Thursday 21 March 2019

MAKALAH KONSEP NEONATAL

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T (tiga terlambat) yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus
2.      Pencegahan Infeksi
3.      Rawat Gabung
4.      Metode Kanguru
5.      IMD




BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Adaptasi fisiologi fetus
Fisiologi neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus. Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu, neonatus adalah indivisu yang sedang bertumbuh.
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus kekehidupan di luar uterus.Kemampuan adaptasi fisiologis ini di sebut juga homeostasis.Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi(Oksigen dan nutrisi)ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Perbedaan lingkungan fisik sebelum dan sesudah lahir (Timiras dalam Johnson, 1986), adalah sbb :


1)      Perubahan Sistem Pernapasan
   Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigensi janin sebelum bayi lahir adalah plsenta. Selama masa kehamilan bayi mengalami banyak perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk mulainya proses pernapasan. Pada masa kehamilan di trimester II atau III janin sudah mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernapas, alveoli juga berkembang dan sudah mampu menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan permukaan pada tempat pertemuan antara udara- alveoli. Ruang interstitial antara alveoli sangat tipis sehinga memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran udara.
Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh tegangan permukaan cairan kental yang melapisinya. Diperlukan lebih dari 25 mmHg tekanan negatif untuk melawan pengaruh tegangan permukaan tersebut dan untuk membuka alveoli untuk pertama kalinya. Tetapi sekali membuka alveoli, pernapasan selanjutnya dapat di pengaruhi pergerakan pernapasan yang relatif lemah. Untungnya pernapasan bayi baru lahir yang pertamakali sangat kuat, biasanya mampu menimbulkan tekanan negatif sebesar 50 mmHg dalam ruang intrapleura.
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot–otot pernapasan dan kemampuan diafragma untuk bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi dan ekpirasi. Bayi yang baru lahir yang sehat mengatur sendiri usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan yang tepat antar-oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi napas pada bayi baru lahir yang normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 30–60 kali permenit ( pernapasan diafragma dan abdomen ) apabila frekuensi secara konsisten lebih dari 60 kali permenit, dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau retraksi dinding dada, jelas merupakan respon abnormal pada 2 jam setelah kelahiran.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut :
a.  Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik)
b.  Penurunan PaO2 dan peningkatan PaO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi mekanik).
c. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di salam uterus ( stimulasi sensorik).
d.Refleks deflasi Hering Breur.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,selain karena adanya surfaktan,juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran napas dengan merintih sehingga udara bisa gtertahan di dalam. Cara neonates bernapas dengan cara bernapas difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalan kondisi seperti ini(anoksia), neonatus masih mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolism anaerobik.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1)   Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2)   Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
3)   Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
4)   Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2). Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.

d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

2)      Perubahan Pada Sistem Sirkulasi
Penyesuaian sirkulasi sangat memungkinkan aliran darah yang adekuat melalui paru adalah satu faktor penting selain mulainya pernapasan ketika lahir. Oleh karena itu paru tidak berfungsi terutama selama kehidupan fetal,maka jantung fetus tidak perlu memompa banyak darah melalui paru.sebaliknya jantung fetus harus memompa darah dalam jumlah besar melalui plasenta. Sebagian besar darah yang masuk ke atrium kanan dari vena kava inferior langsung berjalan lurus melalui permukaan posterior atrium kanan dan kemudian melalui foramen ovale langsung masuk ke dalam atrium kiri. Jadi, darah yang di ogsigenisasi  baik dari plasenta masuk ke sisi kiri jantung bukan ke sisi kanan jantung dan dipompa oleh ventrikel kiri terutrama ke dalam pembuluh darah kepala dan anggota gerak bawah.
Darah yang masuk atrium kanan dari vena kava superior langsung berjalan turun melalui katup trikuspidalis masuk ke dalam ventrikel kanan. Darah ini terutama darah deoksigenisasi dari daerah kepala fetus, dan dipompa oleh ventrikel kanan masuk ke dalam arteria pulmonalis, kemudian terutama melalui duktus arteriosus masuk ke dalam aorta desenden dan melalui arteria umbilikalis masukke plasenta, tempat darah deoksigenisasi mengalami oksigenisasi.

3)      Sistem Sirkulasi dan Hematologi
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan vascular sistemik) hanya 10% dari keluaran ventrikel kanan yang sampai paru, sedangkan sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri melalui duktus arteriosus bottali.
Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical cord dipotong/dijepit),tekanan atrium kanan menjadi rendah,tahanan pembuluh darah sistemik(SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang,tahanan vascular paru menyebabkan penutupan foramen ovale menutup setelah beberapa minggu,aliran darah di duktus arteriosus bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan duktus arteriosus secara fisiologis terjadi pada umur bayi 10-25 jam yang di sebabkan kontraksi otot polos pada akhir atreri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi,dan kelebihan volume juga sangat kurang untuk di toleransi. Manajemen cairan pada neonatus harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indicator yang baik untuk menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan sebagai parameter yang adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130 mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60mmHg.

Perubahan pada Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi  melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi dua perubahan besar, yaitu sebagai barikut :
          
 Sistem sirkulasi darah janin yaitu melalui,
a.       Vena umbilical
1.      Berasal dari korda umbilika ke sisi bawah hati dan bawah darah kaya akan oksigen dan nutrisi.
2.      Vena ini punya satu cabang yang menghubungkan vena porta dan menyuplai hati.
b.      Ductus Venosus (dari vena ke vena)
1.      Menghubungkan vena umbilikal ke vena cava inverior.
2.      Pada titik ini, darah tercampur dengan darah deogsigenasi yang kembali dari bagian bawah tubuh.jadi, darah terogsigenasi dengan baik .
c.       Foramen ovale
1.      Foramen ovale adalah lubang sementara antara atrium yang merupakan jalan masuk mayoritas darah dari vena cava inferior menyebrang ke dalam atrium kiri.
2.      Alasan pengalihan ini adalah darah tidak perlu melalui paru-paru untuk mengumpulkan oksigen.
d.     Duktus arteriosus (dari arteri ke arteri)
Duktus dari arah dua percabangan arteri pulmoner ke aorta desenden, masuk ke titik dibawah tempat terdapat arteri subklavia dan arteri carotid.
e.     Arteri hipogastik
Percabangan dari arteri iliaka interna dan jadi arteri umbilikal saat percabangan ini masuk ke korda umbilical.Percabangan ini megembalikan darah ke plasenta. Darah perlu waktu 1,5 menit untuk bersikulasi dan melalui perjalanan berikutnya.

4)      Adaptasi ke kehidupan ekstrauterin
a.       Setelah anak lahir anak bernapas untuk pertama kalinya.maka, terjadilah penurunan tekanan dalam arteri pulmonalis sehingga banyak darah yang mengalir ke paru-paru.
b.      Ductus arteriosus tertutup satu sampai dua menit setelah anak bernapas
c.       Dengan terguntingnya tali pusat, darah dalam vena cava inferior berkurang. Dengan demikian, tekanan dalam atrium atau serambi kanan berkurang.
d.      Sebaliknya, tekanan dalam atrium kiri bertambah sehingga menyebabkan penutupan voramen ovale.
e.       Sisa ductus arteri menjadi ligamentum arteriosus.
f.       Sisa ductus venosus menjadi ligamentum teres hepatic.
g.      Arteri umbilikal menjadi ligamentum pesikoumbilical lateral kiri dan kanan.
Struktur anatomi khas sirkulasi fetal, paru tidak berfungsi selama kehidupan fetal dan hati hanya berfungsi sebagaian, maka tidak perlu bagi jantung fetus untuk memompa banyak darah baik melalui paru atau hati. Sebaliknya jatung fetus harus memompa darah dalam jumlah yang besar melalui plasenta. Oleh karena itu, susunan anatomi sistem sirkulasi fetal bekerja sangat berbeda dengan sistem sirkulasi orang dewasa.
           Peredaran darah
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian lainnya langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta.
            Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebutlah yang membuat foramen ovale secarafungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia (PaO2 yang naik) serta duktus arteriosus yang berobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama.
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4-5 liter per menit/m² (gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 2,96 liter/menit/m² dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m²) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir di pengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfuse plasenta yang pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
         Transisi Pada Darah
Pada umumnya bayi baru lahir ( BBL) dilahirkan dengan nilai hemoglobin ( Hb) yang tinggi. Hemoglobin F adalah Hb yang dominan pada periode janin, namun akan lenyap pada satu bulan pertama kehidupan selama beberapa hari pertama. Nilai Hb akan meningkat sedangkan volume plasma akan menurun, akibatnya hematokrit normal hanya pada 51 – 56% neonatus. Pada saat kelahiran meningkat dari 3% manjadi 6% , pada minggu ke-7 sampai ke-9 setelah bayi baru lahir akan turun perlahan. Nilai Hb untuk bayi berusia 2 bulan rata-rata 12 g/dl.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hemoglobin pada bayi baru lahir :
1. Waktu pengkleman tali pusat. Penundaan pengkleman tali pusat dapat meningkatakan volume darah neonotus 25-40% , keuntungan penundaan pengkleman :
a.       Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler baru
b.      Berlanjutnya bolus darah teroksigenasi selama nafas pertama yang tidak teratur.
2. Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat membuat penutupan struktur janin.
3. Posisi bayi baru lahir segera setelah lahir
Sedangkan darah merah BBL memiliki umur yang singkat , yaitu 80 hari , sedangkan sel darah merah orang dewasa 120 hari. Pergantian sel yang cepata ini menghasilkan lebih banyak sampah metabolic akibat penghancuran sel termasuk bilirubin yang harus di metabolisme. Muatan bilirubin yang berlebihan ini menyebabkan ikterus fisiologis yang terlihat pada bayi baru lahir. Oleh karena itu, terdapat hitung retukulosit yang tinggi pada bayi baru lahir yang mencerminkan pembentukan sel darah merah baru dalam jumlah besar.
Sel darah putih rata-rata pada bayi baru lahir memiliki rentang dari 10.000 hingga 30.000/mm . peningkatan lebih lanjut dapat terjadi pada BBL normal selama 24 jam pertama kehidupan. Pada saat menangis yang lama juga dapat menyebabkan hitung sel darah putih mengandung granulosit dalam jumlah yang besar.

Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi :
a. Sirkulasi Darah Fetus
1)      Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis
 membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
b). Ductus venosus
 meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c). Foramen ovale
 merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra
d). Ductus arteriosus
 merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta desendens
e). Arteri hypogastrica
 dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogastica.

2)      Sistem sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis
membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior
b). Ductus venosus
merupakan  cabang – cabang dari venaumbilicalis dan mengalirkan sejumlahbesar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
c). Vena cava inferior
mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum
d). Foramen ovale
memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi
e). Vena cava superior
mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter
f). Arteria pulmonalis
mengalirkan darah campuran keparu - paru yang nonfungsional,yanghanya memerlukan nutrien sedikit.


g). Ductus arteriosus :
mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior
h). Arteria hipogastrika
merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal.

b. Perubahan  yang terjadi pada saat lahir
1)      Penghentian pasokan darah dari plasenta
2)       Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3)      Penutupan foramen ovale
4)      Fibrosis
a). Vena umbilicalis
b). Ductus venosus
c). Arteriae hypogastrica
d). Ductus arteriosus
sirkulasi pulmonari : vena umbilikus, duktus venosus,foramen ovale,dan duktus anteriosus.
 Sirkulasi Fetus
a.       Rintangan tinggi pada saat sirkulasi pulmonal.
b.      Rintangan rendah pada saat sirkulasi sistemik.
Terjadinya pergerakan darah dari sebelah kanan ke kiri.
a.       Foramen Ovale
Tekanan arteri sebelah kiri rendah karena darah yang kembali ke paru-paru adalah rendah dan tingginya tekanan pada arteri sebelah kanan karena isis pada darah dari plasenta tinggi.
b.      Duktus Arteriosus
Rintangan tinggi pada sirkulasi pulmonary. Rintanga (resisten) rendah pada sirkulasi sistemik fetus dan fungsi prostaglandin.
Sirkulasi Neonatal
a.       Banyak perubahan dalam sirkulasi ketika kelahiran. Bertambahnya aliran darah pada sirkulasi pulmonal terjadi akibat turunnya resisten pada sirkulasi pulmonal sehingga paru-paru mengembang.
b.      Darah vena kembali daripada jantung meningkat.
c.       Tekanan arteri kiri meningkat,sedangkan arteri kanan berkurang mengakibatkan foramen ovale tertutup.
d.      Resisten sirkulasi sistemik lebih tinggi daripada resisten pulmonal dalam masa 24 jam. Fungsi prostaglandin menyebabkan duktus arteriosus menutup.
e.       Arteri-arteri umbilikus mengerut dan aliran darah ke plasenta berhenti.

Perubahan Sirkulasi Fetal Waktu Lahir
a.       Hilangnya aliran darah dalam jumlah besar melalui plasenta.
Sebenarnya hal ini meningkatkan tekanan aorta serta tekanan atrium kiri.
b.      Tahapan vaskular paru sangat menurun.
Sebagai akibat dari pengembangan paru-paru. Pada fetus yang tidak mengembang, pembuluh darah tertekan karena volume paru yang kecil. Segera setelah mengembang, pembuluh darah tersebut tidak lagi tertekan dan tahanan terhadap aliran darah berkurang.
c.       Penutupan foramen ovale
Tekanan atrium kanan yang rendah dan tekanan atrium kiri yang tinggi, secara sekunder akan berpengaruh terhadap perubahan tahanan paru dan sistem waktu lahir sehingga menyebabkan kecenderungan darah mengalirkan balik dari atrium kiri ke atrium kanan bukan sebaliknya,seperti yang terjadi dalam kehidupan fetal. Akibatnya katup kecil yang terletak diatas foramen ovale pada sisi kiri septum atrium menutup lubang tersebut karena hal tersebut dapat mencegah aliran lebih lanjut.
d.      Penutupan duktus arteriosus
Efek yang sama terjadi dalam hubungannya dengan duktus arteriosus karena meningkatkan tahanan pada paru dan mengurangi trahanan pada arteri purmonalis. Sebagai akibatnya, segera setelah lahir, darah mulai mengalir balik dari aorta ke arteri pulmonalis bukan dengan arah sebaliknya dari aorta seperti kehidupan fetal. Akan tetapi, hanya setelah beberapa jam dinding otot duktus arteriosus mengadakan kontraksi nyata, dan dalam 8 hari kontraksi cukup untuk menghentikan  aliran darah. Hal ini dinamakan penutupan fungsional duktus arteriosus. Kemudian, terkadang selama bulan ke-2 kehidupan, biasanya duktus arteriosus tertutup secara anatomi oleh pertumbuhan jaringan fibrosa.

Pembentukan Sel-Sel Darah
a.    Sel-sel darah berinti mulai dibentuk pada kantung kuning telur dan lapisan mesotel plasenta sekitar minggu ke-3 perkembangan fetus. Satu minggu kemudian diikuti pembentukan sel-sel darah merah oleh mesenkim dan endotel pembuluh darah fetus.
b.    Minggu ke-6, hati mulai membentuk sel darah.
c.  Pada bulan ke-3 dan seterusnya sumsum tulang mulai semakin membentuk sel-sel darah merah dan putih. Sementara itu, struktur-struktur lain kehilangan kemampuannya sama sekali untuk membentuk sel-sel darah.
5)      Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku mengisap dan menelan. Pada saat lahir, reflek muntah dan batuk yang matur telah lenyap. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna sumber makanan dari luar cukup terbatas. Sebagaian besar keterbatasan tersebut membutuhkan berbagai enzim dan hormon pencernaan yang dapat di saluran cerna ( mulai dari mulut sampai dengan usus ).
Kamampuan absorpsi karbohidrat pada bayi baru lahir kurang efisien, sedangkan absorpsi monosakarida ( glukosa ) telah efisien. Regurgitasi pada bayi baru lahir disebabkan oleh sfingter jantung, sambungan esophagus bawah, dan lambung yang tidak sempurna. Kapasitas lambung pada bayi baru lahir cukup bulan sangat terbatas, kurang dari 30cc. hal ini di sebabkan karena usus bayi baru lahir relatif tidak matur dan sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien di bandingkan orang dewasa sehingga gelombang peristaltiknya sukar untuk di prediksi. Lipatan dan vili dinding usus belum berkembang sempurna. Sel epitel yang melapisi usus halus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absorpsi yang paling efektif. Awal pemberian makan oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan meningkatkan pergantian sel yang cepat dan produksi enzim mikrovilus. Epitel sel yang tidak matur mempengaruhi usus untuk melindungi dirinya dari zat-zat yang sangat berbahaya.
Pada awal kehidupan, bayi baru lahir menghadapi proses penutupan usus ( permukaan epitel usus menjadi tidak permeable terhadap antigen ). Sebelum penutupan usus bayi akan rentan terhadap infeksi virus / bakteri dan juga terhadap stimulasi allergen melalui penyerapan molekul-molekul besar oleh usus. Kolon bayi baru lahir kurang efisien dalam menyimpan cairan daripada kolon orang dewasa sehingga bayi cenderung mengalami kompilasi kehilangan cairan, misalnya gangguan diare.

6)      Perubahan imunitas
Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan tuanya kehamilan maka limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer dan terdapat pula limfe. Sel –sel limfoid membentuk  molekul immunoglobulin gamma G yang  merupakan gabungan immunoglobulin gamma A dan gamma M. Gamma G dibentuk paling banyak setelah 2 bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin di dapat dari ibu melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka janin mengadakan reaksi dengan plasmasitosis, penambahan penambahan folikel limfoid dan sintesis gamma M immunoglobulin. Gamma A immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan banyak ditemukan segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus digestifus,respiratorus,kelenjar ludah,pancreas dan traktus urogenital.
Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi dilahirkan setara dengan keadaan flora normal dalam saluran pencernaan. Akan tetapi bayi hanya dilindungi oleh Gamma G immunoglobulin dari ibu dan terbatas kadarnya juga kurangnya Gamma A immunoglobulin yang menyebabkan neonatus berkemungkinan besar rentan infeksi dan sepsis.
            Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas
c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir, namun keberadaannya dalam rahim terlindung membatasi  kebutuhan untuk bereaksi pada kekebalan trhadap antigen tertentu. Ada tiga macam imunoglobulin (Ig) atau antibodi (huruf menunjukan masing-masing golongan ),yaitu IgG,igA, dan IgM. Hanya IgG yang cukup kecil melewati pembatas plasenta , IgG merupakan golongan antibodi yang sangat penting dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi. IgG mempunyai kekebalan terhadap infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir, tingkat IgG bayi sama dengan atau sedikit lebih banyak daripada ibu. Tingkat Ig ini memberikan kekebalan pasif selama beberapa bulan kehidupan.
IgM dan IgA tidak melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh janin. Tingkat IgM pada periode kehamilan besarnya 20% dari IgM orang bisa dan diperlukan waktu 2 tahun untuk dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat IgM yang relative rendah membuat bayi rentan terkena infeksi. IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk pada sewaktu terjadi respons primer  adalah golongan ini. Tingkat IgA sangat rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama walaupun tingkat salive sekresi mencapai tingkat oreang dewasa dalam kurun waktu 2 bulan. IgA melindungi dari infeksi saluran pernafasan , saluran usus lambung ,dan mata. Sedangkan ,imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE, tidak begitu berkembang pada masa awal bayi/neonatus.

7)      Perubahan Sistem Ginjal
            Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi,diare, dan pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi dan edema ketidakmaturan ginnjal dapat membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk mengeksresi obat. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat pada kandung kemih bayi saat lahir tetapi bayi baru lahir memungkinkan tidak mengeluarkan urine selama 12
24 jam. Berkemih sering terjadi selama periode ini.Berkemih 6-10x dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yan cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kilogram /hari.
Ginjal janin mulai terbentuk pada kehamilan 12 minggu,dimana dalam kandung kemih telah ada air kemih yang diekresi kedalam air ketuban.Pada bayi baru lahir,kapasitas kandung kemih kira-kira 45 cc dan produksi air kemih rata-rata 0,05 – 0,10 cc permenit.Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah meyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah yang besar dan ketidak seimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu mengonsentrasikan urine yang baik yang tercermin dalam berat urine ( 1,004 ) dan osmolitas urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan.
Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, serinmgkali hanya 30 hingga 60 ml, seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam urine bayi baru lahir. Debris sel yang banyak dapat mengidentifikasi adanya cedera atau iritasi di dalam sistem ginjal.
 Fungsi ginjal belum sempurna karena :
a.      Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
b.      Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal
c.      Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa

8)      Ikterus  Neonatorum Fisiologis
Ikterus sendiri sebenarnya adalah perubahan warna kuning akibat deposisi bilirubin berlebihan pada jaringan; misalkan yang tersering terlihat adalah pada kulit dan  konjungtiva mata.
Sedangkan definisi ikterus neonatorum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir dengan keadaan meningginya kadar bilirubun di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva,mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kucing.  Ikterus juga disebut sebagai keadaan hiperbilirubinemia (kadar bilirubin dalam darah lebih dari 12 mg/dl). Keadaan hiperbilirubinemia merupakan salah satu kegawatan pada BBL karena bilirubin bersifat toksik pada semua jaringan terutama otak yang menyebabkan penyakit kern icterus (ensefalopati bilirubin) yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh kembang bayi.
Ikterus neonatorum dibedakan menjadi 2,yaitu :
1.      Neonatorum Fisiologis
Adalah keadaan hiperbirirubin karena faktor fisiologis merupakan gejala normal dan sering dialami bayi baru lahir.
Ikterus ini terjadi atau timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 sampai   dengan ke-6 dan akan menghilang pada hari ke-7 atau ke-10. kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih daro 12 mg/dl dan pada BBLR tidak lebih dari 10 mg/dl, dan akan menghilang pada hari ke-14. Bayi tampak biasa, minum baik dan berat badan naik biasa.
Penyebab ikterus neonatorum fisiologis diantaranya adalah organ hati yang belum “matang” dalam memproses bilirubin, kurang protein Y dan Z dan enzim glukoronyl tranferase yang belum cukup jumlahnya. Meskipun merupakan gejala fisiologis, orang tua bayi harus tetap waspada karena keadaan fisiologis ini sewaktu-waktu bisa berubah menjadi patologis terutama pada keadaan ikterus yang disebabkan oleh karena penyakit atau infeksi.


2.      Ikterus Neonatorum Patologis
Adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor penyakit atau infeksi. Ikterus neonatorum patologis ini ditandai dengan :
a.       Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan; serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.
b.      Peningkatan kadar bilirubin 5 mg/dl atau lebih dalam 24 jam.
c.       Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR) dan12,5   mg% pada         bayi cukup bulan..
d.      Ikterus yang    disertai            proses hemolisis.
e.       Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl/jam atau lebih 5 mg/dl/hari.
f.       Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari (cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada   BBLR.

9)      Perubahan Sistem Termogulasi     
     Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360C.Suhu normal pada neonatus adalah 36,5–37,0         Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang           disebabkan             oleh:
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.
b.    Permukaan tubuh bayi yang relatife lebih luas.
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
d.  Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6 – 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera   dimandikan.
Gejala hipotermi :
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
2. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
4. Muka bayi berwarna merah terang
5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir kelingkunganya.
a.       Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh benda di sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak langsung). Contoh hilangnya pans tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan dpenolong yang dingin memegang bayi baru lahir,  menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b.       Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang bergerak (jumlah pans yang hilang tergantung pad kecepatan dan suhu udara). Contoh hilanya panas tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir diruangan yang terpasng kipas angin.

c.       Radiasi
Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin (Pemindahan panas anatar dua objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam ruangan dengan Air onditioner (AC) tanpa di berikan pemanas(Radiant Warmer), bayi baru lahir dibiarkan keadaan telanjang, bayi baru lahir di tidurkan berdekatan dengan ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok.
d.       Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembababan udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadu uap). Evaporasi di pengaruhi oleh jumlah panas yang di pakai tingkat kelembaban udara, aliran udar yang melewati apabila bayi baru lahir di biarkan suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (Perg BB), sedangkan yang di bentuk hanya satu persepuluhnya.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antar lain mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.

10)  Sistem Metabolisme
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.

2. Infeksi Pada Neonatus
Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas trans. Plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.
# Patogenesis
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3 golongan, yaitu :
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :
(a). Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion ;
(b). Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ) ;
(c). Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ” oral trush ”.
3. Infeksi Pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.
Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu sendiri tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Tanda khas seperti yang terdapat bayi yang lebih tua seringkali tidak ditemukan. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratarium seringkali diagnosis didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkalan itu diagnosis dapat ditegakkan dengan permeriksaan selanjutnya.
Infeksi pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup wasdpada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu, namun tiba – tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi. Beberapa gejala yang dapat disebabkan diantaranya ialah malas, minum, gelisah atau mungkin tampak letargis. Frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba – tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain itu dapat terjadi edema, sklerna, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplehomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal. Pada bayi BBLR seringkali terdapat hipotermia dan sklerma. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ” Not Doing Well ” kemungkinan besar ia menderita infeksi.
Pembagian infeksi perinatal.
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan.
1. Infeksi berat ( major in fections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.
2. Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi umbilikus ( omfalitis ), moniliasis.
Sepsis Neonatal
Gejala sespis pada neonantus telah diterangkan pada diagnosis infeksi perinatal. Dengan menemukan gejala tersebut, apalagi dari anamnesis diketahui terdapat kemungkinan adanya infeksi antenatal atau infeksi maka tindakan yang dilakukan ialah :
1. Memberikan antibiotika spektrum luas sambil menunggu biakan darah dan uji resistensi. Antibiotika yang menjadi pilihan pertama ialah sefalosporin ( sefotaksim ) dengan dosis 200 mg / kgbb / hari intravena dibagi dalam 2 dosis, dikombinasi dengan amikasin yang diberikan dosis awal 10 mg / kgbb / hari intarvena, dilanjutkan dengan 15 mg / kgbb / hari atau dengan gentomisin 6 mg / kgbb / hari. Pilihan kedua ialah ampisilin 300 – 400 mg / kgbb / hari intravena, dibagi dalam 4 dosis. Pilihan selanjutnya ialah kotriminazol 10 mg / kgbb / hari intravena dibagi dalam 2 dosis selama 3 hari, dilanjutkan dengan dosis 6 mg / kgbb / hari intravena dibagi dalam 2 dosis ( dihitung berdasarkan dosis trimetoprim ). Lama pengobatan untuk sepsis neonatal ialah 14 hari. Pada klorompenikol pada neonatus tidak melebihi 50 mg / kgbb / hari untuk mencegah terjadinya syndrom ” Grey Baby ” dan pemberian sefalosporin serta kotrimoksazol tidak dilakukan pada bayi yang berumur kurang dari 1 minggu.
2. Pemeriksaan laboratorium rutin.
3. Biakan darah 2 uji resistensi.
4. Fungsi lumbal dan biakan cairan serebrospinalis dan uji resistensi.
5. Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.
Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun mereka imatur, oleh karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip pencegahan infeksi terutama sangat membahayakan. Praktik pencegahan infeksi yang penting diringkas di bawah ini.
Prinsip Umum Pencegahan Infeksi
Dengan mengamati praktik pencegahan infeksi di bawah akan melindungi bayi, ibu dan pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan membantu mencegah penyebaran infeksi :
o          Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
o          Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi menularkan infeksi.
o          Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.
o          Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan.
o          Gunakan teknik aseptik.
o          Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
o          Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.
o          Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.
Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi
Berikan perawatan rutin bayi baru lahir :
o          Setelah enam jam pertama kehidupan atau setelah suhu tubuh bayi stabil, gunakan kain katun yang direndam dalam air hangat untuk membersihkan darah dan cairan tubuh lain ( misal: dari kelahiran ) dari kulit bayi, kemudian keringkan kulit. Tunda memandikan bayi kecil ( kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau sebelum usia gestasi 37 minggu ) sampai minimal hari kedua kehidupan.
o          Bersihkan bokong dan area perineum bayi setiap kali mengganti popok bayi, atau sesering yang dibutuhan dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air hangat bersabun, kemudian keringkan area tersebut secara cermat.
o          Pastikan bahwa ibu mengetahui peraturan posisi penempatan yang benar untuk meyusui untuk mencegah mastitis dan kerusakan puting.
3.      Rawat Gabung
Rawat gabung merupakan sistem perawatan  bayi  yang disatukan dengan ibu sehingga ibu dapat melakukan semua perawatan dasar bagi bayinya. Bayi bisa tinggal bersama ibunya dalam satu kamar sepanjang siang maupun malam hari sampai keduanya observasi pada saat-saat tertentu, seperti pada malam hari atau pada jam-jam kunjungan / besuk.Rawat gabung atau  rooming in adalah suatu sistem perawatan dimana bayi serta ibu dirawat  dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus  berada di samping ibu
Tujuan Rawat Gabung
1.         Bantuan emosional
Hubungan antara ibu dan bayi sangat penting untuk saling mengenal terutama pada hari-hari pertama setelah persalinan. Bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayang ibu (bonding effect).
2.         Penggunaan air susu ibu
ASI adalah makanan yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin. Pada hari-hari pertama, yang keluar adalah colostrum yang jumlahnya sedikit. Tidak perlu khawatir bahwa bayi akan kurang minum, karena bayi harus kehilangan cairan pada hari-hari pertama dan absorbsi usus juga sangat terbatas.
3.         Pencegahan infeksi
Pada tempat perawatan bayi dimana banyak bayi disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah mencegah infeksi silang. Bayi yang melekat pada kulit si ibu akan memperoleh transfer antibodi dari si ibu. Kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi dan diserap oleh bayi, sehingga bayi akan mempunyai kekebalan tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi, terutama pada diare.
4.         Pendidikan kesehatan
Kesempatan melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu, terutama pada primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi merawat tali pusat, perawatan payudara dan nasihat makanan yang baik, merupakan bahan-bahan yang diperlukan si ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi dan merawat sendiri akan mempercepat mobilisasi, sehingga si ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan.

Pelaksaan Rawat Gabung
Kriteria yang ambil sebagai syarat untuk dapat dirawat bersama ibunya ialah :
1.      Nilai apgar 7.
2.      Berat badan lebih dari 2500.
3.      Masa kehamilan lebih dari 36 minggu.
4.      Lahir spontan presentasi kepala.
5.      Tanpa infeksi intrapartum.
6.      Ibu sehat dalam jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan kepada ibunya untuk merangsang pengeluaran ASI.
7.      Memberikan penyuluhan mengenai ASI dan perawatan bergabung bayi terutama bayi yang belum mendapat penyuluhan di poliklinik.

Kontra Indikasi Rawat Gabung
Pihak Ibu :
1.         Fungsi kardiorespiratorik yang tidak baik. Pasein penyakit jantung sementara tidak menyusi sampai keadaan jantung membaik.
2.         Preeklampsia dan eklampsia, keadaan ibu biasanya tidak baik karena pengaruh obat-obatan untuk mengatasi penyakit biasanya kesadaran ibu menurun. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi.
3.         Penyakit infeksi akut dan aktif. Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan. Tubercolosis paru yang aktif dan terbuka merupakan kontraindikasi yang mutlak.
4.         Karsinoma payudara. Pasien dengan penyakit ini harus dicegah jangan sampai ASI nya keluar karena akan mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusui ditakutkan adanya sel-sel karsinoma yang terminum si bayi.
5.         Psikosis : tidak dapat dikontrol keadaan jiwa si ibu bila menderita psikosis. Meskipun pada dasarnya ibu sayang pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada bayi.
Pihak Bayi :
1.         Bayi kejang. Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan menyusui. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusui. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusui.
2.         Bayi yang sakit berat. Bayi yang penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang memerlukan perawatan intensif tentu tidak mungkin menyusu dan dirawat gabung.
3.         Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus. Selama observasi  rawat gabung tidak dapat dilaksanankan.
4.         Very Low Birth Weight (BBLSR), karena refleks menghisap bayi tersebut belum baik sehingga tidak mungkin menyusu dan dirawat gabung.
5.         Cacat bawaan. Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat ringan seperti labiopalatiskhisis masih memungkinkan untuk menyusui.
6.         Kelainan metabolik dimana bayi tidak dapat menerima ASI.
Asuhan :
1.      Bayi ditempatkan bersama ibunya dalam sebuah ruangan.
2.      Bayi dapat diletakkan ditempat tidur bersama ibunya atau dalam books disamping tempat tidur ibu.
3.      Books bayi bisa juga ditempatkan diatas tempat tidur, disebelah ujung kaki ibu.
4.      Perawat harus memperhatikan KU bayi dan mengenali keadaan abnormal.
5.      Ibu menyusui bayinya sewaktu-waktu sesuai dengan keinginan bayi.
6.      Perawat harus membantu ibu untuk merawat payudara, menyusui, menyendawakan dan merawat bayi secara benar.
4. Perawatan Metode Kanguru (PMK)
BBLR membutuhkan bantuan dan waktu untuk penyesuaian kehidupan di luar rahim. Mereka juga memerlukan bantuan untuk tetap hangat dan mendapatkan ASI yang cukup untuk tumbuh. Satu cara untuk menolong bayi mendapatkan kebutuhan ini adalah menjaga bayi tetap kontak kulit dengan kulit ibunya. Perawatan metode kanguru adalah suatu cara agar BBLR terpenuhi kebutuhan khusus mereka terutama dalam mempertahankan kehangatan suhu tubuh. Untuk melakukan PMK, tentukan bayi memiliki berat lahir <2500 gram, tanpa masalah/komplikasi.
Butir untuk diingat, diperhatikan dan dilaksanakan:
           Perawatan metode kanguru adalah suatu cara perawatan untuk BBLR yang sederhana dan mudah dikerjakan di mana saja dengan mendekap bayi agar kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu.
           Kontak kulit bayi dengan ibu dapat mempertahankan suhu bayi, mencegah bayi kedinginan
           Keuntungan untuk bayi: bayi menjadi hangat, bayi lebih sering menetek, banyak tidur dan tidak rewel, sehingga kenaikan berat badan lebih cepat
           Keuntungan untuk ibu: hubungan kasih sayang lebih erat dan ibu bisa bekerja sambil menggendong bayinya.
Syarat melakukan PMK :
a.       Bayi tidak mengalami Kesulitan Bernapas
b.      Bayi tidak mengalami Kesulitan Minum
c.       Bayi tidak Kejang
d.      Bayi tidak Diare
e.       Ibu dan keluarga bersedia dan tidak sedang sakit

Lakukan PMK untuk menghangatkan bayi bila memenuhi syarat diatas. Metoda kanguru sangat baik dilakukan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan. Metoda ini berguna untuk mempercepat terjadinya kestabilan suhu tubuh dan merangsang bayi baru lahir segera mengisap puting payudara ibu.
Pelaksanaan PMK memiliki 4 komponen :
a)      Posisi
b)      Nutrisi
c)      Dukungan
d)     Pemantauan

1.      Posisi Melakukan Perawatan Metode Kanguru (PMK)

Bayi telanjang dada (hanya memakai popok,topi, kaus tangan, kaus kaki), diletakkan telungkup di dada dengan posisi tegak atau diagonal. Tubuh bayi menempel/kontak langsung dengan ibu. Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk menghindari terhalangnya jalan napas. Kepala menoleh ke samping di bawah dagu ibu (ekstensi ringan). Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi “katak”
Kemudian “fiksasi” dengan selendang

Ibu  mengenakan pakaian/blus longgar sehingga bayi berada dalam 1 pakaian dengan ibu.
Jika perlu, gunakan selimut.

Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa melakukan metoda kanguru
.
Sumber gambar: WHO & UNICEF dan Beck et al, 2004
2.      Nutrisi.
Selama pelaksanaan PMK, BBLR hanya diberikan ASI. Melalui PMK akan mendukung dan mempromosikan pemberian ASI eksklusif, karena ibu menjadi lebih cepat tanggap bila bayi ingin menyusu. Bayi bisa menyusu lebih lama dan lebih sering. Bila bayi dibawa ke fasilitas kesehatan dan bayi tidak mampu menelan ASI dapat dilakukan pemasangan Oro Gastric Tube (OGT) untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
3.      Dukungan.
Keluarga memberikan dukungan pada ibu dan bayi untuk pelaksanaan perawatan metoda kanguru. Di fasilitas kesehatan , pelaksanaan PMK akan dibantu oleh petugas kesehatan.
4.      Pemantauan.
BBLR yang dirawat di fasilitas kesehatan yang dapat dipulangkan lebih cepat (berat < 2000 gram) harus dipantau untuk tumbuh kembangnya. Apabila didapatkan tanda bahaya harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Kunjungi BBLR minimal dua kali dalam minggu pertama, dan selanjutnya sekali dalam setiap minggu sampai berat bayi 2500 gram dengan mempergunakan algoritma MTBM.
Hal- hal yang perlu dipantau selama PMK:
• Pastikan suhu aksila normal (36,5 – 37,5 ° C )
• Pastikan pernapasan normal (30-60 X/menit)
• Pastikan tidak ada tanda bahaya
• Pastikan bayi mendapatkan ASI yang cukup (minimal menyusu tiap 2 jam)
Pastikan pertumbuhan dan perkembangan baik (berat badan akan turun pada minggu pertama antara 10-15%, pertambahan berat badan pada minggu kedua 15g/KgBB/hari).
5.      Inisiasi Menyusui Dini Setelah Bayi Baru Lahir
Hal yang harus di lakukan setelah bayi baru lahir adalah melakukan inisiasi dini , ini adalah suatu prosedur atau langkah awal yang harus di lakukan antara sang ibu dan bayi. Inisiasi  dapat di lakukan setelah bayi lahir dengan cara menempelkan kulit bayi ke kulit sang ibu , (lakukanlah hal ini secepatnya setelah anda melakukan persalinan ).
Ada 5 tahap perilaku bayi sebelum menyusu kepada sang ibu
1.         Bayi istirahat selama 30 menit , dan sesekali melihat sang ibu
2.         Bayi Istirahat selama 30-40 menit dan bayi mengeluarkan suara
3.         Bayi Mengeluarkan air liur
4.         Bayi akan menekan sang ibu dengan kaki nya
5.         Bayi akan menjilat kulit sang ibu dan menemukan punting susu

INISIASI MENYUSUSI DINI (IMD)
Inisiasi menyusui dini dapat mengurangi stress pada bayi dan dapat menyesuaikan suhunya dengan suhu yang di butuhkan bayi . dengan Inisiasi dini – bayi akan lebih tenang dan denyut nadi / jantungnya akan lebih stabil , selain itu dengan melakukan pemberisa ASI atau air susu ibu  saat bayi baru lahir akan mengurangi kemungkinan angka kematian pada bayi (saat bulan bula pertama dalam hidupnya)
Tahukan anda – bahwa inisiasi menyusui dini dapat merangsang produksi AIR SUSU IBU atau ASI, sehingga dapat meningkatkan keberhasilan menyusui / atau pemberian asi kepada sang bayi .
INISIASI MENYUSUI DINI PADA PERSALINAN CASAR
Jika anda melakukan persalinan casar dan melakukan pembiusan secara spinal , anda akan tetap sadar dan sang bayi pun akan lahir tanpa meninggalkan lemak(di dalam tubuh sang ibu). Jika kondisi persalinan yang memungkinkan , bayi di letakan di atas dada sang ibu. lalu biarkan bayi mencari punting susu ibu dengan sendirinya – tanpa memakasa bayi atau meletakan ke punting susu sang ibu
Jika persalinan casar anda di lakukan dengan pembiasan anestesi , sang ayah bias melakukan kontak kulit dengan kulit sang bayi (sambil menunggu sang ibu selesai di operasi). Jika kontak ini di tunda – sang bayi dapat di masukan ke incubator dan melakukan imd saat kondisi bayi dan ibu stabil
INISIASI MENYUSUI DINI PADA PERSALINAN KEMBAR
Jika anda mengalami atau mempunyai bayi kembar , anda dapat melakukan IMD dengan cara meletakan bayi pertama kepada kulit sang ibu (sampai anda memulai proses melahirkan yang ke 2). Setelah bayi ke2 anda lahir (bayi pertama di tengkurepkan di dada sang ayah) dan bayi ke2 di tengkurepkan di dada sang ibu
Alangkah baiknya – bagi anda yang akan melakukan persalinan , harus mengetahui tahap apa saja yang akan anda lakukan setelah anda lahir , salah satunya adalah melakukan inisiasi menyusui dini . semoga artikel ini bermanfaat
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir, mengalami sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus. Hal tersebut berlangsung baik atau tidak. Namun demikian, kenyataan didunia ini amat banyak bayi lahir tidak sehat, mengalami kelainan dan berbagai hal yang tidak diinginkan

B.     Saran
Berikanlah asuhan yang tepat pada bayi baru lahir, karena adaptasi pada bayi memerlukan bantuan lingkungan sekitarnya yang dapat dibantu oleh bidan yang telah memahami asuhan apa yang harus diberikan kepada bayi baru lahir



DAFTAR PUSTAKA

Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC
Marimbi,H.(2010).Biologi Reproduksi.Yogyakarta:Nuha medika.
Dewi,L.Nanny Vivian.(2010).Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan.Jakarta:Salemba Medika.
Wulandari,F.Ayu.(2011).Biologi Reproduksi.Jakarta:Salemba Medika.
Budi Nike Subakti, dkk. Buku Saku Managemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat dan Bidan. Jakarta : EGC, 2007.
FK_UI. Ilmu Kesehatan Anak. 1985
http://www.sumbarsehat.com/2012/08/asuhan-pada-bayi-baru-lahir-selama.html
BUKU SAKU Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Kemkes RI, 2010
http://bidanmu.com/2013/01/inisiasi-menyusui-dini-setelah-bayi-baru-lahir.html

          











DAFTAR PUSTAKA

Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC
Marimbi,H.(2010).Biologi Reproduksi.Yogyakarta:Nuha medika.
Dewi,L.Nanny Vivian.(2010).Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan.Jakarta:Salemba Medika.
Wulandari,F.Ayu.(2011).Biologi Reproduksi.Jakarta:Salemba Medika.
Budi Nike Subakti, dkk. Buku Saku Managemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat dan Bidan. Jakarta : EGC, 2007.
FK_UI. Ilmu Kesehatan Anak. 1985
http://www.sumbarsehat.com/2012/08/asuhan-pada-bayi-baru-lahir-selama.html
BUKU SAKU Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Kemkes RI, 2010
http://bidanmu.com/2013/01/inisiasi-menyusui-dini-setelah-bayi-baru-lahir.html




Konsep Anak Sehat

KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK

PENGERTIAN
Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah/kawin.Batasan ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang dicapai pada umur 21 tahun.Anak merupakan potensi serta penerus cita –cita bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan generasi sebelumnya. Oleh karena itu anak harus mendapat perhatian  yang sempurna dalam memenuhi perkembangan dan pertumbuhan baik fisik maupun mental sejak dini.
TUJUAN:
1.         Menurunkan angka kematian anak
2.         Menurunkan angka kesakitan anak
3.         Menurunkan angka kematian atau kesakitan prasekolah atau remaja.


RUANG LINGKUP
1.         Pediatric klinik, terdiri dari penyakit, pengobatan dan perawatan
2.         Peditric pencegahan : imunisasi
3.         Pediatric sosial
o       Mempelajari dan melaksanakan cara agar anak sehat fisik, psikis dan sosial
o       Kebutuhan anak yang harus dipenuhi sejak konsepsi, supaya mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang baik
o       Lingkungan yang sejahtera dan bahagia ( harmonis
o       Sandang , pangan dan papan
o       Lingkungan tempat tingggal yang baik (Lokasi WTS, judi, mabuk dan preman)

FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK
Filosofi adalah merupakan pandangan atau keyakinan yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak .Keperawatan anak adalah konsisten dengan pengertian keperawatan “ the diagnosis and treatment of human respones to actual or potential health problems( whaley & wong,1995, hal 14).
Tujuannya adalah pencapaian derajat kesehatan bagi anak sebagai suatu bagian dari sistem pelayanan kesehatan  di keluarga. Untuk menekankan pada tujuan tersebut.Pada bagian ini akan diuraikan kunci filosofi keperawatan anak:
1.      Family center care
Filosofi ini memperkenalkan keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan seorang individu yang mendukung, menghargai dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi dalam memberikan asuhan terhadap anak (Johson, 1989).Hal ini menjelaskan bahwa Keluarga merupakan unsur penting dalam merawat anak, mengingat anak adalah bagian dari keluarga.Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak, harus mampu menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperawatan maupun pemberian penyuluhan kesehatan.
Ada 2 konsep dasar pada proses filosofi  family center care, yaitu enabling dan empowering. Enabling  adalahdengan menciptakan kesempatan keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan kompetensinya yang berguna dalam memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
Dukungan (empowering) menjelaskan interaksi profesional dengan keluarga dimana keluarga memerlukan perasaan aman terhadap kehidupan keluarganya dan mendukung perubahan yang positif sebagai dampak dari perilaku saling tolong menolong, memperkokoh kemampuan dan tindakan yang diberikan.
Jadi dalam pemberian asuhan keperawatan anak diperlukan keterlibatan keluarga, mengingat anak selalu membutuhkan orang tua ketika berada dirumah sakit. Keterlibatan keluarga dengan tenaga kesehatan selama anak berada di rumah sakit sangat diperlukan , karena itu menjadi dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga. Perawat dengan memfasilitasi  keluarga  dapat membantu proses penyembuhan anak pada anak yang sakit selama dirumah sakit, sehingga kebutuhan keamanan dan kenyamanan bagi keluarga dan anak diperhatikan. dan berdampak besar bagi program penyembuhan perawatan pada anak.
2.      Atraumatic care
Kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang terapoutik oleh individu melalui pelaksananaan intervensi keperawatan untuk membatasi/ mengurangi pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap anak dan keluarga di tatanan pelayanan kesehatan.
Tujuan utama dari atraumatic care adalah do no harm yang terdiri dari
a.       mencegah/mengurangi anak berpisah dari orang tua
b.      perlindungan
c.       mencegah/mengurangi trauma fisik dan nyeri
3.       Primary Nursing
Primary nursing adalah menjaga /merawat anak selama 24 jam, jika asuhan keperawatan oleh perawat tidak berjalan. Primary nursing secara umum mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dan menjadikan asuhan yang konsisten terhadap anak serta berfokus pada unit keluarga sebagai bagian komponen integral pada perencanaan dan pelaksanaan.
4.      Case management
Merupakan sistem pemberian  asuhan yang seimbang antara biaya dan kualitas dengan memperhatikan pembiayaan yang berlebihan. Kemampuan perawat dalam memgelola kasus dengan baik tentu berdampak pada proses penyembuhan pada anak.
PRINSIP PRINSIP KEPERAWATAN ANAK
Beberapa prinsip dasar keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak
1.      anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik
2.      anak sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai tahap perkembangan.
3.      Pelayanan keperawatan anak beroriantasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anakl sakit.
4.      keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan askep pada anak
5.      praktek keperawatan aanak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
6.      tujuan keparawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam  kontek keluarga dan masyarakat.
7.      pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang.

KOMPONEN KEPERAWATAN ANAK
Komponen keperawatan anak meliputi:
1.      Asuhan keperawatan
2.      Anak
3.      Perawat
4.      Keluarga

Perawatan bukan pada anak sakit saja, tetapi secara komprehensif yang bisa memenuhi kebutuhan anak malalui keluarganya, sehingga perlu kerja sama yang harmonis antara perawat dan keluarga.
PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN ANAK
Dalam melaksanakan  asuhan keperawatan anak , perawat mempunyai peran dan fungsi sebagai perawat anak diantaranya:
1.      Pemberi perawatan
      Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih dan asuh
2.      Sebagai advokat keluarga
            Sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien
3.      Pencegahan penyakit
            Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan keperawatan sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan perawat harus selalu memgutamakan tindakan pencegahan terhadap timbulnya masalah baru sebagai dampak dari timbulnya penyakit.
4.      Pendidikan
            Perawat harus mampu berperan sebagai pendidik untuk memyampaikan pesan atau mengubah perilaku pada anak dan keluarga malalui pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan.
5.      Konseling
            Upaya perawat dalam memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami oleh klien dan keluarga. Konseling ini bis memberikan kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
6.      Kolaborasi
            Merupakan tindakan kerjasama dalam menentukan tindakan yang akan dilaksanakan oleh perawat dengan team kesehatan lain
7.      Pengambil keputusan etik
            Dalam memgambil keputusan, perawat mempunyai peran sangat penting karena selalu berhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam.
8.      Peneliti
Sebagai peneliti harus melakukan kajian –kajian keperawatan anak, yang dapat dikembangkan untuk perkembangan teknologi keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan nak.

PERSPEKTIF PERAWATAN ANAK
PROGRAM DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEHATAN ANAK.
Tujuan pembangunan nasional dibidang kesehatan terutama ditujukan untuk:
1.      Penurunan angka kematian bayi dan perinatal
2.      Penurunan angka kematian balita
3.      Penurunan angak kesakitan anak usia sekolah dan remaja
4.      Peningkatan derajat kesehatananak secara keseluruhan yang akan menjamin proses tumbuh kembang anak secara optimal menuju generasi muda yang sehat sebagai sumber daya pembangunan.
a.         Upaya pembinaan kesehatan anak mencakup pemenuhan kebutuhan primer sejak didalam kandungan sampai remaja dengan mengkaji tumbuh kembang anak, pemberian makanan bergizi pada anak, penyuluhan kesehatan keluarga, asuhan keparawatan mulai dari bayi sampai remaja
b.         Untuk mencapai hal tersebut diatas perlu adanya peningkatan kemampuan tenaga kesehatan khususnya bidang yang berkwalitas dan merata ditanah air. Bidan mempunyai peranan dan tanggung jawab yang besar  dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Untuk itu sejak dini siswa bidan harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Hal ini dimulai dari para pendidik kesehatan yang cukup ditunjang dengan kepustakaan yang memadahi.
c.         Perlu diyakini bahwa tim perawatan mampu mengembangkan dan mengkoordinasikan pola perawatan anak yang dapat mengisi kebutuhan hubungan keluarga dan anak, sehingga perawat akan sadar tentang pola hubungan keluarga dan anak, tanggap apabila keluarga membutuhkan dukungan moral. Berdasarkan hal tersebut, maka perawat profesional dapat menyediakan bantuan inter disiplin dalam rangka perawatan anak terpadu dan menyeluruh serta berusaha menyediakan sumber daya yang tersedia dalam pelayanan kesehatan dan masyarakat untuk memungkinkan peningkatan pelayanan perawatan anak yang bermutu.
d.         Pelayanan perawatan dapat tersedia melalui tim perawatan yang terpadu dimana tiap anggota tim perlu diberi kesempatan meningkatkan pengetahuan dan kaeterampilannya dalam, bidang perawatan anak. Anggota tim harus bertanggung jawab untuk memeastikan terlaksananya asuhan keperawatan anak yang perpusat pada keluarga.

ISSUE DAN KECENDURUNGAN DALAM KEPERAWATAN ANAK
Masalah kesehatan anak ditiap negara berbeda karena perbedaan lingkungan yang mempengaruhinya.Namun dalam garis besarnya, masalah tersebut diseluruh dunia dapat dikelompokkan menjadi dua katagori, yaitu masalah kesehatran anak yang terdapat dinegara maju dan masalah kesehatan anak dinegara sedang berkembang.
Bila ditinjau dari indikator kesehatan, maka masalah utama kesehatan anak di Indonesia adalah masih tingginya morbiditas dan mortalitas pada golongan bayi dan balita.Penyebab utamanya adalah lingkungan yang kurang menunjang, mutu pelayanan kesehatan ayang rendah dan keadaan sosial/ekonomi/budaya masyarakat yang kurang memadahi.Sebagian besar penyebabnya bukan bidang kedokteran, tetapi merupakan bidang kesehatan masyarakat.
Untuk mengevaluasi pengaruh penyakit terhadap kesehatan masyarakat dan keberhasilan upaya kesehatan, diperlukan sejumlah parameter atau indikator kesehatan. Diantara indikator dasar yang berkaitan erat dengan kesehatan anak adalah AKB (Angka Kematian Bayi), GNP (Gross National Product) perkapita, umur harapan hidup, tingkat pendidikan teruatama perempuan.
Untuk  mengatasi masalah kesehatan masyarakat, termasuk masalah kesehatan anak pada tahun 1982 oleh pemerintan telah disusun tatanan atau program menyeluruh khusus untuk bidang  kesehatan yang dikenal sebagai Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Tujuan dan sasaran SKN :
1.       Peningkatan kemampuan masyarakat yaitu menolong diri sendiri dalam menghadapi masalah kesehatan yang dijimpai sehari-hari.
2.       Peningkatan mutu lingkungan hidup .
3.       Peningkatan status gizi masyarakat.
4.       Pengurangan kejadian Morbiditas dan Mortalitas.
5.       Pengembangan keluarga sejahtera.

Kedalam SKN ini telah dimasukkan dasar pelayanan kesehatan primer (Primary heald care) yang dicanangkan di Alma Ata tahun 1978 dan telah disepakati oleh seluruh anggota WHO.
Delapan unsur pokok bidang kesehatan primer:
1.      Penyuluhan kesehatan.
2.      Gizi
3.      sanitasi dasar dan air bersih.
4.      KIA dan KB.
5.      Imunisasi terhadap enam penyakit utama.
6.      Pencegahan dan  pengelolaan penyakit endemik.
7.      Pengobatan penyakit yang umum dijumpai.
8.      Tersedianya obat yang esensial.

https://books.google.com/books?id=-IEgphlP8E8C&pg=PA10&lpg=PA10&dq=konsep+anak&source=bl&ots=Vg2QLni5Tt&sig=C-6pxtL9YnI1-QAm5sF9gL25AGs&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj1g9fru4bLAhUJ2GMKHZsLBEkQ6AEIODAD#v=onepage&q=konsep%20anak&f=false



MAKALAH KEPERAWATAN ANAK “ASKEP MENINGITIS PADA ANAK”
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
“ASKEP MENINGITIS PADA ANAK”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak





AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN AJARAN 2015/2016




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmad dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan segala keterbatasan.

Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Anak, yang merupakan salah satu mata kuliah dalam Program Akper Muhammadiyah Cirebon. Dan juga dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam proses belajar Anak di kelas.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akan tetapi, dalam makalah ini terdapat kekurangan untuk itu dengan sangat kami senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, kami berharap para pembaca dapat memanfaatkan makalah ini, baik bagi kepentingan-kepentingan praktis di dalam kelas maupun untuk pengembangan ilmu pengetahuan.













DAFTAR ISI
Kata Pengatar...................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................
BAB I Pendahuluan.........................................................................................
1.1  Latar Belakang...........................................................................................
1.2  Tujuan Penulisan.........................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum..........................................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus.........................................................................................
1.3  Sistematika Penulisan.................................................................................

BAB II Tinjauan Teori.....................................................................................
2.1 Definisi.......................................................................................................
2.2 Klasifikasi...................................................................................................
2.3 Etiologi.......................................................................................................
2.4 Patofisiologi................................................................................................
2.5 Manisfestasi Klinis.....................................................................................
2.6 Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................
2.7 Komplikasi..................................................................................................
BAB III Asuhan Keperawatan Meningitis Pada Anak....................................
3.1 Pengkajian..................................................................................................
3. 2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................
3.3 Intervensi....................................................................................................
3.4 Evaluasi......................................................................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
4.1 Kesimpulan.................................................................................................
4.2 Saran...........................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
     Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Salah satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab infeksi susunan saraf pusat adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain. Meningitis merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian berkisar antara 18-40% dan angka kecacatan 30-50%.
     Bakteri penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian penyakit yang bervariasi. Di Indonesia, dilaporkan bahwa Haemophilus influenzae tipe B ditemukan pada 33% diantara kasus meningitis.
Pada penelitian lanjutan, didapatkan 38% penyebab meningitis pada anak kurang dari 5 tahun. Di Australia pada tahun 1995 meningitis yang disebabkan Neisseria meningitidis 2,1 kasus per 100.000 populasi, dengan puncaknya pada usia 0 – 4 tahun dan 15 – 19 tahun . Sedangkan kasus meningitis yang disebabkan Steptococcus pneumoniae angka kejadian pertahun 10 – 100 per 100.000 populasi pada anak kurang dari 2 tahun dan diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh kelompok usia, dengan angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental 17%, kejang 14% dan gangguan pendengaran 28%.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tenteng asuhan keperawatan meningitis
1.2.2  Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan Memahami tentang pengertian dari meningitis
2. Mengetahui dan Memahami tentang etiologi dari meningitis
3. Mengetahui dan Memahami tentang patofisiologi/pathway dari meningitis
4. Mengetahui dan Memahami tentang manifestasi klinis dari meningitis
5. Mengetahui dan Memahami tentang pemerikaan diagnosa dari meningitis
6. Mengetahui dan Memahami tentang penatalaksanaan medis dari meningitis
7. Mengetahui Memahami tentang pengkajian keperawatan meningitis
8. Mengetahui dan Memahami tentang diagnosa keperawatan yang muncul pada anak   dengan meningitis
9. Mengetahui dan Memahami tentang perencanaan keperawatan meningitis
         10. Mengetahui dan Memahami tentang evaluasi keperawatan meningitis
1.3 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis membagi maklah ini dalam 4 BAB yang terdiri dari:
BAB I Pendahuluan terdiri dari: Latar belakang, Tujuan penulisan, Sistematika penulisan
   BABII Tinjaun Teori terdiri dari: Definisi , Klasifikasi , Etiologi , Patofisiologi, Manisfestasi klinis, Pemeriksaan diagnostik , Komplikasi,
   BAB IV Asuhan Keperawatan Meningitis Pada Anak : Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Intervensi, Evaluasi
BAB III Penutup : Kesimpulan dan Saran
Daftar pustaka







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sehat – Sakit
2.1.1 Definisi Sehat
1.         Pada tahun 1930, American Nurses Association (ANA) dalam pernyataan kebijakan sosialnya mendefinisikan sehat sebagai “keadaan dinamik ketika potensi perkembangan dan perilaku individu terpenuhi hingga seoptimal mungkin” (FUNDAMENTAL KEPERAWATAN Konsep Proses dan praktik edisi 7 volume 1 dari kozier).
2.         Defini sehat adalah ”kondisi yang normal dan alami, karenanya segala sesuatu yang tidak normal alami karenya segala sesuatu yang tidak normal dan bertentangan dengan alam dianggap sebagai kondisi tidak sehat yang harus dilegal.” Konsep Dasar Keperawatan Asmadi
3.         Definisi sehat menurut Perkins (1939) adalah ”suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan beberapa factor yang berusaha mempengaruhinya.”
4.         Definisi sehat menurut WHO (1974) adalah “sehat adalah suatu keadaan yang semprna dari aspek fisik, mental, social dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.” (FUNDAMENTAL OF NURSING volume 1 edisi 4 dari Potter dan Perry).
5.         Menurut neuman (1990) adalah “ sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal, dengan energy yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total”
         Definisi sakit :
1.         Menurut Larson Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah system biologis dan kondisi penyesuaian
2.         Menurut bauman ada kriteria keadaan sakit, yaitu adanya gejala, persepsi tentang keadan sakit yang di rasakan, dan kemampuan beraktifitas sehat yang menurun.
3.         Menurut batasan medis sakit adalah mengemukakan 2 bukti adanya sakit yaitu Tanda dan Gejala.
4.         Menurut Perkins sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani maupun sosial.
5.         Menutut perry dan potter sakit adalah suatu keadaan di mana fungsi fisik, emosional,intelektual, social, perkembangan atau spiritual seseorang berkurang atau terganggu bila dibandingkan kondisi sebelumnya. (Potter dan perry, 2010 Fundamental keperawatan edisi 4 jakarta ; EGC)
         Model Sehat – Sakit
Model kontinum sehat sakit atau rentang sehat sakit. Neuman (1990) “sehat dalam suatu rentang adalah tingkat sejahtera klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dari kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian, yang menandakan habisnya energi total”
Menurut model kontinum sehat sakit, sehat adalah sebuah keadaaan yang dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan dan spiritual yang sehat.
Sakit adalah sebuah proses dimana fungsi individu mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.
Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif, yang mempunyai beberapa tingkat maka akan lebih akurat bila ditentukan dengan titik tertentu pada skala kontinum sehat sakit.
1.         Model kesejahteraan tingkat tinggi
Model kesejahteraan tingkat tinggi berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat sakit pada setiap individu untuk mampu mempertahankan rentang keseimbangan dan arah yang memiliki tujuan tertentu dalam lingkungan.
Model ini mencakup kemajuan tingkat fungsi kearah yang lebih tinggi, yang menjadi suatu tantangan yang luas dimana individu mampu hidup dengan potensi yang paling maksimal, merupakan suatu proses yang dinamis, bukan sutu keadaan yang statis dan pasif.
2.         Model agen-penjamu-lingkungan
Menurut pendekatan ini, tingkat sehat sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan yang dinamis antara ketiga variabel agent, penjamu dan lingkungan.
Agent : faktor internal atau eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Contoh : seorang terkena penyakit typoid dimana agen adalah bakteri.
Pejamu : seseorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit atau sakit tertentu. Contoh : riwayat keluarga, usia, gaya hidup.
Lingkungan : seluruh faktor yang ada diluar pejamu. Lingkungan fisik antara lain tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal.
Lingkungan sosial terdiri dari interaksi seseorang dengan orang lain, termasuk strees, konflik dengan orang lain, kesulitan ekonomi, krisis hidup, kematian pasangan.
3.         Model keyakinan kesehatan
Menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkannya.
Komponen pertama adalah presepsi individu tentang kerentangan dirinya terhadap suatu penyakit . Komponen kedua adalah presepsi individu terhadap keseriusan penyakit tertentu dipengaruhi oleh variabel demaografi dan sosiofisikologis, peresaan terancam oleh penyakit dan tanda-tanda untuk bertindak. Komponen ketiga dimana seseorang akan menagmbil tidakan preventif, misal mengubah gaya hidup .
4.         Model peningkatan kesejahteraan
Peningkatan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesehatan klien “(Pender 1993, 1996). Model tersebut mengidentifikasi beberapa faktor (demografi dan sosial) yang dapat meningkatkan atau menurunkan partisipasi untuk meningkatkan kesehatan. Model tersebut juga mengatur berbagai tanda kedalam sebuah kedalam sebuah pola untuk menjelaskan kemungkinan munculnya partisipasi klien dalam perilaku peningkatan kesehatan. (Pender 1993,1996).
2.3 Faktor yang mempengaruhi sehat, Tindakan Kesehatan
1.         Keturunan
Keturunan secara sederhana, penyakit manusia dapat dibagi kedalam beberapa kategori salah satunya adalah penyakit yang di sebabkan oleh faktor Gen.
2.         Layanan kesehatan
Layanan kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan individu dan masyarakat. Beberapa aspek layanan kesehatan yang dapat mempengaruhi status kesehatan sebagai berikut:
1.         Tempat layanan kesehatan
Jika letak layanan kesehatan jauh dari pemukiman penduduk masyarakat akan sulit menjangkaunya terlebih lagi jika saran transportasi tidak memadai kondisi ini menghambat upaya pertolongan segera tentunya untuk seseorang yang menderita sakit.
1.         Kualitas petugas kesehatan
Jika petugas kesehatan tidak memiliki kompetensi yang berkualitas, samgat berpengaruh terhasdap status kesehatan individu atau masyarakat.
1.         Biaya kesehatan
Tingginya biaya pengobatan tidak semua orang mampu memanfaatkan layanan kesehatan.
1.         Sistem layanan kesehatan
Sistem layanan kesehatan sangat berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup lansia (pemeliharaan dan peningkatan kesehatan).
3.         Lingkungan
Lingkungan memberi pengaruh besar terhadap status kesehatan pada individu.
4.         Perilaku
Perilaku merupakan factor berikutnya yang mempengaruhi status kesehatan. Sehat atau sakitnya individu, keluarga, atau masyarakat dipengaruhi oleh perilakunya
         Sakit dan Perilaku Sakit
Berikut ini adalah contoh beberapa perilaku sakit:
1.         Tidak memegang tanggung jawab selama sakit. Orang yang sakit biasanya dibebaskan dari tanggung jawab yang di embannya sewaktu sakit. Jika yang sakit adalah ibu, tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga akan dialihkan keayah, misalnya mengurus anak-anak. Dengan kata lain ibu dibebaskan dari tanggung jawabnya mengurus rumah tangga selama ia sakit. Begitu pula dalam kasus hukum. Jika si terdakwa sakit, pemeriksaan atau persidangan yang dilakukan atas dirinya akan ditunda sampai ia sehat kembali. Sayangnya, perilaku sakit ini sering kali dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sebagai contoh, banyak koruptor yang berhasil melarikan diri dengan bermodalkan surat keterangan sakit guna berobat keluar negeri.
2.         Bebas dari tugas dana peran social. Dalam hubungan social, seseorang yang didiagnosis menderita penyakit akan dibebaskan dari segala tugas dan perannya dimasyarakat. Sebagai contoh, jika ketua RT sakit, tugas dan perannya sebagai ketua RT akan dilimpahkan kepada wakilnya.
3.         Berupaya mencapai kondisi sehat secepat mungkin. Seseorang yang merasa tubuhnya tidak sehat, secara naluriah akan berusaha mencari cara untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Beberapa cara yang mungkin ditempuh adalah pergi kedokter, puskesmas, rumah sakit, bahkan datang ke paranormal. Pilihan cara ini bergantung pada pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki terkait penyembuhan. Tetapi satu hal yang pasti, individu akan berusaha sesegera mungkin kembali sehat.
4.         Bersama keluarga mencari bantuan dengan segera. Selain individu, keluarga juga berusaha mencari bantuan guna kesembuhannya. Jika salah satu anggota keluarga ada yang sakit, hal ini akn berpengaruh terhadap seluruh anggota keluarga.
         Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
2.5.1 Faktor Intenal
       Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami. Klien akan segera mencari pertiolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: tukang kayu yang menderita sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehudupanya maka ia akan segara mencari bantuan. Akan tetapi persepsi sepeti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
2.5.2 Faktor eksternal
1.         Gejala uang dapat dilihat
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi citra tubuh dan perilaku sakit. Misal: orang yang mengalami bibir pecah-pecah mungkin akan lebih cepa tmencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
1.         Kelompok sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru menyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: ada dua orang wanita, sebut saja nyonya A dan nyonya B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada payudaranya saat melakukan sadari. Kemudia mereka mendiskusikannya dengan temannya masing-masing. Teman nyonya A mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu di operasi atau tidak, sedangkan teman nyonya B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksa ke dokter.
1.         Latar belakang budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan seseorang bagaimana menjadi sehat, mengenal sakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahanmi lartar belakang budaya yang dimiliki klien.
1.         Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akn lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yng ia rasakan, sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa adda gangguan pada kesehatannya.
1.         Kemudahan akses terhadap sistem pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan rumah sakit, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan. Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dn mereka lebih suka untuk mengunjungi puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur rumit.
1.         Dukungan sosial
Dukungan sosial disini meliputi meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, pelatihan (erobik, senam poco-poco dll). Juga menyediakan fasilitas olah raga juga seperti kolam renang, lapangan bola, basket, lapangan sepak bola dan dll.
         Tahapan Perilaku Sakit
2.6.1 Tahap 1 kemunculan gejala
Pada tahap sahat ini individu berasa ada yang tidak beres. Orang terdekat menegaskan dengan mengatakan individu tersebut terlihat tidak sehat, atau individu merasakan beberapa gejala seperti nyeri, ruam, demam, atau pendarahan.ada 3 aspek pada tahap 1
-Kemunculan gejala fisik
-aspek Kognitif (penafsiran gejala, apakah gejala bermakna bagi orang tersebut)
– respons emosi misalnya ketakutan atau ansietas
Pada tahap ini, orang yangf sakit biasanya berkonspitasi dengan orang lain tentang gejala yang dirasakannya untuk memastikan bahwa gejala itu memang nyata dan harus mencoba pengobatan yang efektif.
         Asumsi peran sakit
Pada tahap ini kondisi sakitnya menjadi sebuah fenomena dan orang yang sakit akan mencari konspirmasi dari keluarga dan kelompok sosialnya bahwa mereka harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
Asumsi terhadap peran sakit dapat menyebabkan emosional, seperti menarik diri atau depresi dari perubahn fisik .
         Kontak dengan pelayanan kesehatan
Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli. Selain itu klien juga akan mencari penjelasan tentang gejala yang ada. Jika klien menerima diagnose tersebut, maka mereka mungkin melakukan kunjungan ketempat pelayanan kesehatan. Pada keadaan itu, klien akan berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan sampai mereka menumukan diagnosa seperti apa yang di inginkan oleh klien.
         Peran klien Dependen
Pada tahap ini klien tergantung pada pemberi kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada. Klien menerima perawatan, simpati atau perlindungan dari berbagai tuntuta dan stress hidupnya. Seorang klien dapat melakukan peran dependennya di dalam institusi pelayanan kesehatan, di rumah, atau pun di tempat pelayanan masyarakat.
         Pemulihan dan rehabilitas
Tahap akhir dari perilaku sakit yantu penyembuhan dan rehabilitas dapat terjdi secara tiba-tiba, misalnya saat terjadi penurunan demam. Jika penyembuhan tidak dilakukan denga tepat, maka perawatan jangka panjang mungkin perlu di berikan sebelum klien mampu mencapai tingkat fungsi yang optimal. (contoh fraktur) .

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MENINGITIS

A.        Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

B.        Etiologi
1.         Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2.         Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3.         Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4.         Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
5.         Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6.         Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan


C.        Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1.         Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2.         Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

C.        Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

D.        Manifestasi klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1.         Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2.         Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3.         Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a)         Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b)         Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c)         Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4.         Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5.         Kejang akibat area  fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6.         Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7.         Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

E.         Pemeriksaan Diagnostik
1.         Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a)         Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b)         Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2.         Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3.         LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4.         Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5.         Elektrolit darah : Abnormal .
6.         ESR/LED :  meningkat pada meningitis
7.         Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8.         MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9.         Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

F.         Komplikasi
1.         Hidrosefalus obstruktif
2.         MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3.         Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4.         SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5.         Efusi subdural
6.         Kejang
7.         Edema dan herniasi serebral
8.         Cerebral palsy
9.         Gangguan mental
10.       Gangguan belajar
11.       Attention deficit disorder
.
G.        Asuhan Keperawatan
1.         Pengkajian
a)         Biodata klien
b)         Riwayat kesehatan yang lalu
(1)        Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
(2)        Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
(3)        Pernahkah operasi daerah kepala ?
c)         Riwayat kesehatan sekarang
(1)        Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
(2)        Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
(3)        Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
(4)        Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
(5)        Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.


(6)        Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
(7)        Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah,  menangis.
(8)        Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

2.         Diagnosa keperawatan
a)         Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen
b)         Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
c)         Risisko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo.
d)         Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
e)         Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan
f)         Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.



3.         Intervensi keperawatan
a)         Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen.
Mandiri
         Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
         Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
         Pantau suhu secara teratur
         Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus menerus
         Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nfas dalam
         Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau )
Kolaborasi
         Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.

b)         Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
Mandiri
         Tirah baring dengan posisi kepala datar.
         Pantau status neurologis.
         Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
         Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran.
         Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
Kolaborasi.
         Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
         Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
         Pantau BGA.
         Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen

c)         Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum vertigo.
Mandiri
         Pantau adanya kejang
         Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan
         Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.

d)         Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
Mandiri.
         Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.
         Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
         Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
         Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
Kolaborasi
         Berikan anal getik, asetaminofen,  codein

e)         Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
         Kaji derajat imobilisasi pasien.
         Bantu latihan rentang gerak.
         Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
         Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udsra atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
         Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.



f)         Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis
         Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan proses pikir.
         Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.
         Observasi respons perilaku.
         Hilangkan suara bising yang berlebihan.
         Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
         Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
         Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.

g)         Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
         Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
         Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.
         Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
         Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.
H.        Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1.         Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
2.         Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3.         Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4.         Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5.         Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6.         Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7.         Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.
DAFTAR PUSTAKA


1.         Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

2.         Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

3.         Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

4.         Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.

5.         Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994.

6.         Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 1996.







No comments:

Post a Comment