Monday 11 April 2022

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Definisi

Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg Tekanan darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekana yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stoke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masi dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sitolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Lansia yang mengalami gangguan hipertensi dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh lansia.Semakin tinggi usia lansia, maka rentan postur tubuh akan terjadi keseimbangan yang buruk terhadap lanjut usia. (Kurniawan and Sulaiman,2019).

Menurut (WHO, 2013 dalam Paisey, 2017) Hipertensi adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh darah vascular.Semakin tinggi tekanan darah maka semakin keras jantung bekerja. Tekanan darah dapat dibagi menjadi beberapa kategori menurut laporan the Eighth Joint National Committee (JNC 8), yaitu normal (di bawah 120/80 mmHG), prahipertensi (dari 120/80 mmHG sampai 139/89 mmHG), hipertensi tingkat I (dari 140/90 mmHG sampai 159/99 mmHG), hipertensi tingkat II (melebihi 160/100 mmHG).

Menurut WHO (World Health Organization) di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia juga menempati peringkat ke-2 dari 10 penyakit terbanyak (Kurniawan and Sulaiman, 2019)

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil data Riskesdas 2018 berdasarkan karakteristik pada usia 18-24 tahun dengan jumlah penderita hipertensi sebanyak 13,2% dan pada usia 25-34 tahun dengan jumlah penderita hipertensi 20,1% selanjutnya pada usia 35-44 tahun sejumlah 31,6% dan pada usia 45- 54 tahun jumlah penderita hipertensi semakin meningkat dengan jumlah 45,3% dan pada usia 55-64 tahun dengan jumlah 55,2% penderita hiertensi sedangkan pada usia 65-74 tahun sebanyak 63,2% dan pada usia 75 ke atas sebesar 69,5% penderita hipertensi (Kemenkes RI,2018)

 

B.     Etiologi

Etiologi hipertensi tersering adalah penyakit renovaskular. Jika  tidak ditemukan penyebab sekunder maka hipertensi tersebut tergolong hipertensi essential. [3]

Tabel 1. Etiologi Hipertensi Sekunder

Penyebab

Prevalensi

Penyakit renovaskular

5%-34%

Obstructive sleep apnea

25-50%

Aldosteronism primer

8-20%

HT diinduksi obat atau alcohol

2-4%

Hipertiroid

<1%

Pheochromocytoma

0,1%-0,6%

Sindrom cushing

<0,1%

 

Faktor Risiko

Faktor risiko hipertensi terdiri atas faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.

Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah

Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi faktor genetik dan penuaan.

§  Genetik: Studi genomic terbaru menemukan 107 lokus gen yang berperan dalam regulasi tekanan darah.[11] Studi genomik dengan sampel meliputi populasi Eropa, Asia Tenggara dan Asia Timur menunjukkan polimorfisme pada 12 lokus gen secara signifikan berkontribusi terhadap fenotip hipertensi. Pada populasi Asia, studi terhadap 1136 etnis china menyimpulkan polimorfisme nukleotida gen SORBS1 secara signifikan berasosiasi dengan timbulnya hipertensi.

§  Penuaan : Pada populasi lanjut usia studi menunjukkan TD diastolik menetap atau mulai menurun sedangkan TD sistolil meningkat. Hal ini menunjukkan kekakuan progresif pada pembuluh darah yang mungkin mengakibatkan hipertensi. Kekakuan diduga terkait fragmentasi serta penurunan kadar serat elastin dan peningkatan deposisi kolagen yang lebih kaku, penurunan kadar nitrit oxide, peradangan, serta disfungsi neurohormonal (peningkatan sensitivitas terhadap garam, peningkatan aldosterone, peningkatan saraf simpatis).

Faktor Risiko Yang Dapat Diubah

Faktor risiko yang dapat diubah meliputi faktor sosioekonomi, serta perilaku dan pola hidup.

§  Sosioekonomi : Faktor sosioekonomi meliputi globalisasi, urbanisasi, tingkat stress, pendidikan serta pendapatan.

§  Perilaku dan Pola hidup  : Pola hidup meliputi diet tinggi garam, inaktivitas fisik hingga obesitas. Perilaku terkait kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol berlebihan.

 

 


 

C.    Patofisiologi

 

Description: C:\Users\acer\Pictures\Capture.PNG

 


 

D.    Manifestasi Klinis

Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan. tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

 

E.     Komplikasi

1.      Stroke

2.      Infark miokard

3.      Gagal ginjal

4.      Gagal jantung

5.      Kerusakkan mata

 

F.     Pemeriksaan penunjang

1.   Hemoglobin / hematokrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor–factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

2.   BUN

Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)

3.   Kalium serum

Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

4.  Kalsium serum           

Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi\

5.   Kolesterol dan trigliserid serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )

 

 

6.  Pemeriksaan tiroid

Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

7.  Kadar aldosteron urin/serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )

 

G.    Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.  Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi.

1.      Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a.          Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

·         Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

·          Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

·          Penurunan berat badan

·         Penurunan asupan etanol

·          Menghentikan merokok

b.       Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.

c.     Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1.      Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.  Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2.       Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

3.       Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

 

H.    Pencegahan

1.      Mengurang kosumsi garam (jangan melebihi 1 sendok perhari)

2.      Melakukan aktivitas fisik teratur (seperti jalan kaki 3km/olah raga 30

Menitperhati5x/minggu)

3.      Tidak merokok dan menghindari asap rokok

4.      Mempertahankan berat badan ideal

 


 

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

 

A.  Perkajian

1.      Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, antara lain: kegemukan, riwayat keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok sigaret berat, penyakit ginjal, terapi hormon kronis, gagal jantung, kehamilan.

2.      Aktivitas/ Istirahat, gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

3.      Sirkulasi, gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda: kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.

4.      Integritas Ego, gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

5.      Eliminasi, gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).

6.      Makanan/cairan, gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir-akhir ini (meningkat/turun) dan riwayat penggunaan diuretik. Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.

7.      Neurosensori, gejala: keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, sub oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam), gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis). Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.

8.      Nyeri/ketidak nyamanan, gejala: angina (penyakit arteri koroner/keter lambatan jantung), sakit kepala.

9.      Pernafasan, gejala: dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda: distres

10.  . pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan. (krakties/mengi), sianosis.

11.  Keamanan, gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

 

B.       Diagnosa keperawatan

1.      Nyeri kronis

2.      Gangguan mobilitas fisik

3.      Defisit pengetahuan

4.      Resiko jatuh

 

C.      Intervensi keperawatan

Adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien /tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan (deswani,2009)

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment