Thursday 21 March 2019

MAKALAH TETANUS NEONATURUN

MAKALAH

TETANUS NEONATURUN


KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan dan rahmat-Nya saya mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Dan saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi teratasi.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada  dosen  pembimbing saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya  di  masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Banda Aceh,   April  2018


Penulis


DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang...................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.     Tujuan................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 4
A.    Definisi.................................................................................................. 4
B.     Epidemiologi......................................................................................... 5
C.     Patogenesis............................................................................................ 5
D.    Etiologi.................................................................................................. 5
E.     Faktor Resiko........................................................................................ 6
F.      Patologi................................................................................................. 6
G.    Diagnosis............................................................................................... 6
H.    Diagnosis Banding................................................................................ 6
I.       Gejala Klinis.......................................................................................... 7
J.       Komplikasi............................................................................................ 7
K.    Pengobatan dan Pencegahan................................................................. 8
L.     Prognosis............................................................................................... 9
M.   Penanganan........................................................................................... 9

BAB III PENUTUP............................................................................................. 11
A.    Kesimpulan......................................................................................... 11
B.     Saran................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Bayi neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsinya. Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan fungsinya.
Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir.
Contoh penyakit yang sering didapatkan  pada neonatus yaitu Tetanus neonatorum masih banyak terdapat di negara-negara sedang membangun termasuk Indonesia dengan kematian bayi yang tinggi dengan angka kematian 80%. Di Indonesia pada saat ini persalinan yang ditolong di rumah sakit hanya 10–15%, 10% lagi ditolong oleh bidan swasta, sedangkan sisanya 75–80 % masih ditolong oleh dukun.
Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian. Contoh, pada tahun 80-an tetanus menjadi penyebab pertama kematian bayi di bawah usia satu bulan. Namun, pada tahun 1995 kasus serangan tetanus sudah menurun, akan tetapi ancaman itu tetap ada sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus juga terjadi pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan (neonatus). Penyebabnya adalah spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat pertolongan bila keadaan bayi sudah gawat. Penanganan yang sempurna memegang peranan penting dalam menurunkan angka mortalitas. Tingginya angka kematian sangat bervariasi dan sangat tergantung pada saat pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan yang ada.
Tetanus neonatorum angka kematian kasusnya (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi. Pada kasus teanus neonatorum angkanya mendekati 100 %, terutama yang mempunyai masa inkubasi kurang 7 hari. Angka kematian kasus tetanus neonatorum yahng dirawat di rumah sakit diindonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 – 55 %.
Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang tenaga medis, terutama seorang bidan dapat memberikan pertolongan/tindakan pertama atau pelayanan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kewenangan dalam menghadapi kasus tetanus neonatorum.
Pemerintah bertekat untuk memperkecil kematian akibat kematian tetanus neonatorum dengan jalan memberikan 2 kali vaksinasi tetanus toksoid selama hamil. Diharapkan bidan dapat membantu upaya pemerintah sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi karena tetanus sampai akhir tahun 2000, menjadi kurang dari 1 %. Dikemukakan bahwa angka kematian karena tetanus dapat dijadikan ukuran bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dalam satu daerah dan secara umum pada negara tersebut.

B.       Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan Tetanus Neonatorum?
b.      Bagaimana Epidemiologi dari Tetanus Neonatorum?
c.       Bagaimana Patogenesis dari Tetanus Neonatorum?
d.      Apa penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum?
e.       Apa saja factor resiko dari Tetanus Neonatorum?
f.       Apa saja Patalogi dari Tetanus Neonatorum?
g.      Apa saja diagnosis dan dari Tetanus Neonatorum?
h.      Apa diagnosis banding dari Tetanus Neonatorum?
i.        Apa saja yang termasuk gejala klinis dari Tetanus Neonatorum?
j.        Komplikasi apa saja dari Tetanus Neonatorum?
k.      Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan dari Tetanus Neonatorum?
l.        Beberapa factor yang dapat mempengaruhi prognis dari penyakit tetanus yaitu?
m.    Bagaimana cara penanganan dari Tetanus Neonatorum?

C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Tetanus Neonatorum?
2.      Untuk mengetahui Bagaimana Epidemiologi dari Tetanus Neonatorum?
3.      Untuk mengetahui Bagaimana Patogenesis dari Tetanus Neonatorum?
4.      Untuk mengetahui Apa penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum?
5.      Untuk mengetahui Apa saja factor resiko dari Tetanus Neonatorum?
6.      Untuk mengetahui Apa saja Patalogi dari Tetanus Neonatorum?
7.      Untuk mengetahui Apa saja diagnosis dan dari Tetanus Neonatorum?
8.      Untuk mengetahui Apa diagnosis banding dari Tetanus Neonatorum?
9.      Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk gejala klinis dari Tetanus Neonatorum?
10.   Untuk mengetahui Komplikasi apa saja dari Tetanus Neonatorum?
11.   Untuk mengetahui Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan dari Tetanus Neonatorum?
12.   Untuk mengetahui Beberapa factor yang dapat mempengaruhi prognis dari penyakit tetanus yaitu?
13.   Untuk mengetahui Bagaimana cara penanganan dari Tetanus Neonatorum?

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi
Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani, tetanus yang berarti kencang atau tegang. Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang ditandai kondisi spastik paralisis yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan clostridium tetani. Tetanus berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu tetanus generalisasi (umum), tetanus local dantetanus sefalik. Bentuk tetanus yang paling sering terjadi adalah tetanus generalisasi dan jugamerupakan bentuk tetanus yang paling berbahaya Neonatal (berasal dari neos yang berarti baru dan natus yang berarti lahir) merupakan suatu istilah kedokteran yang digunakan utnuk menggambarkan masa sejak bayi lahir hingga usia 28 hari kehidupan. Tetanus neonatorum merupakan suatu bentuk tetanus generalisasi yang terjadi padamasa neonatalum
Tetanus neonatorum merupakan tetanus terjadi pada bayi yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi melalui tali pusat. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008)
Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (baying  berusia 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang system saraf pusat. (Sarwono Prawirohardjo)

B.     Epidemiologi
      Tetanus diseluruh dunia tetapi insidens di Negara maju sudah sangat jarang. Penyakit tetanus ini masih merupakan masalah kesehatan di Negara berkembang karena sanitasi lingkungan yang kurang baik dan imunisasi aktif yang belum mencapai sasaran. Di Indonesia dan Negara berkembang lain, penyakit tetanus neonatorum masih menjadi masalah. Hal ini terutama disebabkan oleh pertolongan persalinan bagi sebagian masyarakat masih menggunakan tenaga non-profesional (dukun/paraji). Factor lain adalah sebagian ibu yang melahirkan tidak atau belum mendapat imunisasi tetanus toksoid (TT) pada masa kehamilannya.

C.    Patogenesis
Clostridium tetani dalam bentuk spora masuk ke tubuh melalui luka potongan tali pusat, yaitu tali pusat yang dipotong menggunakan alat yang tidak steril atau perawatan tali pusat yang tidak baik. Bila keadaan memungkinkan, missal luka tersebut menjadi anaerob disertai jaringan nekrotis, spora berubah menjadi menjadi bentuk vegetative dan selanjutnya berkembang biak. Kuman ini tidak invasive tetapi bila dinding sel kuman lisis, kuman ini akan melepaskan dua macam toksin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmin sangat mudah diikat oleh saraf, oleh karena itu disebut juga neurotoksin.

D.      Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh clostridium tetani yang bersifat anaerob, dimana kuman tersebut berkembang pada keadaan tanpa oksigen. Tetanus pada bayi dapat disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril. Masa inkubasi penyakit ini antara 5-14 hari. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008)
Tetanus neonatorum disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang system saraf pusat. Spora kuman tersebut masuk kedalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya yaitu tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi lahir maupun pada saat perawatanya sebelum puput (terlepasnya tali pusat). Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari. Apabila masa inkubasi kurang dari 7 hari, biasanya penyakit lebih parah dan angka kematian tinggi. (Sarwono Prawirohardjo, 2002)

E.       Faktor Resiko
a.         Pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
b.         Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat.
c.         Perawatan tali pusat tidak memnuhi persyaratan kesehatan. (Sarwono Prawirohardjo, 2002)

F.     Patologi
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama pada nukleus motorik. Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat spasmus laring pada kejang yang lama. Selain itu kematian dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat pernafasan dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah pneumonia aspirasi dan sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian tetanus neonatorum di Indonesia.

G.      Diagnosis
Biasanya tidak sukar, anamnesis terdapat luka dan ketegangan otot yang khas teutama pada rahang sangat membantu.

H.    Diagnosis Banding
Spasme yang disebabkan oleh striknin jarang menyebabkan spasme otot rahang. Tetani di diagnosis dengan pemeriksaan darah (kalsium dan fosfat). Kejang pada menginitis dapat dibedakan dengan kelainan cairan serebropinalis. Pada rabies terdapat anamnesis gigitan anjing atau kucing disertai gejala spasme laring dan faring yang terus menerus dengan  pleositosis tetapi tanpa trismus. Trismus dapat pula terjadi pada angina yang berat, abses retrofaringeal, abses gigi terjadi pada meningitis (pada tetanus kesadaran tidak menurun), mastoiditis pneumonia lobaris atas, miositis leher, spondilitis leher
.
I.       Gejala Klinis
Masa inkubasi antara 3-14 hari tetapi bisa berkurang atau lebih. Gejala klinis infeksi tetanus neonatorum umumnya muncul pada hari ke-3 sampai ke-10. Gejala tetanus neonatorum diantarany:
a.       Bayi rewel
b.      Trimus (kesukaran membuka mulut karena spasme otot maseter) sehingga sulit menetek
c.       Mulut mencucu seperti mulut ikan
d.      Kejang
e.       Kuduk kaku sampai opistotonus
f.       Kesukaran menelan akibat spasme otot laring
g.      Asfiksia dan sianosis akibat spasme otot pernapasan
h.      Bayi sadar dan gelisah
Menurut beratnya gejala dapat dibedakan 3 stadium:
a.       Trimus (3cm) tanpa kejang tonik umum meskipun dirangsang
b.      Trimus (3cm atau lebih kecil) dengan kejang tonik umum bila dirangsang
c.       Trimus (1cm) dengan kejang tonik umum spontan

J.      Komplikasi
a.    Bronkopneumonia
b.    Asfiksia
c.    Sianosis akibat obstruksi saluran pernafasan oleh secret
d.   Sepsis neonatorum




K.    Pengobatan dan Pencegahan
a.    Tetanus immunoglobulin (TIG) diberikan secara intramuscular dengan dosis 250-500 unit. Tetanus immunoglobulin ini diberikan dengan maksud untuk menetralisasi toksin yang beredar dalam darah.
b.    Antitetanus serum (ATS) diberikan bila tidak tersedia tetanus immunoglobulin. Selama pemberian harus diperhatikan, karena antitetanus serum ini berasal dari serum kuda sehingga harus diantisipasi kemungkinan terjadinya syok anafilaksis. Dosis antitetanus serum 3000-5000 untit secara intramuscular.
c.    Antikonvulsan diberikan untuk merelaksasi otot dan kepekaan jaringan saraf terhadap rangsang. Obat lazim digunakan adalah diazepam (dosis 0,5 mg/kg BB/hari dibagi dalam beberapa dosis dan diberikan intravena atau intramuscular) dan fenobarbital (dosis 10-20 mg/kg BB/hari dibagi 4 kali).
d.   Antibiotika digunakan untuk membunuh kuman C. tetani dalam bentuk vegetative. Antibiotic yang paling sering digunakan adlah penisilin procain. Dosis 200.000 unit/kg BB/hari diberikan intramuscular selama 10 hari atau 3 hari setelah panas turun.
e.    Oksigen diberikan bila terjadi asfiksia atau sianosis
f.     Tindakan pencegahan yang paling efektif adalah melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita calon pengantin dan ibu hamil sebanyak dua kali dengan interval minimal satu bulan. Selain itu, tindakan memotong dan merawat tali pusat harus secara steril.

Tabel pemberian imunisasi TT dan Lamanya Perlindungan :
Dosis
Saat pemberian
% perlindungan
Lama perlindungan
TT 1
Pada kunjungan pertama atau sedini mungkin pada kehamilan
0
Tidak ada
TT2
Minimal 4 minggu setelah TT1
80%
3 tahun
TT3
Minimal 6 bulan setelah TT2 atau selama kehamilan berikutnya
95%
5 tahun
TT4
Minimal satu tahun setelah TT3 atau selama kehamilan berikutnya
99%
10 tahun
TT5
Minimal satu tahun setelah TT4 atau selama kehamilan berikutnya
99%
Selama usia subur

L.     Prognosis
Untuk penyakit tetanus secara umum prognosis dipengaruhi beberapa factor, yaitu:
a.       Masa inkubasi, semakin pendek masa inkubasi semakin buruk prognosisnya sebaliknya semakin panjang masa inkubasi semakin prognosisnya. Pada umumnya masa inkubasi yang kurang dari 7 hari prognosisnya buruk.
b.      Usia, semakin muda usia penderita semakin buruk prognosisnya.
c.       Periode awitan, waktu antara terjadina luka dengan gejala klinis. Semakin pendek periode awitan (onset), semakin buruk prognosisnya.
d.      Panas, penyakit tetanus tidak selalu disertai panas, maka adanya demam akan memperburuk prognosis.
e.       Perawatan penunjang, mutu perawatan penunjang juga berpengaruh terhadap prognosis penyakit tetanus.

M.   Penanganan
a.       Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti kejang
b.      Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas. Pemasangan spatel lidah yang dibungkus kain untuk mencegah lidah tergigit
c.       Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau di telinga
d.      Mengobati penyebab tetanus dengan anti tetanus serum (ATS) dan antibiotika
e.       Perawatan yang adekuat seperti kebutuhan oksigen, makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit
f.       Penderita/bayi di tempatkan di kamar yang tenang dengan sedikit sinar mengingat penderita sangat peka akan suara dan cahaya yang dapat merangsang kejang.
Bagan Penanganan Tetanus Neonatorum
Kategori
Tetanus Neonatorum Sedang
Tetanus Neonatorum Berat
Umur
>7 hari
0-7 hari
Frekuensi kejang
Kadang-kadang
Sering
Bentuk kejang
Mulut mencucu, trismus kadang-kadang, kejang rangsang(+)
Mulut mencucu, trismus terus-menerus, kejang rangsang (+)
Posisi Badan
Opistotonus kadang-kadang
Selalu Opistotonus
Kesadaran
Masih sadar
Masih sadar
Tanda infeksi
Tali pusat kotor, lubang telinga bersih/kotor
Tali pusat kotor, lubang telinga bersih/kotor
Penanganan
Puskesmas
1.    Bersihkan jalan nafas
2.    Masukkan sendok/spatel dibungkus kain untuk menekan lidah
3.    Beri oksigen
4.    Atasi kejang dengan:
ü  Diazepam 0,5 mg/kg/i.m atau supositoria
ü  Apabila masih kejang, ulangi tiap 30 menit
ü  ditambah luminal 30 mg i.m sampai kejang berhenti
5.    Infuse glukosa 10% sebanyak 80 ml/kg/hari
6.    Antibiotika 1 kali (penisilin prokain 50.000 U/kg/hari i.m)
7.    Bersihkan tali pusat
Rujuk ke rumah sakit
Rumah Sakit
1.    Umur lebih dari 24 jam ditambah bikarbonas natrikus 1,5% (4:1)
2.    Dosis anti kejang i.v dengan dosis rumat
3.    Diazepam 8-10 mg/kg i.v diganti tiap 6 jam
4.    ATS 10.000 U/hari i.m
5.    Ampisilin 100 mg/kg i.v atau prikain penisilin 50.000 U/kg i.m selama 3 hari
Ruang perawatan tenang



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani, tetanus yang berarti kencang atau tegang. Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (baying  berusia 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang system saraf pusat.
Penyakit ini disebabkan oleh clostridium tetani yang bersifat anaerob, dimana kuman tersebut berkembang pada keadaan tanpa oksigen. Tetanus pada bayi dapat disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril. Masa inkubasi penyakit ini antara 5-14 hari
Tindakan pencegahan yang paling efektif adalah melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita calon pengantin dan ibu hamil sebanyak dua kali dengan interval minimal satu bulan. Selain itu, tindakan memotong dan merawat tali pusat harus secara steril.

B.     Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan , adalah :
a.       Bagi bidan yang akan memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan penyakit tetanus neonatorum harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari asuhan keperawatan pada bayi yang perlu ditekankan.
b.      Bidan juga memberikan pendidikan kesehatan kepad bapak dan ibu atau keluarga dari anak tentang bahaya tetanus dan penyuluhan untuk melakukan persalinan di rumah sakit,puskesmas,klinik bersalin,atau pelayanan kesehatan lainya agar terhindar dari infeksi tetanus pada anaknya akibat penggunaan alat.
c.       Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit, kedua orang pasien yang bayinya menderita tetanus perlu diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus ,keberhasilan pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan hal ini mengingat untuk tetanus neonatorum memerlukan alat/otot yang biasanya di RS tidak selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip).selain itu yang perlu dijelaskan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan tetanus, baik di puskesmas atau di bidan,dan minta pertolongan persalinan pada dokter,bidan atau dukun terlatih yang telah ikut prnataran Depkes.kemudian perlu diberitahukan pula cara perawatan tali pusat yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat, A. 2008. Ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Departemen Kesehatan Republic Indonesia.1997.Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Perintal Di Wilayah Kerja Puskesmas.Jakarta                       
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak.2007.Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: Infomedika Jakarta.
Nur Muslihatun ,Wafi. 2010. Asuhan Neonates, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Prawihardjo,Sarwono.2005.Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Dan Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Praworohardjo

No comments:

Post a Comment