Ketidakefektifan jalan napas

1. Mengidentifikasi kemampuan batuk

2.  Memantau adanya retensi sputum

3.   Posisikan semif fowler atau fowler

4. Memberikan minum air hangat

5. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

S:

- Pasien mengatakan tidak terlalu sesak jika posisi duduk

O :

- Pasien dalam posisi semifowler -  Pola pernapasan pasien RR : 24 x/mt

A :

 -   Masalah Pola napas tidak efektif teratasi

P :

-   Hentikan intervensi

 

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

1. Identifikasi status nutrisi

2. Identifiksi     alergi     dan     intoleransi makanan

3.  Monitor asupan makanan

4. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein

5. Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makan

S :

-   Pasien mengatakan sudah nafsu makan

-   Pasien mengatakan merasakan tidak mual lagi

 - Pasien  mengatakan    habis    8  - 10 sendok makan, biskuit dan buahbuahan

A :

-   Masalah Defisit nutrisi teratasi sebagian

 

 

P :

-   Lanjutkan intervensi

-   Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein

-   Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makan

 

Kurang pengetahuan

- Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan

-  Jelaskan   faktor   resiko   yang   dapat

S:

-  Pasien dan keluarga mengatakan sudah dapat mengerti akan penyakitnya

-  Pasien dan keluarga mampu memahami informasi yang diberikan

 

O :

-  Pasien dan keluarga terlihat aktif saat pendkes dan sering bertanya

-  Pasien dan keluaraga terlihat sudah dapat memahami akan penyakitnya

 

A :

-   Masalah defisit pengetahuan sudah teratasi

 

P :

-   Hentikan intervensi

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.

Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha Medika

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press

Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis Klinis. Jakarta. Widya Medika

Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Gerdunas TB.

Diagnosa Nanda Nic Noc. 2007-2008. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Dinkes Kampar. 2018. Profil Kesehatan Kesehatan Kampar. 

Djojodibroto, R. Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Edisi 1. Jakarta:EGC pp.136-143.

Doenges, Marilynn E.dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Alih Bahasa : I Made Kriasa.EGC.Jakarta

Hariadi, Slamet, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo.

Hasan, Helmia, Wibisono M, Winariani, Hariadi S, editors. 2010. Tuberkolosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR – RSUD Dr. Soetomo.

Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta : Buana Ilmu Populers

No comments:

Post a Comment