Friday 22 October 2021

MAKALAH PENDUGAAN UMUR TERNAK SAPI

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kebutuhan daging sapi yang setiap tahun makin meningkat menjadikan pemenuhan kebutuhan akan daging sapi tersebut selalu negatif yang artinya permintaan selalu lebih tinggi daripada penawaran daging sapi tersebut. Oleh sebab itu, usaha peternakan sapi potong perlu dikembangkan.

Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan sumber protein. Data Dirjen Peternakan (2005) menyebutkan bahwa produksi daging sapi 463.800 ton dan daging sapi merupakan sumber daging yang paling digemari masyarakat Indonesia setelah daging unggas. Peningkatan produktivitas sapi bisa dilakukan dengan cara pemeliharaan dan budidaya yang baik. Ukuran keberhasilan manajemen pemeliharaan sapi adalah dengan melihat produktivitas sapi tersebut.

Bobot badan sapi merupakan salah satu indikator produktivitas ternak yang dapat diduga berdasarkan ukuran linear tubuh sapi meliputi lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan (Kadarsih, 2003). Peternak umumnya menggunakan bobot hidup sapi sebagai ukuran keberhasilan pemeliharaan dan pertumbuhan sapi yang telah dipelihara apakah sesuai dengan harapan. Bobot hidup juga merupakan salah satu penentu harga seekor sapi dalam bidang pemasaran

Penilaian keadaan individual sapi potong yang akan dipilih sebagai sapi potong bibit atau bakalan, pada prinsipnya berdasarkan pada umur, bentuk luar tubuh, daya pertumbuhan, dan temperamen. Sejarah sapi yang berkaitan dengan penyakit sangat dianjurkan juga apabila memungkinkan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Pendugaan Umur Ternak

Umur sapi dapat diketahui dengan melihat keadaan gigi serinya. Gigi seri sapi hanya terdapat di rahang bawah. Semenjak lahir, gigi seri sapi sudah tumbuh. Gigi secara bertahap pada umur tertentu akan tanggal sepasang demi sepasang, berganti dengan gigi seri yang baru. Gigi seri yang pertama atau gigi yang sudah tumbuh semenjak sapi lahir ini disebut gigi susu, sedangkan gigi seri baru yang menggantikan gigi susu tadi disebut gigi tetap. Pemunculan setiap pasang gigi berlangsung kira-kira pada waktu yang sama dari kehidupan dan dengan demikian merupakan indikasi dari umur ternak yang mungkin dapat diperiksa dari gigi-gigi mereka. Sepanjang mengenai sapi indikasi tersebut merupakan perkiraan sebab perbedaan umur sebanyak 16 bulan mungkin didapat pada sapi dengan melihat gigi pada tahap perkembangan yang sama. Perbedaan pada tingkat ini adalah tidak biasa tetapi penilaian harus dibuat untuk variasi sampai 6 bulan (Williamson and Payne, 1993). Gigi seri sapi mudah diperiksa dan karena itu pada gigi tersebut perhatian dibatasi, tahapan perkembangan dari gerakan dicatat, hanya bila fakta-fakta selanjutnya yang pasti diperlukan. Setiap sisi dari rahang bawah terdapat 4 gigi seri atau gigi depan dan 6 gigi geraham pada sapi dewasa. Gigi pada rahang atas terdapat jumlah yang sama dari geraham tetapi tanpa gigi seri (Williamson and Payne, 1993).

Pertumbuhan gigi sapi bisa dibedakan menjadi 3 fase, yakni fase gigi susu, fase di mana gigi yang tumbuh semenjak lahir sampai gigi itu berganti dengan gigi yang baru; fase pergantian gigi, yaitu dari awal pergantian sampai selesai, dan fase keausan yaitu fase di mana gigi tetap mengalami keausan (Murtidjo, 1992). Sapi yang memiliki gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar kurang lebih 1,5 tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 2 tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 3 tahun. Sapi yang memiliki gigi  tetap  tiga  pasang  pada cormahmaintgtobuaswerah,  mempunyai  usia  sekitar  3,5 tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 4 tahun. Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 25% bagian telah aus, mempunyai usia sekitar 6 tahun. Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 50% bagian telah aus, mempunyai usia sekitar 7 tahun. Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 75% bagian telah aus, mempunyai usia

 

2.2 Pendugaan Umur Melalui Gigi

Penafsiran umur dengan melihat perkembangan dan pergantian gigi seri serta terasahnya gigi seri (permanen). Pada pedet terasahnya gigin tidak seberapa karena makanannya hanya diberi air susu, sedangkan pada sapi dewasa terasahnya lebih banyak karena pakannya dalam bentuk keras (Herren, 2012).

Ternak ruminansia tidak mempunyai gigi taring. Gigi seripun hanya terdapat pada rahang bawah. Sedangkan rahang atas hanyalah berupa bantalan tenunan pengikat yang kuat. Gigi geraham terdapat pada kedua rahang. Jumlah gigi seri ada 4 pasang (8 buah) geraham depan 12 buah dan geraham belakang ada 12 buah. Jadi jumlah gigi domba yang lengkap ada 32 buah. Gigi seri yang tumbuh pada umur muda disebut gigi seri susu. Gigi susu ini kecil dan agak tajam serta tumbuhnya agak renggang satu sama lain. Gigi seri susu ini sifatnya hanya sementara. Karena pada suatu saat akan tanggal (rontok) dan digantikan dengan gigi seri tetap.

Pergantian gigi seri susu dan gigi seri tetap ini yang digunakan untuk menaksir umur ternak. Sedangkan pada ternak tua ditaksir berdasarkan keausan gigi seri ini, berhubungan dengan kondisi pakan. Ternak yang dilepas/diangon, gigi serinya relatif lebih cepat tanggal atau aus dari pada tenrak yang dikandangkan.

Menentukan umur ternak domba kurang dari 1 tahun jumlah gigi seri tetap belum ada. Namun memiliki gigi susu. Sepasang gigi tetap (sebanyak 2 buah) umur ternak domba kurang lebih 1 sampai dengan 2 tahun. Dua pasang gigi tetap (4 buah gigi tetap) menandakan umur tersebut 2-3 tahun. Juga pasang gigi tetap (6 buah) berumur 3-4 tahun. Jika ternak memiliki empat pasan ggigi tetap (8 buah) harus berumur 4-5 tahun. Tetapi jika gigi tetap aus dan mulai lepas maka ternak tersebut berumur diatas 5 tahun.

Prinsip taksiran dari gigi adalah memperhitungkan pertumbuhan, penggantian dan keausan gigi ternak. Pertumbuhan gigi ternak terbagi tiga periode yaitu, periode gigi susu, periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetapserta periode kausan gigi tetap.

Secara umum sejak umur 6 bulan, tanduk sapi normal akan tumbuh dan secara bertahap pada dasar tanduk akan terlihat lingkaran-lingkaran yang mengelilingi.Pada sapi betina yang secara teratur melahirkan , dapat dilihat jelas pertumbuhan tanduknya. Maka pedoman memberikan taksiran umur sapi betina dewasa adalah banyaknya lingkaran pada tanduk ditambah 4 tahun. Namun untuk sapi jantan dapat dihitung jumlah lingkaran pada tanduk ditambah 5 tahun. Yang perlu diingat adalah penaksiran dengan metode lingkar tanduk ini hanya dapat digunakan pada sapi dewasa, maka perlu dilengkapi dengan taksiran dengan metode gigi sapi.

 

·       Pendugaan umur

     cara-cara penafsiran umur ternak tersebut, yaitu :

1.    Taksiran dengan Metode Gigi.

          Penafsiran umur dengan melihat perkembangan dan pergantian gigi seri serta terasahnya gigi seri (permanen). Pada pedet terasahnya gigin tidak seberapa karena makanannya hanya diberi air susu, sedangkan pada sapi dewasa terasahnya lebih banyak karena pakannya dalam bentuk keras (Poespo, 1986).

     Ternak ruminansia tidak mempunyai gigi taring. Gigi seripun hanya terdapat pada rahang bawah. Sedangkan rahang atas hanyalah berupa bantalan tenunan pengikat yang kuat. Gigi geraham terdapat pada kedua rahang. Jumlah gigi seri ada 4 pasang (8 buah) geraham depan 12 buah dan geraham belakang ada 12 buah. Jadi jumlah gigi domba yang lengkap ada 32 buah.

      Gigi seri yang tumbuh pada umur muda disebut gigi seri susu. Gigi susu ini kecil dan agak tajam serta tumbuhnya agak renggang satu sama lain. Gigi seri susu ini sifatnya hanya sementara. Karena pada suatu saat akan tanggal (rontok) dan digantikan dengan gigi seri tetap. Pergantian gigi seri susu dan gigi seri tetap ini yang digunakan untuk menaksir umur ternak. Sedangkan pada ternak tua ditaksir berdasarkan keausan gigi seri ini, berhubungan dengan kondisi pakan. Ternak yang dilepas/diangon, gigi serinya relatif lebih cepat tanggal atau aus dari pada tenrak yang dikandangkan. Menentukan umur ternak domba kurang dari 1 tahun jumlah gigi seri tetap belum ada. Namun memiliki gigi susu. Sepasang gigi tetap (sebanyak 2 buah) umur ternak domba kurang lebih 1 sampai dengan 2 tahun. Dua pasang gigi tetap (4 buah gigi tetap) menandakan umur tersebut 2-3 tahun. Juga pasang gigi tetap (6 buah) berumur 3-4 tahun. Jika ternak memiliki empat pasan ggigi tetap (8 buah) harus berumur 4-5 tahun. Tetapi jika gigi tetap aus dan mulai lepas maka ternak tersebut berumur diatas 5 tahun.

     Prinsip taksiran dari gigi adalah memperhitungkan pertumbuhan, penggantian dan keausan gigi ternak. Pertumbuhan gigi ternak terbagi tiga periode yaitu, periode gigi susu, periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetapserta periode kausan gigi tetap.

2.      Taksiran dengan Metode Tanduk.

Poespo (1986) menyatakan bahwa keadaan cincin tanduk dapat digunakan untuk menafsirkan umur sapi. Rumus yang digunakan yaitu :Y = X + 2 Dimana Y merupakan umur sapi, X merupakan jumlah cincin tanduk dan 2 merupakan koefisien rata-rata sapi bunting pada umur 2 tahun.

     Tiap cincin tanduk berhubungan erat dengan kelahiran, periode laktasi dan jalannya pemeliharaan. Sesudah selesai periode kebuntingan pertama, pangkal tanduknya timbul suatu alur melingkar dan selanjutnya setiap kali bunting hal demikian akan terjadi lagi. Pengaruh pencemaran, penyakit dan musim panas menyebabkan cincin tanduk kelihatan dangkal dan tidak terang.

     Secara umum sejak umur 6 bulan, tanduk sapi normal akan tumbuh dan secara bertahap pada dasar tanduk akan terlihat lingkaran-lingkaran yang mengelilingi.Pada sapi betina yang secara teratur melahirkan , dapat dilihat jelas pertumbuhan tanduknya. Maka pedoman memberikan taksiran umur sapi betina dewasa adalah banyaknya lingkaran pada tanduk ditambah 4 tahun. Namun untuk sapi jantan dapat dihitung jumlah lingkaran pada tanduk ditambah 5 tahun. Yang perlu diingat adalah penaksiran dengan metode lingkar tanduk ini hanya dapat digunakan pada sapi dewasa, maka perlu dilengkapi dengan taksiran dengan metode gigi sapi.

            Adapun untuk menentukan umur sapi yang perlu diperhatikan adalah kondisi gigi yang meliputi pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri tetap, perecupan gigi seri, pergesekan, dan bintang gigi. Jika gigi seri susu I1 sudah berganti dengan gigi seri tetap dan sudah merecup, berarti umur sapi 2 tahun. Jika gigi seri susu I2 sudah berganti dan merecup, berarti umur sapi 3 tahun. Jika gigi seri susu I3 sudah berganti dan merecup, umur sapi 3,5 tahun. Jika semua gigi seri telah berganti (I4) dan merecup, umur sapi 4 tahun. Jika I4 ada tanda pergesekan, berarti umur sapi 5 tahun. (Timan 2003).
Menurut Tabrany (2001) hewan yang cukup umur akan menghasilkan daging yang berprotein tinggi dengan kadar asam amino yang lengkap, mudah dicerna, begitu pula teksturnya empuk. Sedangkan ternak yang belum cukup umur akan menghasilkan daging yang lembek dan menyebabkan rasa daging relatif tidak lezat.

·       Pendugaan Bobot Badan

Eksterior  adalah suatu cara untuk mengetahui tingkat prestasi suatu ternak melalui pengamatan morfologi (secara visual) untuk menentukan baik atau tidaknya ternak tersebut. Menurut Menurut Supiyono (1995), eksterior atau tilik ternak adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk tubuh dari luar untuk menentukan atau meramalkan prestasi dari suatu ternak.

eksterior digunakan salah satunya untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan untuk menentukan pekiraan bobot (berat) badan suatu ternak tersebut. dalam hal ini tilik ternak pada sapi dilakukan dengan cara mengukur bagian – bagian tertentu pada tubuh sapi tersebut.( Anonimous, 2010)

Dalam pengukuran, disarankan berdiri dengan jarak 2 meter dari sapi yang akan diukur. Selanjutnya, memulai pengukuran dari depan kemudian mengitari sisi sebelah kiri dan kanan mengelilingi seluruh tubuh hewan. Pengukuran ternak sapi yang kami lakukan adalah pada daerah-daerah tertentu saja seperti panjang badan, tinggi badan, lebar dada.( Kartasudjana Ruhyat, 2001) Pada perhitungan selanjutnya dilakukan perhitungan bobot badan sapi dengan menggunakan rumus Schoort.  

Panjang badan pada sapi jantan diukur dari awal kaki depan sapi sampai ke kaki belakang sapi. Pada sapi jantan, memiliki panjang badan 102 cm.   pada pengukuran tinggi gumba di ukur pada bagian tertinggi pada tubuh sapi ini diukur pada bagian depan sapi. Tinggi gumba sapi ini yaitu sapi jantan 107 cm. Lebar dada diukur dengan mengelilingi pita ukur poada bagian dada sapi, yaitu sapi jantan 133 cm.

hal ini sesuai dengan (Djagra, 2009) bahwa Lingkar dada, Lingkaran yang diukur pada dada serta merta atau persis dibelakang siku, tegak lurus dengan sumbu tubuh. Sedangkan berat (bobot) badan sapi dikur dengan perhitungan rumus Schoorl dengan memanfaatkan pengukurn lingkar dada, dan didapat bahwa perkiraan bobot badan sapi jantan ini yaitu

 Faktor – faktor yang mempengaruhi bobot badan ternak adalah genetic, lingkungan, jenis kelamin, pakan, manajemen dan lingkungan. Sapi jantan pada keadaan normal akan tumbuh lebih besar daripada sapi betina. Karena dilihat dari berbagai macam aspek seperti genetik, pakan, manajemen dan lingkungan, sapi bali ini mendapatkan perlakuan yang sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa factor yang mempengaruhi perbedaan ukuran tubuh sapi ini adalah faktor jenis kelamin.

Hal ini sama seperti yang duingkapkan (Santosa: 2008)  bahwa Ternak jantan tumbuh lebih cepat dari pada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar dari pada ternak betina.

 


BAB III

PENUTUP

 

5.1 Kesimpulan

·         Penafsiran umur ini dapat dilihat menggunakan metode pengamatan pada pergantian dan keterasahan gigi seri, wawancara dengan pemillik ternak, recording, mengamati saat jatuhnya tali pusar, dan munculnya cincin tanduk serta melihat pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya.

·         Pertumbuhan gigi ternak terbagi tiga periode yaitu, periode gigi susu, periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetapserta periode kausan gigi tetap.

·         Metode visual adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsir berat badan dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik, kemudian kita menafsir berat sapi tersebut.

·         Eksterior  adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk tubuh bagian luar untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternak. Dengan ilmu tilik ini juga dapat memperkirakan bobot badan sapi. Bagian tubuh sapi yang diukur yaitu panjang badan, tinggi badan dan lebar dada . Untuk memperkirakan bobot badan sapi, menggunakan rumus Schoorl.

·         Banyak faktor yang mempengaruhi  tumbuh kembang ternak. Faktor – factor tersebut antara lain genetic, pakan, lingkungan, umun dan jenis kelamin serta manajemen pemeliharaan.


DAFTAR PUSTAKA

 

Anonimous, 2010. Penilaian EksteriorTubuh. http://webcache.googleusercontent. wordpress.com/2008/01/10/penilaian-eksterior-tubuh ternak.

Djagra, I.B. 2009. Diktat Ilmu Tilik Sapi Potong. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar..

Gafar, 2007. Rumus untuk menetukan bobot badan kambing, domba dan sapi sebagai hewan ternak. Kanisius. Yogyakarta.

Hasnudi, 1997. Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging. Medan: FP-USU.

Herren, 2012. Penafsiran Umur. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Pajajaran.

Kartasudjana Ruhyat. 2001. Teknik Pendugaan bobot badan Ternak Ruminansia. Jakarta: Modul Program Keahlian Budaya Ternak.

Kordi.H.M.Z.danYunus S,1999. Parameter kualitas kandang yang baik dan pengaruhnya bagi ternak. penerbitkaryaanda, Surabaya

Nguntoronadi, 2010. TilikTernak. http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik-ternak.

Poespo, 1986Tafsiran Metode Gigi dan Metode Tanduk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Santosa, U. 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Jakarta: Penebar Swadaya.

Santosa, U. 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Supiyono, 1995. Ilmu yang mempelajari bentuk tubuh ternak dari luar. Yogyakarta: Kanisius.

Tabrany, 2001. Pemilihan Dan Penilaian Ternak Sapi Potong Calon Bibit.http://disnaksulsel.info. Sulawesi Selatan.

Timan, 2003. Pendugaan umur melalui gigi dan tanduk pada hewan ruminasia. Penerbitkanisius,Yogyakarta.

Untung, 1996. Sanitasi ternak yang sehat. Puspa swara. jakarta

 

 

No comments:

Post a Comment