Saturday 10 December 2022

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.. i

DAFTAR ISI. ii

BAB I PENDAHULUAN.. 1

A.  Latar Belakang. 1

B.   Rumusan masalah. 2

C.   Tujuan. 2

D.  Manfaat 2

BAB II PEMBAHASAN.. 3

A. Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia. 3

B. Kebutuhan Oksigenasi 3

C. Kebutuhan Nutrisi 6

D. Kebutuhan Eliminasi 12

E. Kebutuhan Aktivitas. 16

G. Kebutuhan Keseimbangan Tubuh. 23

H. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit 24

BAB III PENUTUP. 29

A. Kesimpulan. 29

DAFTAR PUSTAKA.. 30

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki. Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997).

Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan.Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar daripada kebutuhan lainnya.Oleh karana itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya.

Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia tersebut dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia kesehatan.walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.

Adapun kebutuhan adalah sesuatu yang harus tercukupi bagi makhluk hidup untuk melangsungkan hidupnya sebagai tujuan untuk bertahan hidup. Kebutuhan manusia wajib di penuhi. Namun tak selamanya yang kita inginkan itu adalah kebutuhan namun hanya berupa nafsu dan keegoisan diri kita dan hanya sebagai kepuasan diri kita atas apa yang kita dapatkan dan kita peroleh. Kebutuhan bukan hanya orang-orang yang sedang dalam keadaan normal. Namun, kebutuhan juga ada pada orang yang sedang sakit serta pemenuhan kebutuhan pada orang sakit berbeda dengan pemenuhan kebutuhan pada orang yang tidak dalam keadaan sakit (sehat).

B.     Rumusan masalah

1.      Apa pengertian KDM ?

2.      Apakah hal hal yang mendasari pemahaman tentang KDM ?

3.      Apa saja model-model KDM ?

4.      Faktor apa saja yang mempengaruhi pemenuhan KDM ?

5.      Apakah karakteristik seseorang yang kebutuhan dasarnya terpenuhi ?

6.      Penerapan KDM dalam praktik keperawatan ?

 

C.    Tujuan

1.      Kita dapat mengetahui pengertian dari KDM.

2.      Kita dapat mengetahui hal-hal yang mendasari pemahaman tentang KDM.

3.      Kita dapat mengetahui model-model dari KDM.

4.      Kita dapat mengetahui faktor apa saja yan dapat mempengaruhi pemenuhan KDM.

5.      Bagaimana karakteristik seseorang yang kebutuhan dasarnya terpenuhi.

6.      Penerapan KDM dalam praktik keperawatan.

 

D.    Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahi apa saja hal-hal yang terkait dengan konsep pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

 

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Misalnya kebutuhan akan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit, intek dan output, eliminasi, personal hygiene, bodi mekanik dan posisi.

Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan.Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan.

 

B. Kebutuhan Oksigenasi

1.      Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.

2.      Tujuan Oksigenasi

Fungsi utama oksigenasi adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh du an mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkut ke seluruh tubuh (sel-selnya) nelalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO2 akan kembali diangkut oleh darah ke paru-par untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

3.      Proses Oksigenasi

a.       Oksigenasi Eksternal

Oksigenasi/ pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbon dioksida.

b.      Oksigenasi Internal

Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengacu pada proses metabolisme intrasel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.

4.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

a.       Faktor Fisiologis

Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat memengaruhi fungsi pernapasannya.

b.      Status Kesehatan

Pada orang yang sehat, sistem pernaqpasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhamba sehingga dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain gangguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular, penyakit kronis, penyakit obstruksi pernapasan atas, dll.

c.       Faktor Perkembangan

Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi sistem pernapaan individu.

d.      Faktor Perilaku

Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi pernapasannya. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

e.       Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan, seperti ketinggian, suhu serta polusi udara dapat memengaruhi proses oksigenasi.

5.      Alat-Alat yang dibutuhkan untuk Melakukan Oksigenasi

a.       Flow meter : Alat yang digunakan untuk mengetahui adanya sesuatu aliran material dalam suatu jalur aliran, dengan segala aspek aliran itu sendiri, yang meliputi kecepatan aliran dan total massa atau volume dari material yang mengalir dalam jangka waktu tertentu. Dosis pemberiam oksigen (ukuran oksigen yang diberikan 1-10)

b.      Humidifier : Alat untuk menambah jumlah uap air di udara dalam suatu ruangan atau aliran udara.alat ini berisi air DTT / Aquades.

c.       Tabung Oksigen : Sebuah alat bantu yang berisi gas oksigen dan diberikan untuk mereka yang sedang mengalami gangguan pernafasan akibat penyakit tertentu.

d.      Manometer : alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan udara dalam ruang tertutup. Angka 0 menunjukkan oksigen dalam tabung habis atau belum dinyalakan. 

e.       Nasal Kanula : Alat yang dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 liter per menit dan kosentrasi oksigen sebesar 24% - 44%. Alat ini memberikan oksigen langsung ke hidung melalu 2 cabang kecil, karena digunakan di dalam dan pediatrik pasien dewasa sama sebagai suatu jenis dukungan pernafasan.

f.       Face Mask / Rebreathing Mask : 

Non Rebreathing Mask : Non rebreathing mask menggunakan alat serupa dengan partial rebreathing mask, ada kantong penampung, namun pada alat ini juga terpasang dua katup satu arah (one way valves). Katup pertama antara kantong penampung dan masker, katup kedua pada pintu keluar di kedua sisi masker. Tujuan kedua katup tersebut adalah agar gas yang dihembuskan tidak masuk ke kantong penampung saat ekspirasi, dan mencegah udara luar masuk kemasker saat inspirasi.

g.      Ambubag : Alat yang digunakan untuk memberikan tekanan pada sistem pernafasan pasien yang henti nafas atau yang nafasnya tidak kuat.

 

C. Kebutuhan Nutrisi

1.    Pengertian nutrisi

Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan kepadatan nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah kilokalori. Makanan dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau gula, adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi rendah nutrisi. (Potter & Perry, 2010; 274).

Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut kurang terpenuhi, maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat. (AAA, Hidayat, 2006;38).

Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. (AAA, Hidayat, 2006; 52).

Gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan metabolic yang dibutuhakan oleh tubuh. (Lynda Juall,Carpenito,2006)

 

2. Fungsi zat gizi

a.       Menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik.

b.      Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel – sel tubuh dalam tubuh.

c.       Sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh. (Tartowo.Wartonah.2006; 30).

 

3. Komponen Zat Gizi

  1. Karbohidrat

Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah di setiap makanan. Karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada dapat menyebabkan terjadi kelaparan dan berat badan menurun. Demikian sebaliknya, apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Jumlah karbohidrat yang cukup dapat diperoleh dari susu, padi – padian, buah – buahan, sukrosa, sirup, tepung, dan sayur – sayuran. (AAA.Hidayat.2011; 42).

  1. Lemak

Merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak. Komponen lemak terdiri atas lemak alamiah sekitar 98% (diantaranya trigliserida dan gliserol), sedangkan 2%-nya adalah asam lemak bebas (diantaranya monogliserida, digleserida, kolesterol, serta fosfolipid termasuk lesitin, sefalin, sfingomielin, dan serebrosid). Lemak merupakan sumber yang kaya akan energi dan pelindung organ tubuh terhadap suhu, seperti pembuluh darah, saraf, organ, dan lain lain. Lemak juga dapat membantu memberikan rasa kenyang (penundaan waktu pengosongan lambung). Komponen lemakdalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit, khususnya asam linoleat yang rendah dan berat badan kurang. Namun, apabila jumlah lemak pada anak terlalu banyak dapat menyebabkan terjadi hiperlipidemia, hiperkolesterol, penyumbatan pembuluh darah, dan lain – lain. Jumlah lemak yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, dagig, ikan, keju, kacang – kacangan, dan minyak sayur (Pudjiadi, 2001).

  1. Protein

Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel. Selain itu, tersedianya protein dalam jumlah yang cukup pentig untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk menjaga keseimbangan osmotik plasma. Protein terdiri atas dua puluh empat asam amino, diantaranya sembilan asam amino esensial (seperti treonin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin) dan selebihnya asam amino nonesensial. Protein tersebut dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Jika jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal. Demikian juga jika jumlahnya kurang, maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, bahkan dalam kondisi lebih buruk dapat menyebabkan kwasiorkor dan marasmus. Kwasiorkor terjadi apabila kekurangan protein dan marasmus merupakan kekurangan protein dan kalori. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan paid – padian. (Pudjiadi, 2001).

  1. Air

Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai medium untuk ion, transpor nutrien dan produk buangan, serta pengaturan suhu tubuh. Sumber air dapat diperoleh dari air dan semua makanan. (AAA.Hidayat.2011; 43).

 

 

  1. Vitamin

Vitamin  merupakan zat organic  yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit dan akan menimbulkan penyakit  yang  khas bila tubuh tidak memperolehnya dalam jumlah  yang mencukupi. (Asmadi.2008; 70).

Digunakan untuk mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta pertahanan tubuh. Vitamin yang dibutuhkan tubuh antara lain sebagai berikut:

1)   Vitamin A (retinol) mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata, pertumbuhan tulang dan gigi, serta pembentukan maturasi epitel. Vitamin ini dapat diperoleh dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh – tumbuhan, sayur – sayuran dan buah – buahan.

2)   Vitamin B kompleks (tiamin). Kekurangan vitamin dapat menyebabkan penyakit beri – beri, kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema, dan peningkatan kadar asam piruvat dalam darah. Kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari hati, daging, susu, padi, biji – bijian, kacang, dan lain- lain.

3)   Vitamin B2 (riboflavin) vitamin ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena jika tidak akan menyebabkan fotofobia, penglihatan kabur, dan gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, keju, hati, daging, telur, ikan sayur – sayuran hijau, dan padi.

4)   Vitamin B12 (sianokobalamin) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia. Vitamin ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan telur, susu, dan keju.

5)   Vitamin C (asam askornat) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan lamanya proses penyembuhan luka. Vitamin ini dapat diperoleh dari tomat, semangka, kubis, dan sayur – sayuran hijau.

6)   Vitamin D, berguna untuk mengatur penyerapan serta pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus, juga mengatur kadar alkalin fosfatase serum. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan osteomalasia. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, margarin, minyak sayur, minyak ikan, sinar matahari, dan sumber ultaraviolet lain.

7)   Vitamin E berfungsi untuk meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A, dan asam linoleat; disamping menstabilkan membran sel. Apabila kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur dan kehilangan keutuhan sel syaraf. Vitamin E ini dapat diperoleh dari minyak, biji – bijian dan kacang – kacangan.

8)   Vitamin K berfungsi untuk pembentukan protrombin, faktor koagulasi II, VII, IX, dan X yang harus tersedia pada tubuh dalam jumlah yang cukup. Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan pendarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil. Vitamin ini tersedia dalam sayur – sayuran hijau, daging, dan hati. (Pudjiadi, 2001).

 

  1. Mineral

1)      Kalsium

Berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas saraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium dapat diperoleh dari susu, keju, sayur – sayuran hijau, kerang, dan lain – lain.

2)      Klorida

Berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta keseimbangan asam dan basa. Klorida dapat diperoleh dari garam, daging, susu, dan telur.

3)      Kromium

Berguna untuk metabolisme glukosa dan metabolisme dalam insulin. Kromium dapat diperoleh dari ragi.

4)      Tembaga

Berguna untuk produksi sel darah merah, pembentukan hemoglobin, penyerapan besi, dan lain – lain. Tembaga dapat diperoleh dari hati, daging, ikan padi, dan kacang – kacangan.

 

 

5)      Fluor

Berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan tulang sehingga jika kekurangan fluor dapat menyebabkan karies gigi. Sumber fluor terdapat dalam air, makanan laut, dan tumbuh – tumbuhan.

6)      Iodium

Kekurangan iodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Iodium dapat diperoleh dari garam.

7)      Zat besi

Merupakan mineral yang menjadi bagian dari struktur hemoglobin untuk pengangkutan CO2 dan O2. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia dan osteoporosis, sedangkan kelebihan zat besi menyebabkan sirosis, gastritis, dan hemolisis. Zat besi dapat diperoleh dari hati, daging, kuning telur, sayur – sayuran hijau, padi, dan tumbuh tumbuhan.

8)      Magnesium

Berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat dan sangat penting dalam proses metabolisme. Kekurangan magnesium menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia. Magnesium dapat diperoleh dari biji – bijian, kacang – kacangan, daging, dan susu.

9)      Mangan

Berfungsi dalam aktivasi enzim. Mangan dapat diperoleh dari kacang – kacangan, padi, biji – bijian, dan sayur – sayuran hijau.

10)  Fosfor

Merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan kelemahan oto. Fosfor dapat diperoleh dari susu, kuning telur, kacang – kacangan, padi – padian, dan lain - lain.

11)  Kalium

Berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf, keseimbangan cairan, dan pengaturan irama jantung.  kalium dapat diperoleh dari semua makanan.

 

 

12)  Natrium

Berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta pengaturan keseimbangan asam, basa, dan cairan. Kekurangan natrium dapat menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, dan hipotensi. Natrium dapat diperoleh dari garam, susu, telur, tepung, dan lain – lain.

13)  Sulfur

Membantu proses metabolisme jaringan syaraf. Sulfur dapat diperoleh dari makanan protein.

14)  Seng

Merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karbonik anhidrase yang penting dalam pertukaran CO2. Seng dapat diperoleh dari daging, padi – padian, kacang – kacangan, dan keju. (AAA.Hidayat.2011; 42 – 46).

 

D. Kebutuhan Eliminasi

1. Pengertian Eliminasi

Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:

a.          Defekasi

Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).

b.         Miksi

Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil.

2. Fisiologi Dalam Eliminasi

a.          Fisiologi Defekasi

Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir (Pearce, 2002).

b.         Fisiologi Miksi

Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi

a.          Faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi antara lain:

1.         UMUR

Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.

 

 

2.         DIET

Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.

3.         CAIRAN

Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.

4.         TONUS OTOT

Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.

5.         FAKTOR PSIKOLOGI

Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.

6.         GAYA HIDUP

Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.

7.         OBAT-OBATAN

Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi.Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.

 

a.          Faktor-faktor yang mempengaruhi miksi

1.         Jumlah air yang diminum Semakin banyak air yang diminum jumlah urin semakin banyak. Apabila banyak air yang diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam darah sedikit, sehingga pembuangan air jumlahnya lebih banyak dan air kencing akan terlihat bening dan encer. Sebaliknya apabila sedikit air yang diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam darah akan banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air kencing berwarna lebih kuning .

2.         Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah

Supaya tekanan osmotik tetap, semakin banyak konsumsi garam maka pengeluaran urin semakin banyak.

3.         Konsentrasi hormon insulin

Jika konsentrasi insulin rendah, orang akan sering mengeluarkan urin. Kasus ini terjadi pada orang yang menderita kencing manis.

4.         Hormon antidiuretik (ADH)

Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika darah sedikit mengandung air, maka ADH akan banyak disekresikan ke dalam ginjal, akibatnya penyerapan air meningkat sehingga urin yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila darah banyak mengandung air, maka ADH yang disekresikan ke dalam ginjal berkurang, akibatnya penyerapan air berkurang pula, sehingga urin yang terjadi akan encer dan jumlahnya banyak.

5.         Suhu lingkungan

Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak.

6.         Gejolak emosi dan stress

Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi, maka kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air kecil.

7.         Minuman alkohol dan kafein

Alkohol dapat menghambat pembentukan hormon antidiuretika. Seseorang yang banyak minum alkohol dan kafein, maka jumlah air kencingnya akan meningkat.

 

E. Kebutuhan Aktivitas

1. Pengertian

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan muskuloskeletel.

Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang lain seperti istirahat.

2. Sistem tubuh yang berperan dalam Kebutuhan Aktivitas

Ada pun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:

1.         Tulang

Merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, diantaranya :

a.          Mekanis :

-           Membentuk rangka

-           Tempat melekatnya berbagai otot.

b.         Tempat penyimpanan mineral (Kalsium dan Fosfor).

c.          Tempat sumsum tulang sebagai pembentuk sel darah.

d.         Pelindung organ-organ dalam.

Jenis tulang :

a.          Pipih ( kepala dan pelvis).

b.         Kuboid (Vertebra dan tarsal).

c.          Panjang (Femur dan Tibia).

2.         Otot dan tendon

a.          Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai keinginan

b.         Tendon adalah suatu jaringan ikat yang melekat pada tulang, origo adalah tempat asal tendon dan insersio adalah arah tendon.

c.          Terputusnya tendon akan membuat kontraksi otot tidak akan dapat menggerakkan tulang

3.         Ligamen

Merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.

4.         Sistem Syaraf

a.          Terdiri dari sistem syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (perifer).

b.         Setiap syaraf memiliki bagian somatis dan otonom.

c.          Bagian Somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik

5.         Sendi

Merupakan tempat bertemunya dua ujung tulang atau lebih.Sendi membuat segmentasi darikerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan bebagai pertumbuhan tulang.

 

3.         Kemampuan Mobilitas

Mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur dengan tujuan memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya.

Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.

Jenis mobilitas :

1.         Mobilitas penuh

Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan ineraksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.

2.         Mobilitas sebagian

Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh ganguan syaraf motorik dan sensorik.

a.          Mobilitas sebagian temporer

Mobilitas Sebagian Temporer merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Kemungkinan disebabkan oleh trauma pada muskuloskeletal, Contoh: adanya dislokasi sendi dan tulang.

b.         Mobilitas sebagian permanen

Mobilitas Sebagian Permanen merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan rusaknya sistem syaraf yang reversibel, contoh: hemiplegia akibat stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang.

Faktor yang mempengaruhi mobilitas :

1.         Gaya hidup, Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.

2.         Proses penyakit, dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.

3.         Kebudayaan, Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan.contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh, memiliki kemampuan mobilitas yang kuat dibandingkan dengan orang yang karena adat budaya tertentu dibatasi aktifitasnya.

4.         Tingkat energi, Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas yang baik dibutuhkan energi cukup.

5.         Usia dan status perkembangan, Terdapatperbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda.

 

F. Kebutuhan Istirahat dan Tidur

1. Pengertian Istirahat dan Tidur

a. Istirahat

                        Istirahat merupakan keadaan relax tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berati berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan.

                        Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat. Misalnya, Narrow (1967). Yang dikutip oleh Perry dan Potter 1993 mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan dengan istirahat, diantaranya :

1.         Merasakan bahwa segala sesuatu dapat di atasi.

2.         Merasa diterima.

3.         Mengetahui apa yang sedang terjadi.

4.         Bebas dari gangguan ketidaknyamanan.

5.         Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan.

6.         Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan.

 

b.         Tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal (Robinson 1993, dalam Potter). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromiogram (EMG) dan electrooculogram (EOG) untuk mengatur pergerakan mata.

Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya yang keadaan penuh ketenangan, tetapi lebih merupakan sesuatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.

Tidur merupakan suatu kegiatan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008). Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur, apabila terdapat tanda-tanda:

a.          Aktivitas fisik minimal

b.         Tingkat kesadaran yang bervariasi

c.          Terjadi proses perubahan fisiologis tubuh (penurunan tekanan darah, dilatasi pembuluh darah perifer, relaksasi otot rangka)

d.         Penurunan respon atas rangsangan dari luar.

 

 

2. Fisiologi Tidur

Keperawatan menerangkan bahwa fisiologi tidur merupakan usaha pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular Activating Sysem (RAS) dibagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus dari korteks serebri (emosi, proses pikir).

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotinin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi.

Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotinin.

 

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur

a.          Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.

b.         Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

c.          Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

 

d.         Kelelahan

Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap rapid eye movement (REM).

e.          Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.

f.          Alkohol

Alkohol menekan rapid eye movement (REM) secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

g.         Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:

a.          Diuretik           : Menyebabkan insomnia.

b.         Anti depresan  : Supresi rapid eye movement (REM).

c.          Kafein             : Meningkatkan saraf simpatis.

d.         Bera Bloker     : Menimbulkan insomnia.

e.          Narkotika        : Mensupresi rapid eye movement (REM).

 

d. Gangguan Tidur

1.         Insomnia

Ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas tidur.

Ada 3 macam insomnia yaitu :

-           Initial Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur tidak ada.

-           Intermitent Insomnia  merupakan ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan tidur sebab sering terbangun.

-           Terminal Insomna adalah bangun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur kembali.

Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik, kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak.

2.         Hipersomnia

Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolisme.

3.         Parasomnia

Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti samnohebalisme (tidur sambil berjalan).

4.         Narcolepcy

Suatu keadaan/kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada saat tidur sama dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas darah atau endokrin.

5.         Apnoe tidur dan mendengkur

Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnoe maka bisa menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan pengeluaran udara di hidung dan mulut, misalnya amandel, adenoid, otot-otot di belakang mulut mengendor dan bergetar. Periode apnoe berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit.

6.         Mengigau

Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur rapid eye movement (REM).

 

G. Kebutuhan Keseimbangan Tubuh

Setiap orang perlu menjaga keseimbangan tubuh, dengan menjaganya, tubuh akan lebih sehat dan terhindar dari penyakit. Tak hanya itu, keseimbangan tubuh juga bisa membuatmu lebih fokus dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Tapi, bagaimanakah cara untuk menjaga keseimbangan tubuh? Inilah 3 cara yang bisa kamu lakukan.

1. Berolahraga Pada Pagi Hari

Aktivitas yang padat seringkali membuat banyak orang sulit dan melupakan olahraga. Padahal, olahraga merupakan kunci untuk menjaga keseimbangan tubuh. Salah satu olahraga yang dapat menjaga keseimbangan tubuh adalah Yoga. Kamu bisa melakukan Yoga pada pagi hari sebelum mulai beraktivitas. Cukup luangkan waktu 30 - 60 menit untuk melakukan olahraga yoga, dengan begitu kamu bisa menjaga keseimbangan tubuh secara mudah.

2. Mengonsumsi Makanan yang Bergizi

Tubuh yang seimbang akan membantumu untuk menjalani aktivitas secara lebih maksimal. Salah satu cara yang bisa dilakukan yakni dengan mengonsumsi makanan yang bergizi. Makanan yang bergizi bisa memberikan nutrisi terbaik untuk membantu menjaga kesehatan tubuh. Sehingga, kebutuhan gizi akan terpenuhi dan tubuhmu akan lebih seimbang.

3. Menjaga Cairan Tubuh

Untuk mendapatkan hasil terbaik dalam setiap aktivitas yang kamu lakukan, kamu perlu menjaga cairan tubuh. Ketika kamu kekurangan cairan tubuh, tubuhmu akan dehidrasi dan menyebabkan keseimbangan tubuh berkurang. Hal ini dapat menyebabkan reaksi di dalam tubuhmu seperti pusing bahkan sampai tidak enak badan. Oleh karena itu, pastikan cairan tubuhmu selalu terjaga agar tubuh tetap seimbang dan bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan maksimal.

Agar keseimbangan tubuh terjaga, kamu perlu mengonsumsi air minum yang bisa memberikan manfaat lebih. Pristine8.6+ bisa menjadi pilihan yang tepat karena, fungsi air pH tinggi tidak hanya bisa menjaga cairan tubuh namun juga bisa menyeimbangkan kadar pH di dalam tubuhmu. Selain itu, Pristine8.6+ juga diproduksi melalui teknologi ionisasi Nihon Trim No.1 di Jepang serta memiliki kandungan mikromolekul yang mudah diserap tubuh. Sehingga, Pristine8.6+ aman untuk dikonsumsi sehari-hari untuk membantu menyeimbangkan pH di dalam tubuhmu.

 

H. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1.      Distribusi dan Komposisi Cairan

Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seiring dengan pertumbuhan seseorang, persentase jumlah cairan terhadap berat badan menurun2.

 

Distribusi cairan

Laki-laki Dewasa

Perempuan Dewasa

Bayi

Total air tubuh (%)

60

50

75

Intraseluler

40

30

40

Ekstraseluler

20

20

35

- Plasma

5

5

5

- Intersisial

15

15

30

Tabel 1. Distribusi Cairan Tubuh

Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular.

a.  Cairan intraselular

Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular. Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular.

b.  Cairan ekstraselular

Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sampai sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa.Cairan ekstraselular terbagi menjadi cairan interstitial dan cairan intravaskular.

Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan termasuk cairan yang terkandung diantara rongga tubuh(transseluler)seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan.

Sementara, cairan intravaskular merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah, dalam hal ini plasma darah5.

Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan tubuh, yaitu elektrolit dan non-elektrolit.

a.  Elektrolit

Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah potasium (K+).

Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO43-). Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial kurang lebih sama, sehingga nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler3,5.

 

Kation

mEq/L

Anion

mEq/L

Na+

142

HCO3-

24

K+

5

C1-

105

Ca++

5

HPO4 =

2

Mg++

1

SO4 =

1

 

 

Asam Org

6

 

 

Protein

16

Total

154

Total

154

Tabel 2. Komposisi elektrolit ekstraseluler

 

Kation

mEq/L

Anion

mEq/L

Na+

15

HCO3-

10

K+

150

CL-

1

Ca++

2

HPO4 =

100

Mg++

27

SO4 =

20

 

 

Protein

63

Total

194

Total

194

Tabel 3. Komposisi elektrolit intraseluler

b.  Non elektrolit

Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit adalah glukosa, urea, kreatinin, dan bilirubin yang tidak terdisosiasi dalam cairan.

2.                  Mekanisme Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah bergeraknya molekulmelalui membran semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-290 mOsm/L4.

Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam1,4.

Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit antar kompartemen.

1.      Keseimbangan Donnan

Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairan intraseluler dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran. Protein yang merupakan suatu molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu partikel aktif yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas elektron (keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan menyebabkan perbedaan konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut1,3,4.

2.      Osmolalitas dan Osmolaritas

Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal ini

didefinisikan sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti bahwa tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung pada perubahan suhu1,4.

3.      Tekanan Koloid Osmotik

Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan molekul protein dengan berat molekul lebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti yang sangat penting. Karena, hal ini menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat kecil sehingga mempunyai efek penahan air dalam komponen plasma, serta mempertahankan air antar kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan tekanan koloid osmotik, akan menyebabkan timbulnya edema paru3,4.

4.      Kekuatan Starling (Starling’s Forces)

Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan darah 36 mmHg pada ujung arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena. Keadaan ini menyebabkan terjadinya difusi air dan ion-ion yang dapat berdifusi keluar dari kapiler masuk ke cairan interstisiil pada akhir arteri dan reabsorsi berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan reabsosrsi berkisar 90% dari cairan ini pada ujung venous3,4.

 

BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat  memberikan perawatan.

Manusia sebagai bagian integral yang berintegrasi satu sama lainnya dalam motivasinya memenuhi kebutuhan dasar (fisiologis,keamanan,kasih sayang,harga diri dan aktualisasi diri). Setiap kebutuhan manusia merupakan suatu tegangan integral sebagai akibat dari perubahan dari setiap komponen system.Tekanan tersebut dimanifestasikan dalam perilakunya untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan sampai terpenuhinya tingkat kepuasan klien..

 


DAFTAR PUSTAKA

 

A. Aziz Alimul Hidayat. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta : EGC

Alimul,AAA.Hidayat.2011.PengantarIlmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:Salemba Medika

Asmadi. (2008). Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: EGC.

Asmadi.2008.Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:Salemba Medika

Carpenito, LJ.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.13.Jakarta: EGC

Cria, Sri. 2011. Asuhan Keperawatan Oksigenasi. (Online), (http://siyulopecri.co.id/2011/09/akep-oksigenasi.html , diakses 24 September 2017.

Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam Handbook for Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.

Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010.

Miller RD. 2015. Miller’s Anesthesia. 8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders.

Mubarak, W. I. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Gresik: EGC.

Perry & Potter. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Vol. 1. Edisi 4.Jakarta:EGC

Perry & Potter. 2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Vol. 2. Edisi 5.Jakarta:EGC

Perry & Potter. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 3 Ed.7.Jakarta:EGC

Perry, P. &. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol. 1. Jakarta: EGC.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC

Sarwadi & Erwanto.2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia Cerdas

Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes. Dalam Handbook of Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2015

Tarwoto-Martonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi I. Jakarta : Salemba Medika

Taylor, Cynthia M.2010.Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan Ed.10.Jakarta: EGC

Wartonah & Tartowo.2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3.Jakarta:Salemba Medika

Wilkinson, Judith M.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.9 Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.Jakarta: EGC

No comments:

Post a Comment