Thursday 21 March 2019

MAKALAH MIOMA UTERI

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah kedokterannya. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. (Dokterku online, 19 Maret 2012, Novie Hediyani, diakses tanggal 27 Agustus 2012)
Berdasarkan penelitian World health organisation (WHO) penyebab angka kematian ibu karna mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 (1,95 %)  kasus dan tahun 2011 sebanyak 21 (2,04 %) kasus. (Penelitian who, 2010 diakses tanggal 13 Juli 2012)
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.
Penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa teori menyebutkan pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause (mengecil pada pascamenopause) Sering kali mioma uteri membesar ke arah rongga rahim dan tumbuh keluar dari mulut rahim. Ini yang sering disebut sebagai Myoma Geburt (Geburt berasal dari bahasa German yang berarti lahir). Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, pada perabaan memiliki konsistensi kenyal, berbentuk bulat dan permukaan berbenjol-benjol seperti layaknya tumor perut. Beratnya bervariasi, mulai dari beberapa gram saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.
Mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi rutin.Diagnosis mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus. Sedangkan untuk pemeriksaan untuk mengetahui adanya mioma dapat dilakukan Ultrasonografi, Histeroskopi dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.

B.       Tujuan Penulisan
Tujuan Khusus
a)      Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian mioma uteri
b)      Mahasiswa mengetahui dan memahami penyebab dari mioma uteri
c)      Mahasiswa mengetahui dan memahami klasifikasi mioma uteri
d)     Mahasiswa mengetahui dan memahami pencegahan dan deteksi dini terhadap mioma uteri
e)      Mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana cara mengobati mioma uteri

C.      Manfaat Penulisan
a)    Mahasiswa mampu memahami pengertian, penyebab dan klasifikasi mioma uteri
b)   Mahasiswa mampu megetahui dan memahami pencegahan, deteksi dini, serta cara mengobati mioma uteri

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian
a)         Mioma uteri  adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah kedokterannya. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. (Dokterku online, 19 Maret 2012, Novie Hediyani, diakses tanggal 27 Agustus 2012)
b)        Mioma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalis. Mioma terdiri atas serabut – serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yang tipis. (LieweIIyn.j. 2002 Hal 263)
c)         Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, ataupun   fibroid. (Winkjosastro.H 2009, Hal 338)
d)        Mioma Uteri adalah tumor jinak pada otot rahim, disertai jaringan ikat sehingga dapat dalam bentuk padat, karena jaringan ikat dan otot rahimnya yang dominan (Manuaba I.B.G 2010 Hal 556).

B.       Etiologi
Penyebab pasti dari mioma pada rahim masih belum diketahui secara jelas. Namun beberapa penelitian mengatakan bahwa mioma muncul dari satu sel ganas yang berada diantara otot polos dalam rahim. Selain itu adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma. Pertumbuhan dari mioma uteri di duga berkaitan dengan hormon estrogen. Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran estrogen maksimal dan dapat bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dimana saat itu kadar estrogennya sangat tinggi. Tidak didapatkan bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma namun diketahui bahwa estrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan mioma. (Artikel kesehatan, Zidane 6 april 2012  diakses tanggal 27 Agustus 2012).
Sering kali mioma uteri membesar ke arah rongga rahim dan tumbuh keluar dari mulut rahim. Ini yang sering disebut sebagai Myoma Geburt (Geburt berasal dari bahasa German yang berarti lahir). Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, pada perabaan memiliki konsistensi kenyal, berbentuk bulat dan permukaan berbenjol-benjol seperti layaknya tumor perut. Beratnya bervariasi, mulai dari beberapa gram saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.

C.      Faktor Predisposisi Mioma Uteri
a.       Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi dimana saat itu kadar estrogen sangat tinggi. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun. Dan mengalami pengecilan pada saat menopause.
b.      Paritas
lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
c.       Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi.Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.



d.      Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

D.      Patologi Anatomi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1 – 3 %, sisanya dari korpus uterus.
Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai:
  1. Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
  2. Mioma intramural : Mioma terdapat di dinding uterus, diantara serabut miometrium.
  3. Mioma subserosum : Apabila tumbuh keluar  dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip.

E.       Patofisiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan 12q13-15.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1.            Estrogen
a.       Mioma uteri dijumpai setelah menarke.
b.      Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen.
c.       Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium.
d.      Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).
e.       Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
f.       17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2.            Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3.            Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.

F.       Perubahan Pada Mioma Uteri
Perubahan sekunder. (Manuaba I.B.G, 2010 Hal.601)
a.       Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
b.      Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada usia lanjut tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.
c.       Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruang-ruang yang tidak teratur, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.
d.      Degenerasi membatu
Terutama terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
e.       Degenerasi merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai dengan emesis, sedikit demam, kesakitan tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
f.       Degenerasi lemak
Jarang terjadi merupakan degenerasi hialin.

G.      Klasifikasi Mioma Uteri
Klasifikasi mioma uteri dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena :
a)        Lokasi   
1)        Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
2)        Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktusurinarius.
3)        Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
b)        Lapisan
Mioma Uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1)      Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri  hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Mioma ini dapat menyebabkan torsi jika pertumbuhannya semakin membesar.
2)      Mioma Uteri Intramural
Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol sehingga bentuk uterus bertambah besar dan berubah. Tidak memberikan dejala klinis yang berarti, kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
3)      Mioma Uteri Submukosa
Terletak dibawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.

H.      Gejala klinik mioma uteri
Sebagian penyakit ini ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul rutin. Gejala yang timbul tergantung pada lokasi dan besarnya tumor, yang paling sering ditemukan adalah :
  1. Perdarahan abnormal
1.      Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi, karena meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
2.      Gangguan kontraksi otot rahim
3.      Perdarahan berkepanjangan. Akibat pendarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
  1. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi  :
i.           Terasa berat di abdomen bagian bawah
ii.         Sukar miksi atau defekasi
iii.       Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf.

  1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi :
i.           Kehamilan dapat mengalami keguguran
ii.         Persalinan prematuritas
iii.       Gangguan saat persalinan
iv.       Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas

I.         Pencegahan
a.       Pada pemeriksaan fisik
mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi rutin. Diagnosis mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.
b.      Pemeriksaan penunjang
1.      Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama lebih bermanfaat untuk mendeteksi kelainain pada rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat menampilkan gambaran secara khas yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Sehingga sangatlah tepat untuk digunnakan dalam monitoring (pemantauan) perkembangan mioma uteri.
2.      Histeroskopi Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk penegakkan diagnosis dan sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.
3.      MRI (Magnetic Resonance Imaging)  Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada wanita berusia lebih dari 35 tahun yaitu sekitar 20 hingga 30 persen Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Karenanya sangat penting untuk melakukan deteksi pribadi secara dini untuk menghindari dan mencegah timbulnya penyakit ini, kalaupun penyebabnya genetik pada keluarga paling tidak dapat di deteksi secara dini sebelum penyakit ini bertambah hebat dan menyebabkan komplikasi yang serius bagi organ organ disekelilingnya yakni dengan melakukan pemeriksaan ginekologis rutin dan USG, sedangkan Histeroskopi dan MRI merupakan pilihan lain untuk hasil lebih akurat, namun dengan USG saja sudah bisa dideteksi Mioma yang berkembang pada rahim seseorang.

B.       Saran
1.      Apabila seorang wanita mengalami perdarahan diluar siklus menstruasi dan mengalami nyeri abdomen bagian bawah, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.Penegakan diagnosa untuk mioma uteri ditunjang dengan pemeriksaan USG. Pengkajian data juga harus dilakukan lebih dalam dimana petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga agar ditemukan data yang akurat, baik itu data subjektif maupun objektif, karena dalam menentukan diagnosa sangatlah penting untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2.      Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan, diharapkan senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (http://www.scribd.com/online/Makalah-Mioma-Uteri, tanggal 27 Agustus 2012

Fakhruddin, E,(http://www.emirfakhruddin.com/2010/02/mioma-uteri.html) diakses tanggal 30 Agustus 2012

Hediyani,N(http://referensiartikelkedokteran.blogspot.com/2011/05  /mioma-uteri.diakses  tanggal 27 Agustus 2012)

LieweIIyn.j  2002. Dasar-dasar Obsestri dan Ginekologi.Yayasan joko suyono. Edisi VI.Jakarta

Manuaba, I.B.G 2010, ilmu Kebidanan penyakit Kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan, penerbit buku Kedokteran EGC. Edisi II jakarta

Manuaba, IBG 2001. Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Penerbit buku kedokteran  EGC Jakarta

Simatupang, E.J, 2006. Penerapan unsur – unsur manajemen dalam praktek kebidanan. Awan indah. Jakarta

Winkjosastro.H  2009.ilmu Kebidanan .Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Edisi IV. Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul MIOMA UTERI. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua  atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.



Banda Aceh,   Mei 2017

Penulis

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.    Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
C.    Manfaat Penulisan........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.    Pengertian............................................................................................. ....... 3
B.    Etiologi......................................................................................................... 3
C.    Faktor Predisposisi Mioma Uteri ................................................................. 4
D.    Patologi Anatomi......................................................................................... 5
E.     Patofisiologi................................................................................................. 5
F.     Perubahan Pada Mioma Uteri...................................................................... 6
G.    Klasifikasi Mioma Uteri .............................................................................. 7
H.    Gejala klinik mioma uteri............................................................................. 8
I.       Pencegahan................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP............................................................................................. 11
A.    Kesimpulan................................................................................................. 11
B.    Saran........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12


No comments:

Post a Comment