Saturday 13 November 2021

Laporan Praktek Lapang MANAJEMEN PEMASARAN SAYURAN SAWI HIDROPONIK DI CV. SMILE HIDROPONIK (GREEN HOUSE)

 

DAFTAR ISI

 

Halaman

LEMBARAN PENGESAHAN............................................................................. i

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ vi

 

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

1.1  Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2  Tujuan Praktek Lapangan..................................................................... 2

1.3  Manfaat Praktek Lapangan................................................................... 3

1.3.3 Bagi Mahasiswa........................................................................... 3

1.3.2 Bagi Lembaga Pendidikan........................................................... 3

1.3.3 Bagi Perusahan dan Industri........................................................ 3

1.4  Waktu dan Tempat................................................................................ 3

1.5  Metode Pengumpulan Data.................................................................. 3

1.6  Sistematika Penulisan............................................................................ 4

 

BAB II  TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 6

2.1  Pengertian Managemen Pemasaran ..................................................... 6

2.2  Hidroponik .......................................................................................... 7

2.3  Klasifikasi Sayuran Sawi................................................................... 10

2.4  Saluran Pemasaran............................................................................. 14

 

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANGAN........ 23

3.1  Letak dan Luas Lahan Praktek Lapangan.......................................... 23

3.2  Kondisi Umum CV. Smile Hidroponik (Green Hause)...................... 24

3.3  Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja................................................ 24

 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 26

4.1 Teknik Budidaya Tanaman Sayur Sawi Hidroponik............................ 26

       4.1.1 Teknik Budidaya........................................................................ 26

4.2 Manajemen Pemasaran Sayuran Hidroponik pada CV. Smile  Hidroponik (Green House)         ....................................................................................................... 30

       4.2.1 Product (Produk)....................................................................... 30

       4.2.2 Price (Harga).............................................................................. 31

       4.2.3 Place (Saluran Distribusi)........................................................... 34

       4.2.4 Promotion (Promosi).................................................................. 34

 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 36

                   5.1 Kesimpulan................................................................................... 36

                   5.2 Saran............................................................................................. 36

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 38

LAMPIRAN......................................................................................................... 40

DAFTAR GAMBAR

 

 

Gambar                                              Teks                                                    Halaman

 

Gambar 3.1   Struktur Tenaga Kerja CV. Smile Hidroponik (Green House)...       28

Gambar 4.1   Bagan Pemasaran Pada CV. Smile Hidroponik (Green House)..       32

Gambar 1      Wawancara Dengan Pemiliki CV. Smile Hidroponik  (Green House)              40

Gambar 2      Penampakan Bentuk Akar Sayuran Sawi Hidroponik................       40

Gambar 3      Proses Pemanenan Sayuran Hidroponik Di CV. Smile Hidroponik (Green House)                 41

Gambar 4      Proses Pemanenan Sayuran Hidroponik Di CV. Smile Hidroponik  (Green House)                41

 

 


DAFTAR LAMPIRAN

 

 

Lampiran                                                 Teks                                               Halaman

 

Lampiran 1 Dokumentasi....................................................................................... 40

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.       Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, terutama di bidang pertanian. Salah satu sektor yang mempunyai peranan penting adalah sektor hortikultura. Data PDB Pertanian yang dikutip dari Renstra Dirjen Tanaman Pangan 2015-2019 menyebutkan bahwa kontribusi hortikultura menempati posisi ke dua tahun 2010-2014. Komoditas sayuran memiliki peranan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan dan gizi manusia. Permintaan terhadap komoditas sayuran segar terus meningkat. Konsumsi sayuran Indonesia menurut Kementrian Pertanian pada tahun 2010 sebesar 35 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2011, meningkat menjadi 41,9 kg/kapita/tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2013).

Meningkatnya pertumbuhan penduduk diindonesia semakin meningkat pula kebutuhan pangan penduduk indonesai seperti kebutuhan pangan sayuran. Survei Pusat Data Informasi Pertanian (2013) menyatakan bahwa nominal pengeluaran konsumsi sayuran untuk Indonesia terus meningkta dari 15,539% pada tahun 2008 menjadi 31,158% per kapita dalam pertahunnya pada tahun 2013. Hal ini membuktikan bahwa mengkonsumsi sayuran pada penduduk Indonesia cenderung mengalami peningkatan dalam kurun lima tahun.

Kondisi luas lahan produksi dan kondisi alam di Indonesia sering kali menjadi kendala dalam membudidayakan sayuran. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan produksi tanaman dengan teknik budidaya yang lebih efisien dan efektif. Teknik budidaya yang efesien dan efektif salah satunya yaitu budidaya secara hidroponik, karena akan adanya efesiensi dan efektif dalam penggunaan luas lahan dan penggunaan pupuk untuk sayuran (Ardian, 2007). Budidaya sayuran secara hidroponik dapat dijalankan sepanjang tahun tanpa mengenal musim.

Meningkatnya kebutuhan sayuran hidroponik dipasar, pembudidayaan sayuran secara hidroponikpun relative mengalami peningkatan dengan berbagai jenis sayuran hidroponik dan kualitas sayuran yang unggul. Pergeseran dalam alternative pembudidayaan sayuran tersebutpun menambah tingkat konsumsi terhadap sayuran yang lebih higenis dan tidak menggunakan pestisida sehingga memunculkan industri pertanian dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang berkembang, yaitu teknik penanaman secara hidroponik. Pemeliharaan tanaman secara hidroponik lebih mudah dan relatif bersih, dengan media tanam yang steril, tanaman terlindungi, serangan hama dan penyakit relative kecil, serta tanaman lebih sehat dan dapat meningkatkan produktivitas lebih tinggi. Sehingga nilai ekonomi dan harga jual dari sayuran hidroponikpun tidak dikhawatirkan akan anjlok (Wibowo & Asriyanti, 2013).

 

1.2.       Tujuan Praktek Lapangan

Tujuan praktek lapangan (PL) ini adalah untuk mengetahui sistem managemen dalam pemasaran sayuran sawi hidropnik dari usaha sayuran hidroponik di CV. Smile Hidroponik (Green House) Desa Karang Anyar, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.

 

1.3.       Manfaat Praktek Lapangan

1.3.1.      Bagi Mahasiswa

a.    Menambah pengetahuan berbagai aspek dari pemeliharaan dan pengelolaan.

b.    Menambah pengalaman dan keterampilan

c.    Dapat membandingkan ilmu teori dan prakteknya di lapangan.

1.3.2.      Bagi Lembaga Pendidikan

a.    Untuk memperkenalkan Universitas Abulyatama terutama Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis kepada lingkungan dan masyarakat.

b.    Mendapat meningkatkan kualitas lebih pada lembaga pendidikan.

1.3.3.      Bagi Perusahaan dan Industri

a.    Laporan kerja praktek dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau usulan perbaikan seperlunya.

b.    Dapat melihat keadaan industri di pandangan mahasiswa.

 

1.4.       Waktu dan Tempat

Dalam pelaksanaan praktek lapangan (PL) ini, waktu yang disiapkan selama 1 (satu) bulan, terhitung mulai tanggal 03 September 2020 – 03 Oktober 2020. Praktek Lapangan (PL) berlangsung di CV. Smile Hidroponik (Green House)  Desa Karang Anyar, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.

 

1.5.       Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan laporan kerja praktek ini antara lain:

a.       Studi literatur dan mengumpulkan data-data teknis, yang dilakukan dengan cara memperoleh informasi dari pembimbing, dan literatur lain  yang berhubungan dengan topik laporan, seperti buku serta referensi lain yang berhubungan.

b.      Metode observasi adalah salah satu caa pengumpulan data dengan cara mengamati langsung terhadap objek permasalahan

c.       Interview yaitu penulis mengadakan taya jawab langsung dengan pembimbing dan staf yang berkompeten di bidang tersebut.

 

1.6.       Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan praktek lapangan ini di uraikan Bab demi Bab agar lebih mudah dalam memahaminya. Dalam setiap Bab meiliki keterkaitan, adapun urutan penulisannya yaitu:

a.       BAB I PENDAHULUAN, pada Bab ini menjelaskan latar belakang, tujuan praktek lapangan, manfaat praktek lapangan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

b.      BAB II TINJAUAN PUSTAKA, dalam bab ini menjelaskan bagaimana managemen pemasaran dan juga pendapatan menurut para ahli.

c.       BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANGAN, dalam bab ini menjelaskan keadaan umum perusahaan, bagaimana tata letak dan lokasi perusahaan, dan yang terakhir menjelaskan  struktur organisasi dan tenaga kerja.

d.      BAB IV HASIL PRAKTEK LAPANGAN DAN PEMBAHASAN, pada bab ini penulis menguraikan bagaimana sistem managemen pemasaran sayur sawi hidroponik di CV. Smile Hidroponik (Green House) Desa Karang Anyar, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.

e.       BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, pada bab ini berisikan kesimpulan dari penulisan laporan, serta saran.

 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1.       Pengertian Managemen Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang  dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lain. Selain itu juga tergantung pada kemampuan mereka untuk mengkombinasi fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan lancar. William J. Stanton menyatakan bahwa pemasran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang di tujukan untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Basu Swasta, 2005)

Jadi, pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada kelompok pembeli. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi di dalam suatu lingkungan yang dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial dari perusahaan. Pada umunya, dalam pemasaran perusahaan berusaha menghasilkan laba dari penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pembeli. Namun demikian, pemasaran juga dilakukan untuk mengembangkan, mempromosikan, dan mendistribuaikan program-program dan jasa yang disponsori oleh organisasi non-laba. Menurut Kotler bahwa strategi pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.tersebut menunjukkan bahwa strategi pemasaran mengandung aspek sosial baik secara individu maupun berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, akibat adanya keinginan dan kebutuhan tersebut maka terciptalah suatu interaksi yang disebut transaksi pertukaran barang dan jasa.

 

2.2.       Hidroponik

Istilah hidroponik berasal dari bahasa latin “hydro” (air) dan “ponous”  (kerja), disatukan menjadi “hydroponic” yang berarti bekerja dengan air. Jadi  istilah hidroponik dapat diartikan secara ilmiah yaitu suatu budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah tetapi dapat menggunakan media seperti pasir, krikil, pecahan genteng yang diberi larutan nutrisi mengandung semua elemen esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan hasil tanaman (Lingga,2009).

Dalam sejarah perkembangan hidroponik, penelitian-penelitian pertama tentang hidroponik tercatat menggunakan sistem kultur air tanpa adanya substrat atau media tanam. Teknik- teknik dasar kultur air modern telah dikembangkan oleh Sach dan Knopp pada tahun 1860 dari beberapa hasil penemuan sebelumnya oleh Senebeier tahun 1791 yang menyatakan bahwa akar tanaman akan mati bila terendam dalam air. Pada tahun 1804, De Sausser juga menyatakan bahwa di samping mengandung udara, air juga mengandung CO2, campuran gas mengandung 20% O2 (Susila, 2013).

Hidroponik merupakan salah satu sistem pertanian masa depan karena dapat diusahakan di berbagai tempat, baik wilayah pedesaan, perkotaan, lahan terbuka, bahkan di atas apartemen sekalipun. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Menurut Hartus (2008), pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya relatif bersih, media tanamnya steril, tanaman terlindung dari terpaan hujan, serangan hama dan penyakit relatif kecil, serta tanaman lebih sehat dan produktivitas lebih tinggi.Prinsip dasar dalam budidaya hidroponik yaitu upaya merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan dan pertumbuhan sehingga tidak terjadi ketergantungan tanaman terhadap alam. Tanaman memperoleh hara dari larutan garam mineral yang di berikan langsung ke akar tanaman, sehingga tanaman lebih memfokuskan energinya untuk pertumbuhan dari pada memperebutkan unsur hara (Soeseno, 1991).

Teknologi hidroponik merupakan cara yang tepat untuk menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil tanaman yang ditanam secara konvensional (Savaringga, 2013). Tanaman yang diproduksi dengan teknologi hidroponik biasanya merupakan tanaman yang memiliki nilai jual tinggi (high value) atau sering disebut juga dengan sayuran eksklusif. Sayuran eksklusif ini merupakan kelompok sayuran komersial pilihan yang diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen golongan tertentu (khusus), sehingga nilai jualnya pun lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran lokal lainnya. Jenis sayuran yang tergolong eksklusif dibagi menjadi tiga kelompok, (Soeseno S, 1999) dalam (Indriasti, 2013).

1.      Sayuran daun, yaitu sayuran yang dipungut hasil daunnya, seperti babby kailan, brokoli, horenzo, atau bayam jepang, kubis merah, mithsuba atau seledri jepang, tang oh atau tong hao, lettuce yang terdiri dari lettuce head (selada berkrop) dan lettuce leaf (selada daun).

2.      Sayuran buah, yaitu sayuran yang dipungut buahnya, seperti kaboca atau labu jepang, nasubi atau terong jepang, okura atau okra, zucchini atau labu sucini, paprika, tomat recento, kyuuri atau mentimun jepang.

3.      Sayuran penyedap masakan, yaitu sayuran yang dipungut hasilnya sebagai bumbu penyedap, seperti basil atau selasih, chives atau bawang kucai, dill atau hades, marjoram, sage, parsley atau peterseli.

Dari berbagai literartur penelitian, dapat disimpulkan bahwa komoditas sayuran hidroponik yang diusahakan biasanya merupakan komoditas yang memiliki nilai jual tinggi (high value) dan juga berupa tanaman sayuran sub tropis yang jarang diproduksi dengan teknologi konvensional. Komoditas yang high value berpeluang besar untuk diusahakan karena permintaan yang juga tinggi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan ekspor.

Hidroponik menurut (Savage, 1985) dalam (Susila, 2013), berdasarkan sistem irigasinya dikelompokkan menjadi: (1) Sistem terbuka dimana larutan hara tidak digunakan kembali, misalnya pada hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes drip irrigation atau trickle irrigation, (2) Sistem tertutup, dimana larytan hara dimanfaatkan kembali dengan cara resirkulasi. Bare Root System atau sistem akar telanjang adalah sistem hidroponik yang tidak menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman, meskipun block rockwool biasanya dipakai di awal pertanaman. Salah Satu dari sistem Bare Roat ini adalah Deep Flowing Sistem dan Teknologi hidroponik Sistem Terapung (THSTS).

a.      Deep Flowing System

Deep Flowing System merupakan sistem hidroponik tanpa media, berupa kolam atau kontainer yang panjang dan dangkal, diisi dengan larutan hara dan diberi aerasi. Pada sistem ini tanaman ditanam di atas panel tray (flat tray) yang terbuat dari bahan stereofoam mengapung di atas kolam dan perakaran berkembang di dalam larutan hara.

b.      Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THSTS)

Teknologi hidroponik sistem terapung adalah hasil modifikasi dari deep flowing system yang dikembangkan di Bagian Produksi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Perbedaan utama adalah dalam THST tidak digunakan aerator, sehingga teknologi ini relatif lebih efisien dalam penggunaan energi listrik.

 

2.3.       Klasifikasi Sayuran Sawi

Sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Daerah asal tanaman sawi diduga dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Konon di daerah Cina tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan. Masuknya sawi ke Indonesia diduga pada abad XI bersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayuran sub-tropis lainnya. Daerah pusat penyebarannya antara lain di Cipanas (Bogor), Lembang dan Pangalengan (Rukmana, 2007).

1.      Klasifikasi Sawi

Kingdom         : Plantae

Divisio             : Spermatophyta

Class                : Dicotyledonae  

Ordo                : Rhoeadales   

Famili              : Cruciferae 

Genus              : Brassica 

Spesies             : Brassica juncea L. (Haryanto, dkk, 2003)

2.      Morfologi Tanaman Sawi

A.    Akar

Tanaman sawi hijau berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah, perakarannya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm. Tanaman sawi hijau tidak memiliki akar tunggang. Perakaran tanaman sawi hijau dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, tanah mudah menyerap air, dan kedalaman tanah cukup dalam (Cahyono, 2003).

B.     Batang

Batang (caulis) sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2007).

C.     Daun

Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004).

D.    Bunga

Tanaman sawi umumnya mudah berbunga secara alami, baik didataran tinggi maupun dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2007).

E.     Buah

Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji (Rukmana, 2007). Biji sawi hijau berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaannya licin dan mengkilap, agak keras, dan berwarna coklat kehitaman (Cahyono, 2003).

3.      Syarat Tumbuh

Daerah penanaman yang cocok untuk untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai 1200 meter dpl. Namun, biasanya taanaman ini dibudidayakan di daerah yang berketinggian 100-500 m dpl. Sebagian besar daerah-daerah di Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto,dkk,2003). Tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik memerlukan energi yang cukup. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350-400 cal/cm2 setiap hari. Sawi hijau memerlukan cahaya matahari tinggi (Cahyono, 2003).

Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6 derajat C dan siang harinya 21,1 derajat C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari. Meskipun demikian, beberapa varietas sawi yang tahan (toleran) terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang suhunya antara 27 derajat - 32 derajat C (Rukmana, 2007). Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau yang optimal berkisar antara 80%-90%.

Tanaman sawi hijau tergolong tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan sekitar 1000-1500 mm/tahun dapat dijumpai di dataran tinggi pada ketinggian 1000-1500 m dpl. Akan tetapi tanaman sawi tidak tahan terhadap air yang menggenang (Cahyono,2003).

 

2.4    Saluran Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lain. Selain itu juga tergantung pada kemampuan mereka untuk mengkombinasi fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan lancar. William J. Stanton menyatakan bahwa pemasran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang di tujukan untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Jadi, pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada kelompok pembeli. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi di dalam suatu lingkungan yang dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturanperaturan, maupun konsekuensi sosial dari perusahaan.

Pada umunya, dalam pemasaran perusahaan berusaha menghasilkan laba dari penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pembeli. Namun demikian, pemasaran juga dilakukan untuk mengembangkan, mempromosikan, dan mendistribuaikan program-program dan jasa yang disponsori oleh organisasi non-laba. Menurut Kotler bahwa strategi pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa strategi pemasaran mengandung aspek sosial baik secara individu maupun berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, akibat adanya keinginan dan kebutuhan tersebut maka terciptalah suatu interaksi yang disebut transaksi pertukaran barang dan jasa.

Tujuannya adalah bagaimana memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen baik terhadap individu maupun kelompok. Marketing Mix Pemasaran dalam suatu perusahaan menghasilkan kepuasan pelanggan serta kesejahteraan konsumen dalam jangka panjang sebagai kunci untuk memperoleh profit atau keuntungan. Keberhasilan suatu perusahaan berdasarkan keahlianya dalam mengendalikan strategi pemasaran yang dimiliki. Konsep pemasaran mempunyai seperangkat alat pemasaran yang sifatnya dikendalikan yaitu lebih dikenal dengan Marketing Mix (Bauran Pemasaran).

Bauran pemasaran / Marketing Mix merupakan kegiatan pemasaran yang dilakukan secara terpadu. Artinya kegiatan ini dilakukan secara bersama diantara elemen-elemen yang ada dalam markering. Setiap elemen tidak dapat berjalan sendiri-sendiri tanpa dukungan dari elemen lainya. Menurut Basu Swasta marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni: produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi.

Sedangkan Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo berpendapat bahwa, marketing mix atau bauran pemasaran adalah sebuah tingkatan yang menggabungkan elemen penting pemasaran benda atau jasa, seperti keunggulan produk, penetapan harga, pengemasan produk, periklanan, persediaan barang distribusi dan anggaran pemssaran, dalam usaha memasarkan sebuah produk atau jasa merupakan gambaran jelas mengenai bauran pemasaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran atau marketing mix merupakan serangkaian dari variabel-variabel yang dimiliki perusahaan atau alat-alat pemasaran yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk melayani segmen pasar sasaranya.

Adapun inti dari bauran pemasaran mengarah pada subjek dan objek strategi pemasaran, yang secara agregat terdiri dari produk (product), harga (price), distribusi (distribution) dan promosi (promotion), sehingga hal tersebut sangatlah tepat bahwa untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan, maka pihak manajemen pantas untuk menerapkan strategi bauran pemasaran dalam peningkatan volume penjualan. Pemasaran merupakan aktivitas untuk melakukan penjualan dan pembelian, sehingga terjadi transaksi kesepakatan dengan saling menguntungkan dan memberikan manfaat dari produk yang dijualbelikan.

Konsep bauran pemasaran produk mengenai konsep 4 P (Product, Price, Promotion dan Place), Kotler mendefinisikan bauran pemasaran sebagai suatu set peralatan pemasaran yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk mencapai objek pemasaran yang ditetapkan dalam pasar sasaran sesuai produk. Model bauran pemasaran dapat digambarkan sebagai berikut :

 

1)      Produk (Product)

Menurut Tjiptono produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Secara konseptual, produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas serta daya beli pasar. Produk adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada seseorang guna memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan.

Produk tersebut berupa suatu benda, jasa, kegiatan, orang, tempat dan organisasi/gagasan. Keputusan tentang produk ini mencakup penentuan bentuk penawaran secara fisik, mereknya, kemasannya, garansi dan layanan purna jual. Pengembangan produk dapat dilakukan setelah menganalisis kebutuhan dan keinginan pasar. Kotler mengemukakan definisi produk yaitu “a product is anything that can be offered to a market to satisfy want or need”. Maksudnya, konsumen membeli sekumpulan sifat fisik dan kimia sebagai alat untuk pemuas kebutuhan.

Setiap kombinasi dari sifat-sifat tersebut merupakan produk tersendiri sebab setiap kombinasi akan memberikan kepuasan yang berbedabeda. Swastha mendefinisikan produk adalah suatu sifat kompleks baik yang dapat diraba, maupun tidak dapat diraba, terutama bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam produk terdapat sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) seperti warna, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan.

2)      Harga (Price)

Harga sebagai salah satu unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Harga bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat, sehingga mempengaruhi omset pengambilan keputusan pembelian dan penjualan suatu perusahaan. Sumarni memberikan pengertian harga yaitu sejumlah uang yang dibutuhkan dan digunakan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari  produk dan pelayanannya. Harga merupakan alat ukur yang dinyatakan dalam bentuk uang untuk mendapatkan atau memiliki suatu barang atau jasa. Harga jual merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan pengambilan keputusan pembelian, sedangkan unsur lainnya menunjukkan biaya. Menurut Carthy, harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat harga, tingkat diskon, syarat pembayaran, dan tingkat diskriminasi harga diantara berbagai kelompok pelamggan. Harga menggambarkan besarnya rupiah yang harus dikeluarkan seorang konsumen untuk memperoleh satu buak produk dan hendaknya harga akan dapat dijangkau oleh konsumen.

Basu Swastha mengemukakan bahwa harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah produk atau jasa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan harga yakni biaya, keuntungan praktik saingan dan perubahan keinginan pasar. Besarnya jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan atau memiliki suatu barang ditentukan oleh kesepakatan antara pembeli dan penjual itu sendiri.

Tujuan penetapan harga produk yaitu untuk mendapatkan laba maksimum, mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada pengambilan keputusan pembelian bersih, mencegah atau mengurangi persaingan dan mempertahankan atau memperbaiki pangsa pasar. Perusahaan harus bijaksana dalam menetapkan harga suatu barang atau jasa karena variabel ini menjadi salah satu penentu bagi permintaan pasarnya. Tujuan ditetapkan harga pada sebuah produk adalah untuk mencapai hal-hal sebagai berikut:

a.    Mendapatkan posisi pasar. Misalnya penggunaan harga rendah untuk mendapatkan penjualan dan pangsa pasar.

b.    Mencapai kinerja keuangan. Harga-harga dipilih untuk membantu pencapaian tujuan keuangan seperti konstribusi laba dan arus kas. Harga yang terlalu tinggi mungkin tidak dapat diterima oleh para pembeli.

c.    Penentuan posisi produk. Harga dapat digunakan untuk mengingatkan citra produk, mempromosikan kegunaan produk, menciptakan kesadaran, dan tujuan penentuan posisi lainnya.

d.   Mempengaruhi persaingan. Manajemen mungkin ingin menghambat para pesaing yang sekarang untuk tidak dapat masuk kepasar atau untuk tidak melakukan pemotongan harga. Tujuan penetapan harga di atas memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Harga merupakan persoalan yang fundamental dalam bidang usaha baik bagi pembeli maupun penjual (produsen). Untuk mengadakan pertukaran atau mengukur nilai suatu barang atau produk, digunakan uang sebagai alat ukur dan jumlah uang yang digunakan dalam pertukaran mencerminkan harga dari barang atau produk yang ingin dibeli.

3)      Promosi (Promotion)

Tjiptono promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, yaitu aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Promosi dalam pemasaran bertujuan untuk menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan konsumen sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya.

Promosi selain mempunyai manfaat dalam memperkenalkan produk baru, juga penting sekali dalam hal mempertahankan selera konsumen untuk tetap mengkonsumsi produk yang sudah ada. Betapapun gencarnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan, perlu didukung oleh harga dan kualitas produk yang dipromosikan, sehingga tujuan perusahaan untuk mencapai volume penjualan serta market share akan dapat dicapai.

Swastha menyatakan bahwa promosi adalah arus informasi dan persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Dalam hal ini, perusahaan harus mampu menentukan atau memilih media yang dapat digunakan untuk menunjang sukses pemasaran. Jadi kegiatan tersebut perlu dikombinasikan, dikoordinir agar perusahaan dapat melakukan tugas pemasaran dengan baik, sehingga perusahaan tidak saja memilih kombinasi yang terbaik saja, tetapi juga mengkoordinir berbagai elemen dari marketing mix.

4)      Distribusi (Place)

Tjiptono mengemukakan bahwa ketika memilih saluran distribusi, perusahaan harus mengikuti kriteria 3C yaitu Channel Control, market Coverage dan Cost. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah pasar, produk, perantara dan perusahaan. Saluran distribusi pemasaran memegang peranan dalam membantu menyampaikan barang atau jasa dari pihak produsen kekonsumen. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi distribusi yaitu:

a.         Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan). Apabila keadaannya seperti ini, maka lokasi akan menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen, sehingga mudah dijangkau dengan kata lain harus strategis.

b.        Pemberi jasa mendatangi konsumen. Dalam hal ini lokasi distribusi tidak terlalu penting tetapi yang harus diperhatikan adalah pelayanan yang diberikan harus tetap berkualitas.

c.         Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung. Ini berarti service provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antara kedua belah pihak dapat terlaksana. Konsep bauran pemasaran (marketing mix) penting diperhatikan. Bauran pemasaran mengandung dua unsur yang terpisah tetapi memiliki hubungan yang erat, yakni :

a.       Target marketing, yaitu suatu kelompok konsumen yang homogen yang merupakan sasaran perusahaan.

b.      Marketing mix, yaitu variabel-variabel pemasaran yang dapat dikontrol yang akan dikombinasikan oleh perusahaan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Kedua unsur di atas memiliki hubungan yang erat karena target marketing merupakan suatu sasaran yang akan dituju sedangkan marketing mix (bauran pemasaran) merupakan alat untuk menuju sasaran tersebut yaitu meningkatkan kepuasan konsumen.


BAB III

GAMBARAN UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANGAN

CV.  SMILE HIDROPONIK (GREEN HOUSE )

 

3.1.    Letak dan Luas Lahan Praktek Lapangan

Letak CV. Smile Hidroponik (Green House)  berada di  Desa Karang Anyar, Kecamatan Darul Makmur, berjarak 31,4 km dari pusat Kota Kabupaten Nagan Raya, dengan keadaan tersebut yang jauh dari pusat kota dan masih kurangnya dengan informasi dan moderenisasi sayuran sawi hidroponik. Luas lahan usaha sayuran hidroponik ini sekitar 7 x 10  m2,   yang terdiri dari beberapa bagian yang dipisah sesuai dengan ukuran dan kesuburan sayuran. Bagian bagian tersebut antara lain yaitu kolam pembibitan awal, kolam usia sayuran remaja dan kolam usia panen.

Pada awalnya CV ini bergerak dalam bidang jasa pengetikan dan jasa fotography. Berawal dari hasil pencarian dari artikel peneltiian dan artikel pengembangan budidaya suatu tanaman yang tidak membutuhkan suatu lahan yang luas, maka pada saat itu CV ini memutuskan untuk mengembangkan suatu usaha budidaya sayuran dengan cara budidaya sayuran hidroponik. Berawal dari informasi yang di terima baik dari maasyarkat sekitar dan artikel mengenai pembudidayaan sayuran hidroponik tersebut, semakin besar pula keingingan untuk mendirikan rumah budi daya sayuran hidroponik yang diberi nama CV. Smile Hidroponik (Green House).

CV. Smile Hidroponik (Green House) merupakan cabang usaha baru di desa tersebut dan merupakan salah satu unit usaha di bidang komersial. CV. Smile Hidroponik sendiri memeiliki tempat budidaya terletak disamping gedung (toko) dan persis didepan rumah. CV. Smile hidroponik memiliki beberapa kolam dalam pembudidayaan sayuran hidroponik. Diantaranya adalah Kolam pembibitan pertma, kemudian kolam pembesaran sayuran dan kolam pasca panen.

 

3.2.   Kondisi  Umum CV. Smile Hidroponik (Green House)

 CV. Smile Hidroponik (Green house) berlokasi di Jalan Dusun Mangga, Desa Karang Anyar, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Aceh. CV. Smile Hidroponik memiliki lahan pembudidayaan sayuran hidroponik seluas 7 x 10 m2. Berada tepat dipinggir jalan utama dan jalan lorong. Adapun batas CV. Smile Hidroponik yaitu dengan jalan utama dan jalan lorong, selebihnya masih dalam ruang lingkup kawasan pribadi CV. Smile Hidroponik.

 CV. Smile Hidroponik (Green House) beriklim tropis sehingga sesuai dengan jenis sayuran yang diproduksi maka sayuran dapat tumbuh dengan baik dan segsr. Daerah yang memiliki musim hujan pada bulan Oktober – Maret dan musim kemarau pada bulan April - September. Topografi permukaan tanah relatif datar. Lokasi ini memeiliki suhu rata- rata 290C – 360C, kelembaban udara mencapai 75% serta curah hujan dengan rata-rata 28,84 mm/tahun.

 

3.3.       Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja

Tenaga kerja di CV. Smile Hidroponik (Green House) yang ada pada saat ini sebanyak  4 orang, terdiri dari pemilik usaha 1 orang, 2 orang sebagai tenaga kerja bagian budidaya (pembibitan dan penyemaian) dan 1 orang sebagai marketting, Pengurus pada CV. Smile Hidroponik (Green House) ditampilkan pada gambar sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 3.1.  Struktur Tenaga Kerja CV. Smile Hidroponik (Green Hoouse)


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1.       Teknik Budidaya Tanaman Sayur Sawi Hidroponik

4.1.1 Teknik Budidaya

CV. Smile Hidroponik meruapakan kegiatan UKM yang bergerak pada bidang budidaya tanaman hidroponik yang berupa sayura-sayuran. Teknik budidaya sayuran hidroponik terkhususnya sayuran sawi meliputi pembibitan, persemaian, pemeliharaan hingga proses pemanen/an.

A.    Pembibitan dan Persemaian

Kegiatan pembibitan/pengadaan benih merupakan salah satu factor penentu keberhasilan usaha tani, baik secara pada umumnya maupun secara hidroponik. Pembibitan/pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara mandiri (sendiri) atau membeli benih yang telah siap tanam. Pembibitan/pengadaaan benih dengan cara membeli akan memudahkan petani dalam pembibitan atau lebih praktis tanpa menggunakan jerih payah yang lebih dibandingkan dengan pembibitan secara mandiri (membuat sendiri).

Penyemaian dilakukan secara manual, biji/benih yang digunakan harus mempunyai kualitas yang baik dan melihat varietas, lama penyimpanan, kadar air dan suhu tempat penyimpanan. Kemudian biji/benih ditempatkan dalam wadah yang digunakan yaitu menggunakan gabus busa dengan ditabur satu persatu. Hal itu dilakukan untuk menghindari benih/biji yang berserakan atau terbuang secara sia-sia. Benih yang gunakan oleh CV. Smile Hidroponik adalah benih yang dijual di toko pertanian terdekat dengan merek romaine atau merek lainnya yang tersedia di toko pertanian terdekat. Luas kolam yang disediakan yaitu 1,65 m dengan panjang 2 m dan ketebalan ± 2 cm. Pengaliran unsur hara ini dilakukan dengan pompa air (otomatis), hingga seluruh media basah dan cukup tergenang, maka benih sayuran dapat ditabur. Penyebaran dilakukan secara meraa dengan ukuran jarak ± 10 cm, cara ini bertujuan untuk meningkatkan proses pertumbuhan dan untuk memudahkan bibit yang tumbuh dapat menerima cahaya matahari yang cukup dan dengan merata.

B.     Pemeliharaan

Pada saat umur sawi 3-4 minggu sejak benih mulai di semaikan, maka masuk dalam proses penanaman serta pemeliharaan. Untuk proses pemindahan tersebut dilakukannya pemisahan antara sawi yang sudah cukup umur yaitu 3-4 minggu (13-17 hari) dan pemilihan sawi yang sehat yang memiliki kualitas bagus. Bibit yang siap dipindahkan, kemudian diambil sampai ke perakaran. Kemudian dilakukan pembersihan pada bibit yang sudah diambil. Pembersihan tersebut bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada akar dan kotoran lain yang menempel pada saat proses pembibitan. Pemeliharaan bibit sayuran sawi tersebut yang sudah siap kemudian di pindahkan ketempat kolam yang disediakan dengan menggunaka Styrofoam. Styrofoam berukuran 1 m dengan 36 lubang tanam yang terdapat di Styrofoam tersebut dengan jarak per lubang ± 10 cm dan diameter ± 4 cm.

Selama masa pemeliharaan sangat penting untuk melakukan pemamtauan dan pengecekan terhadap tanaman yang meliputi penyiangan/pembubunan, pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu dan penyakit tanaman.

Penyiangan/pembubunan memiliki tujuan agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tidak langsung terpapar oleh sinar matahari. Setelah tanaman sawi tumbuh dengan baik kurang lebih 10 hari setelah proses pemindahan pemupukan juga perlu dilakukan. Pemupukan sendiri bertujuan unutk memberikan unsur yang diperlukan oleh tumbuhan seperti Nitrogen, Fosfor dan Kalium. Penambahan pupuk bisa dilakukan dengan cara pelarutan dalam air atau penaburan dalam media tumbuh.

Untuk penambahan pupuk dalam media tumbuh biasanya digunakan sebanyak 25 gram pupuk dalam larutan 1 liter sebelum proses penaburan  dalam media tanam. Pemupukan biasanya dilakukan 2 kali dalam satu bulan.  Dalam proses pemupukan perlunya pengontrolan setiap hari terhadap kandungan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.

C.     Pemanenan

Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu : dengan mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan dan ada juga yang memetik daunnya satu persatu.  Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto, 2007).

Pemanenan sayuran sawi pada CV. Smile Hidroponik dilakukan sendiri oleh produsen maupun para konsumen yang ingin membelinya dengan cara mencabut/mangambil langsung tanaman sayuran sawi sekligus akarnya. Usia tanaman sawi dapat dipanen pasca umur sawi mencapai umur 50-60 hari atau 2 bulan. Pemanenan sawi dilakukan sebelum tanaman sawi memasuki fase generative atau akan muncul bunga.

Pada proses pemanenan dilakukan pada pagi hari maupun sore hari. Hal itu dilakukan karena pada waktu tersebut sinar matahari tidak begitu terik sehingga hasil panen  tidak akan mengalami fluktuasi suhu yang besar. Dalam pemanenan tanaman sawi harus dengan cara hati-hati agar kondisi sayuran sawi tersebut tidak sampai patah maupun rusak/cacat. Sistem ini dilakukan dengan jalan para konsumen memilih tanaman yang besar-besar kemudian pembayarannya dihitung perikat.

CV. Smile Hidroponik (Green House) sangat memperhatikan kegiatan yang dilakukan pasca panen sayuran sawi dan sebelum dipasarkan ke konsumen atau mitra dagang. Kegiatan penanganan pasca panen terdiri dari penyortiran, penimbangan, pengemasan, penyimpanan hingga ke penditribusian.

4.2.       Manajemen Pemasaran Sayuran Sawi Hidroponik di CV. Smile  Hidroponik (Green House)

 

Dalam sistem manajemen pemasaran tanaman sayur hidroponik pada CV. Smile Hidroponik dibagi kedalam 4 tahap yaitu (Product, Price, Place dan Promotion)

4.2.1         Product (Produk)

Menurut Tjiptono (1997) produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Secara konseptual, produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas serta daya beli pasar.

Produk sayuran sawi hidroponik pada CV. Smile Hidroponik memiliki kualitas lebih baik dari pada sayuran sawi yang ditanam pada media tanah. Produk sayuran sawi hidroponik memiliki tekstur jauh lebih tebal dan jauh lebih subur dibandingkan dengan sawi yang ditanam pada media tanah. Rakhman, dkk (2015) menyatakan bahwa standar kualitas sawi hidroponik yang baaik adalah sayura sawi yang memiliki tinggi dengan rata-rata 9,1 cm – 24,6cm, jumlah daun 7,2 - 10,2 dengan waran yang hijau dan segar, panjang akar mencapai 10,6 cm - 28,6 cm secara berurutan dan memiliki bobot/berat 9,7 gr – 77,08 gr.

Produk yang diterapkan pada CV. Smile Hidroponik ini adalah dengan kriteria sayuran sawi yang bersih, berkualitas, memiliki daun yang tebal, warna yang hijau segar dan tekstur yang subur . Standar tersebut pun sudah diakui oleh konsumen yang sering membeli langsung di tempat produksi maupun di tempat mitra dagang CV. Smile Hidroponik. Disebalik itu CV. Smile Hidroponik pun sangat memperhatikan kondisi kesegaran sayuran sawi hidroponik sebelum proses pemasaran kepada komsumen agar dapat meningkatkan nilai tambah produk serta menjaga kondisi produk.

4.2.2.      Price (Harga)

Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah produk atau jasa (Basu Swastha, 2005). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan harga antara lain biaya, keuntungan praktik saingan dan perubahan keinginan pasar. Berkanaan dengan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat harga, tingkat diskon, tingkat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga diantara berbagai k4.elompok pelanggan. Tujuan untuk menetapkan harga produk yaitu untuk mendapatkan laba maksimum, mendapatkan penegembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada pengembalian keputusan bersih,  mencegah atau mengurangi pesaingan dan mempertahankan psang pasar. Pada CV. Smile hidroponik memiliki sistem dalam penetapan harga baik untuk konsumen langsung maupun agen. Sistem manajemen pemasaran terhadap harga sawi hidroponik dapat dilihat pada bagan gambar 4.1 berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 4.1. Bagan Majemen Pemasaran Harga Sawi Hidroponik Pada CV. Smile Hidroponik (Green House)

 

Konsumen produk sayuran sawi hidroponik pada CV. Smile Hidroponik sendiri adalah konsumen yang termasuk kategori menengah kebawah dan mengah keatas. Harga produk yang dijualpun bervarian tergantung kondisi dan kualitas paroduk sayuran sawi  pada CV. Smile Hidroponik, ada harga yang diatas rata-rata dan ada pula harga di bawah rata-rata.

Penentuan harga tersebut tentu saja didasarkan berbagai aspek. Baik dari aspek kualitas sayuran sawi  yang segar, subur, memliki tekstur yang tebal dan kualitas sayuran sawi yang buruk atau yang tidak dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Disebalik itu ada juga aspek biaya dalam pembuatan sayur hidroponik yang telah dikeluarkan maupun aspek dari kualitas produk yang dihasilkan. Dalam aspek biaya pembudidayaan sayuran sawi hidroponik tersebut didasari dari penghitungan biaya investasi, biaya tetap serta biaya variable.

Perhitungannya bila harga sawi dipasar lebih dari Rp. 1000, maka pedangan berani mengambil selisih Rp. 500,- sampai Rp. 750 per batang/ikat. Apabila harga sawi dipasar kurang dari Rp. 1.000, maka para pedagan berani selisis Rp. 250 sampai Rp.500 per batang/ikat (Fuad, 2010).

Harga yang ditetapkan di CV. Smile Hidroponik untuk setiap batang nya adalah Rp. 2.500 – Rp.5.000.  proses penjualan pada CV. Smile Hidroponik pun tergolong mudah dengan memenuhi keingingan konsumen yaitu menghimpun sayuran tersebut dan di hitung per rupiahnya ( Rp.10.000/4 batang sawi hidroponik). Harga produk sayur sawi hidroponik pada CV. Smile Hidroponik tergolong bersahabat dengan masyarakat ekonomi kelas bawah. Tujuan dari penetapan harga tersebutpun tidak terlepas dari analisa harga sayuran hidroponik dipasar dan referensi dari beberapa pihak.

Perbedaan harga pun akan terjadi jika kondisi produk sawi hidroponik ini tidak baik dan bagus, Kualitas sayuran sawi yang tidak baik atau bagus akan lebih murah harganya dibandingkan dengan kualitas sayuran sawi yang baik. Biasanya harga untuk kualitas sayuran sawi yang buruk sebesar Rp. 1000/5 batang sayuran sawi, namun ada juga dengan porsi pembelian dalam skala kiloan.

Pembelian dalam skala kiloan untuk kualitas sayuran sawi yang tidak bagus biasanya di peruntukan untuk pakan ternak maupun dipergunakan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk harga dalam skala kiloan pun relative rendah yaitu sebesar Rp. 5000/kg sayuran sawi hidroponik yang memiliki kualitas yang tidak bagus/baik. Pertimbangan harga tersebut pun berdasarkan kondisi produk dan harga competitor.

 

 

4.2.3.      Place (Saluran Distribusi)

Pada aspek place (saluran distribusi),  CV. Smile Hidroponik telah menjalankan rantai saluran dirtibusi dengan baik. CV. Smile Hidroponik yang berada di Desa Karang Anyar salah satu desa yang terletak ditengah desa (dihapit) oleh beberapa desa lainnya sangat memudahkan untuk arus distribusi produk sayuran sawi hidroponik.  

Lokasi ini pun sangat dekat dengan konsumen dan tidak terlalu jauh dengan pasar tradisional. Selain saluran distribusi secara langsung, CV. Smile Hidroponik juga menyalurkan produk sayur sawi hidroponik ke agen yang sudah bekerja sama dengan pihak CV. Smile Hidroponik untuk disalurkan/ didistribusikan ke konsumen diluar desa maupun kecematan.

4.2.4        Promotion (Promosi)

Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, yaitu aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Promosi dalam pemasaran bertujuan untuk menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan konsumen sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya (Tjiptono, 1997)

Basu Swastha (2005) menyatakan bahwa promosi adalah arus informasi dan persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Promosi selain mempunyai manfaat dalam memperkenalkan produk baru, juga penting sekali dalam hal mempertahankan selera konsumen untuk tetap mengkonsumsi produk yang sudah ada. Betapapun gencarnya kegiatan promosi yang dilakukan, perlu didukung oleh harga dan kualitas produk yang dipromosikan, sehingga tujuan perusahaan untuk mencapai volume penjualan serta market share akan dapat dicapai.

Dalam hal ini sistem promosi yang digunaka pada CV. Smile Hidroponik yaitu dengan cara menampilkan produk sayuran sawi hidroponik melalui media masa elektronik seperti facebook, instagram dan whatshap. Peliputan pada media massa yang dilakukan oleh CV. Smile Hidroponik mampu memberikan dampak yang luar biasa. Selain itu, sistem promosi pada media massa pun secara tidak langsung memberikan informasi dan sosialisasi terhadap tanaman hidroponik yang baik. Peliputan yang dilakukanpun sangat berpengaruh pada peningkatan jumlah pembeli sayuran sawi hidroponik, baik secara langsung datang ketempat produksi maupun membeli sayuran sawi hidroponik ke temapt agen yang terdekat.

           


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

5.1  Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil setelah melaksanakan kegiatan magang di CV. Smile Hidroponik  adalah sebagai berikut:

1.    Teknik budidaya hidroponik di CV. Smile Hidroponik meliputi pembibitan dan persemaian, pemeliharaan, pemanenan, sortasi, pengemasan, dan pemasaran atau pendistribusian.

2.    Manajemen pemasaran yang dilakukan oleh CV. Smile Hidroponik adalah terdiri dari empat konsep kegiatan pemasaran, yaitu produk (product), harga (price), saluran distribusi (place) dan promosi (promotion).

 

5.2  Saran

Saran yang dapat diberikan setelah melaksanakan kegiatan magang di CV. Smile Hidroponik adalah sebagai berikut:

1.    Pemanfaatan lahan kosong disekitar desa ataupun lahan kosong pribadi CV. Smile Hidroponik perlu ditingkatkan karena banyak lahan potensial yang sekarang ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk peningkatan proses produksi atau usaha.

2.    Perlu adanya pemanfaatan bagian-bagian tanaman yang terbuang pada proses pencucian dan paking untuk pakan ternak atau pupuk kompos sehingga ada produk keluaran lain yang bermanfaat selain sayuran segar yang telah ada selama ini.

3.    CV. Smile Hidroponik harus mengembangkan usahanya dengan cara selalu memperluas jaringan mitra usaha dan memperluas hubungan kerjasama dengan pihak-pihak konsumen agar hubungan usaha yang telah terjalin dapat dipertahankan dan dikembangkan.

4.    CV. Smile Hidroponik harus selalu memperhatikan dan meningkatkan kegiatan manajemen mutu yang telah diterapkan untuk mempertahankan kualitas mutunya dimata konsumen dan mitra, sehingga akan tercipta citra kualitas produk CV. Smile Hidroponik yang unggul.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Ardian. (2007). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Pada Berbagai Tipe Emitter dan Formulasi Nutrisi Hidroponik. Dinamika Pertanian, 22(3), 195–200.

Arifin, R. (2016). Bisnis Hidroponik Ala Roni Kebun Sayur. Jakarta: Agro Media Pustaka

Basu Swastha dan Irawan, (2005),. Asas-asas Marketing, Liberty, Yogyakarta.

Cahyono, B., (2003). Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. Hal : 12-62.

Fandy Tjiptono,. (1997).  Strategi Pemasaran, (Yogyakarta, ANDI, 1997), hal. 95

Fuad, Ahmad., (2010),. Budidaya Tanaman Sawi (Brassica Juncea. L). Laporna Praktek. Perputakanuns. Progran Studi Aribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertanaman. Universitas Sebelas Maret.

Hartus, T. (2008). Berkebun Hidroponik Secara Murah. Edisi IX. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

Haryanto, W. ; T. Suhartini dan E. Rahayu. (2003). Sawi dan Selada. Edisi Revisi Penebar Swadaya, Jakarta. Hal: 5-26

Indriasti, Ratna. (2013). Analisis Usaha Sayuran Hidroponik Pada PT Kebun Sayur Segar Kabupaten Bogor, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kotler, Philip. (2002),. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi Milenium, Jakarta : Prenhalindo.

Lakitan, B. (2004). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lingga, P. (2009). Hidroponik: Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Niaga Swadaya. Jakarta.

Mas’ud, H. (2009). Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng 2, 131- 136.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. (2013). Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Jakarta.

Rakhman A, Lanya B, Rosadi R.A Bustomi, Kadir M. Zen., (2015). Pertumbuhan Tanaman Sawi Menggunakan Hidroponik dan Akuaponik. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 4. No. 4 (245-254).

Rukmana, R., (2007). Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta. Hal: 11-35

Savaringga, Rendy. (2013). Strategi Pengembangan Usaha Cabai Paprika Hidroponik di Koperasi Petani Mitra Sukamaju Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suhardiyanto, H. (2011). Teknologi Hidroponik Untuk Budidaya Tanaman. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8405/4_teknologi_hi droponik_utk_budidya_tanaman_hery-suhar.pdf. [06/09/2017]

Sunarjono, H. H., (2004). Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal: 78-82.

Susila, Anas, D. (2013). Sistem Hidroponik. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

Soeseno, S. (1991). Bercocok Tanam Secara Hidroponik. Gramedia, Jakarta. 

Wibowo, S., dan S. Asriyanti. (2013). Aplikasi hidroponik NFT pada budidaya pakcoy (Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 3 (3): 159-167.

William J. Stanton, (2004), Fundamental of Marketing, 10th, ed, Tokyo: Mc- Graw Hill Kogakusha.

No comments:

Post a Comment