Saturday 18 December 2021

ASKEP PALIATIF CARE PADA ANAK

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

 

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A.   Latar Belakang........................................................................................ 1

B.   Rumusan Masalah.................................................................................... 2

C.   Tujuan...................................................................................................... 3

 

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 4

A.   Konsep Perawatan Palliative Care........................................................... 4

B.   Tahap-tahap Menjelang Ajal.................................................................... 7

C.   Konsep Paliative Care Pada Anak........................................................... 8

D.   Asuhan keperawatan Palliative Care..................................................... 10

1.    Pengkajian...................................................................................... 10

2.    Diagnosa Keperawatan.................................................................. 13

3.    Intervensi........................................................................................ 13

4.    Evaluasi.......................................................................................... 15

 

BAB. III PENUTUP............................................................................................ 16

A.   Kesimpulan............................................................................................ 16

B.   Saran...................................................................................................... 16

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Perawatan paliative care adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui indetifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,sosial,atau spiritual (World Health Organization (who), 2016).

Menurut WHO (2016), penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif seperti penyakit kardiovascular dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan paliatif sekitar 40-60%. Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karnakan penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif, kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Menurut Baxter, et al 2014).

Perawatan paliatif pada anak merupakan suatu pendekatan aktif dan peduli secara penuh, dari tegaknya diagnosis, sepanjang hidup, hingga kematian anak. Hal ini mencakup pendekatan secara fisik, emosional sosial, spiritual dan berfokus pada peningkatan kualitas hidup bagi anak dan dukungan bagi keluarga. Perawatan paliatif pada anak dirancang untuk memenuhi kebutuhan unik dan khusus anak dengan kondisi yang mengancam jiwa seperti kanker, distrofi otot, cystic fibrosis, masalah otak parah komplikasi dari prematuritas dan cacat lahir serta gangguan langka. (Association for, Children’s Paliative Care 2017).

Perawatan paliatif pada anak memiliki aspek khusus yang harus diperhatikan yaitu semua kebutuhan anak disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan oleh perawat agar dapat menyesuaikan cara berkomunikasi yang efektif dan perawatan yang sesuai serta evaluasi yang tepat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Komunikasi yang efektif akan membantu dalam mengatasi keluhan anak (Morgan,2015).

Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sakratul maut adalah sesuatu yang ditakuti manusia sehingga dilakukan upaya untuk menghindarinya dengan melakukan pengobatan. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim) Rasulullah SAW bersabda “Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kamu berbicara baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan”.

Pelayanan perawatan paliatif yang diberikan memiliki beberapa aspek yaitu:  fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Aspek fisik dalam perawatan meliputi pemberian asuhan terhadap reaksi patofisiologis seperti nyeri, gejala lain dan efek samping yang dialami pasien. Aspek sosial dalam perawatan 3 yaitu:  memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan komplikasinya, gejala, efek samping dari pengobatan seperti kecacatan yang berpengaruh terhadap hubungan interpersonal, kapasitas pasien untuk menerima dan kapasitas keluarga untuk menyediakan kebutuhan perawatan. Aspek psikologis yaitu memberikan asuhan terhadap reaksi seperti depresi, stress, kecemasan, serta pelayanan terhadap proses berduka dan kehilangan. Aspek spiritual dalam perawatan meliputi pemberian asuhan terhadap masalah keagamaan seperti harapan dan ketakutan, makna, tujuan, kepercayaan tentang kehidupan setelah kematian, rasa bersalah, pengampunan dan kehadiran rohaniawan sesuai keinginan pasien dan keluarga.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana konsep perawatan palliative care?

2.      Bagaimana tahap-tahap kematian?

3.      Bagaimana asuhan keperawatan palliative care?

 

 

 

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui konsep perawatan palliative care

2.      Untuk mengetahui tahap-tahap kematian

3.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan palliative care

 

Ø  Tujuan umum

1.      Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat dalam perawatan paliatif care pada anak

 

Ø  Tujuan khusus

1.      Untuk mengetahui prinsip paliatife care pada anak

2.      Untuk mengetahui peran perawat paliatife care pada anak

 

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Konsep Perawatan Palliative Care

1.      Pengertian perawatan palliative care

Menurut WHO (2016) menyatakan bahwa palliative care bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup antara pasien dan keluarga yang memghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat menfancam jiwa, melalui pencegahan dan penidaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain seperti fisik, psikososial dan spiritual. Kualitas hidup pasien yang dimaksud adalah keadaan pasien yang dimaksud adalah keadaan pasien yang di persepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya, dimensi dari kualitas hidup yaitu gejala fisik, kemampuan fungsional (aktivitas), kesehjateraan keluarga, spiritual, fungsi, sosial, kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan). Orientasi masa depan, kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri, serta fungsi dalam bekerja.

Perawatan palliative care pada anak merupakan suatu pendekatan aktif dan peduli secara penuh, dari tegaknya diagnosis sepanjang hidup hingga kematian anak. Hal ini mencakup pendekatan secara fisik, emosional, sosial, spiritual dan berfokus pada peningkatan kualitas hidup bagi anak dan dukungan bagi keluarga. Perawatan palliative pada anak dirancang untuk memenuhi kebutuhan unik dan khusus anak dengan kondisi yang mengancam jiwa seperti kanker, distrofi otot, cystic fibrosis, masalah otak parah, komplikasi dari prematuritas dan cacat lahir serta gangguan langka (Association for chilrdren’s paliative care, 2009).

Perawatan palliative melibatkan pendekatan multidisiplin untuk penatalaksanaan penyakit terminal atau proses munuju kematian yang berfokus pada interaksi kompleks antara masalah fisik, emosional, sosial, dan spiritual. Intervensi perawatan palliative tidak berfungsi untuk mempercepat kematian, namun memberikan penalaksanaan nyeri dan gejala, memberi perhatian pada berbagai masalah yang dihadapi anak dan keluarga dengan tidak mengabaikan kematian dan menjelang ajal, dan meningkatkan fungsi serta kualitas hidup yang optimal selama sisa waktu yang dimiliki anak (wong et al 2009)

 

2.      Fokus perawatan palliative care

Fokus perawatan paliiative care adalah peredaman rasa sakit dan gejala serta stres akibat penyakit kritis seperti kanker stadium lanjut, perawatan palliative dapat dilakukan segera setelah diputuskan terapi yang akan diterima klien bersifat palliative sampai pasien meninggal. Perawatan ini mencakup perawatan holistik bagi pasien dan keluarganya serta pemberian informasi terkini sehingga mereka dapat mengambil keputusan ketika dihadapkan pada peristiwa anggota keluarganya akan meniggal. Melalui pengawasan, keluarga maupun teman terdekat dapat membantu memberikan perawatan palliative pada penderita.

Perawatan spesialis berlanjut setelah kematian pasien sampai anggota keluarga yang berduka telah memulai proses pemulihan, perawatan palliative merupakan kombinasi unik dukungan di rumah sakit, hospice, day-centre (tempat perawatan lansia dan orang gangguan jiwa), dan dirumah masing-masing untuk memenuhi kebutuhan individual pasien dan keluarganya.

 

3.      Ruang lingkup perawatan palliative care

Jenis kegiatan perawatan palliative menurut keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor 812/menkes/sk/VII/2007 tentang kebijakan lingkup kegiatan perawatan palliative care meliputi

a.    Pengelolaan keluhan nyeri

b.    Pengelolaan keluhan fisik lain

c.    Asuhan keperawatan

d.   Dukungan psikologis

e.    Dukungan sosial, kultural dan spiritual

f.     Dukungan persiapan dan selama masa duka cita

Perawatan palliative dapat dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, rawat kunjungan/rawat. Perawatan palliative dapat dilaksanakan melalui pendekatan sebagai berikut :

a.    Menyediakan bantuan untuk rasa sakit dan gejala lain yang mengganggu nya

b.    Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang mormal

c.    Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian

d.   Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien.

e.    Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang menganggu

 

4.      Peran spiritual palliative care

Beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis dalam agama dan keyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam penyakit fisik yang serius. Profesional kesehatan yang memberikan perawatan medis menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan spiritual dan keagamaan  pasien (Woodruff, 2004).

Sebuah pendekatan kasih sayang akan meningkatkan kemungkinan pemulihan atau perbaikan, dalam contoh terburuk, ia menawarkan kenyamanan dan persiapan untuk individu melalui proses traumatis penyakit terakhir sebelum kematian. Studi pasien dengan penyakit kronis atau terminal telah menunjukan kejadian insiden tinggi depresi dan gangguan mental lainnya. Dimensi lain menunjukkan bahwa tingkatan depresi sebanding dengan tingkat keparahan penyakit dan hilangnya fungsi tambahan. Sumber depresi adalah sekitar isu yang berkaitan dengan spiritualitas dan agama.

Studi lain menunjukan bahwa persentase yang tinggi dari pasien diatas usia 60 tahun menemukan hiburan dalam ketekunan beragama yang memberi mereka kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi kehidupan, sampai batas tertentu. Kekhawatiran disaat sakit parah mengasumsikan berbagai bentuk seperti hubungan seseorang dengan Allah, takut akan neraka dan perasaan ditinggalkan oleh komunitas keagamaan mereka. Sering menghormati dan memvalidasikan individu pada dorongan agama dan keyakinan adalah setengah perjuangan ke arah menyiapkan mereka pada sebuah kematian yang baik.

 

B.     Tahap-tahap Menjelang Ajal

Menurut Kubler-Rosa (2015), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap menjelang ajal dalam 5 tahap, yaitu :

1.      Menolak (Denial)

Pada tahap ini klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi dan menunjukkan reaksi menolak.

2.      Marah (Anger)

Kemarahan terjadi karna kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.

3.      Menawar (Bargaining)

Pada tahap ini kemarahan biasanya mereda dan pasien malah dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.

4.      Kemurungan (Depresi)

Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis, ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangkan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.

5.      Menerima atau pasrah (Accepance)

Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kodisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sering membantu apabila klien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi diriya menjelang ajal. Misalnya ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.

Tanda-tanda kematian yaitu :

1.      Tanda-tanda kematian dini yaitu :

a.       Pernafasan terhenti, penialain > 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi)

b.      Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba

c.       Kulit pucat

d.      Tonus otot menghilang dan relaksasi

e.       Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian

f.       Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit.

2.      Lanjut (tanda pasti kematian)

a.       Lebam mayat (livor mortis)

b.      Kaku mayat (rigor morts)

c.       Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

d.      Pembusukan (dekomposisi)

e.       Adiposera (lilin mayat)

f.       Mumifikasi

 

C.      Konsep Paliative Care Pada Anak

1)      Pengertian paliative care pada anak

Association for Children’s Palliative Care (ACT) dan Royal College of Pediatric and Child Health (RCPCH) menyatakan bahwa salah satukelompok yang memerlukan perawatan paliatif pada anak yatiu kondisiyang membutuhkan tindakan seumur hidup yang mana tindakanpengobatan memungkinkan tetapi tidak berhasil seperti kanker (Benini,2009)

Menurut Cooke dan Goodger (20018) dari Association for Children’s

Palliative Care (ACT) dan Royal College of Pediatric and Child Health(RCPCH)menyatakan bahwa perawatan paliatif pada anak dengan kondisihidupnya yang terbatas merupakan perawatan total dan aktif, mencakupfisik, emosional, sosial dan spiritual. Perawatan tersebut difokuskan padaperubahan kualitas hidup anak, mendukung keluarga danpenatalaksanaankeluhan-keluhan, serta perawatan kematian dan berduka.

 

2)      Pola Pelayanan Perawatan Paliatif WHO

a.       Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematiansebagai proses yang normal

b.      Tidak mempercepat atau menunda kematian

c.       Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu

d.      Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritualmengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhirhanyat mengusahakan dan membantu mengatasi suasanaduka cita pada keluarga.

 

3)      Prinsip Dasar Perawatan Paliatif

a.       Menghormati serta menghargai pasien dan keluargakebutuhan keluarga harus diadakan / disiapkan selama sakit dansetelah anak meninggal untuk meningkatkan kemampuannya dalammenghadapi cobaan berat

b.      Kesempatan atau hak mendapatkan kepuasan dan perawatan paliatifyang pantas

c.       Mendukung pemberi peawatan (caregiver)

d.      Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan paliatifanak.

 

4)      Perawatan paliatif

layanan inipada anak harusdapat meliputi:

a.       Menurunkan gejala (misalnya rasa sakit, mual, gelisah dan kesulitanbernapas);

b.      Koordinasi antara perawatan antara tim medis yang berbeda dan lembagayang menyediakan perawatan;

c.       Memberikan bantuan praktis dengan peralatan, obat-obatan danperawatan peristirahatan;

d.      Memberikan bantuan untuk membuat keputusan tentang perawatan(misalnya, pemberian makan dan gizi, prosedur medis);

e.       Memberikan dukungan emosional untuk anak dan keluarga mereka

f.       Mendukung keluarga dan masyarakat untuk merawat anak di rumah;

g.      Memberikan pendidikan dan pelatihan tentang perawatan paliatif untukkeluarga, perawat dan profesional kesehatan.

 

5)      tujuan panduan perawatan paliatif untukanak-anak dan keluarga:

a.       Menerima perawatan paliatif praktik terbaik berdasarkan bukti sesuaidengan kebutuhan mereka

b.      Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan perencanaanperawatan sepanjang perawatan mereka

c.       Memiliki akses terhadap perawatan paliatif spesialis setiap saatselama sakit

d.      Menerima perawatan terkoordinasi

e.       Menerima perawatan dan dukungan dalam pengaturan pilihan mereka

 

D.    Asuhan keperawatan Palliative Care

1.      Pengkajian

Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa beramakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Doka (2010) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam 4 fase, yaitu :

a.       Fase prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko penyakit

b.      Fase akut : berpusat pada kondisi krisis, klien dihadapkan pada serangkaian keputus asaan, termasuk kondisi medis, interpesonal, maupun psikologis.

c.       Fase kronis : klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya pasti terjadi

d.      Klien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis, maupun social-spiritual.

Gambaran masalah yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain yaitu :

1.      Masalah oksigenisasi : Respirasi irreguler, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental : anti-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler.

2.      Masalah Eliminasi : konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltik, kurang diet serat dan asupan makanan juga mempengaruhi konstiapasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karna pengobatan lainnya.

3.      Masalah nutrisi dan cairan : asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah.

4.      Masalah suhu : ekstreminitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.

5.      Masalah sensori : penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kmatian, menybabkan kekeringan pada kornea, pendengaran menurun, kemampuan berkosentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.

6.      Masalah nyeri : ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intravena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.

7.      Masalah kulit dan mobilitas : seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.

8.      Masalah psikologis : klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaan marah dan putus asa seringkali ditujukan.

9.      Masalah sosial-spiritual : klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderita.

Faktor-faktor yang perlu di kaji yaitu :

a.       Faktor fisik

Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik, gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, dan nyeri. Klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulan sebelum terjadi kematian.

b.      Faktor psikologis

Perubahan psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekpresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah.

c.       Faktor sosial

Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karna pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunkasi, dan sering bertanya tentang penyakit yang dialaminya. Ketidakyakina dan keputusasaan sering membawa pula perilaku isolasi.

d.      Faktor spiritual

Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya, apakah semakin mendekatkan diri pada tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya.

 

2. Diagnosa Keperawatan

a.       Ansietas (ketakutan individu, keluarga) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada gaya hidup.

b.      Berduka yang berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri oranglain.

c.       Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga, takut akan hasil (kematian) dengan lingkungannya penuh dengan stres (tempat perawatan).

d.      Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi dan efek mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.

 

3.      Intervensi

a.       Diagnosa antietas

1.      Bantu klien untuk membantu antiens nya

2.      Berikan kepastian dan kenyamanan

3.      Tunjukan perasaan tentang pemahaman dan empati

4.      Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya

5.      Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif klien yang cemas mempunyai penyempitan lapang persepsi dengan penurunan kemampuan.

6.      Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan penyuluhan bila tingkat rendah sedang beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan dengan memberikan informasi. Klien dengan ansietas berat atau parah tidak menyerap pelajaran.

7.      Dorong keluargan dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan membiarkan kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar.

8.      Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif. Menghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan renson koping positif yang akan datang.

 

b.      Diagnosa berduka yang berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan-penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari oranglain.

Intervensinya :

1.      Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, di diskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna pribadi dari kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat. Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menimbulkan perasaan yang tidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka yang lainnya.

2.      Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan keberhasilan pada masalalu.

3.      Beriakan dorongan pada klien untuk mengepresikan atribut dari yang positif.

4.      Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur.

5.      Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidak nyamanan dan dukungan.

 

c.       Diagnosa perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga, takut akan hasil (kematian) dengan lingkungannya penuh dengan stress (tempat perawatan).

Intervensinya :

1.      Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukan pengertian yang empati.kontak yang sering dan berkomunikasi, sikap perhatian dan peduli dapat membantu dan mengurangi kecemasan dan meningkatkan pembelajaran.

2.      Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengepresikan perasaan, ketakutan, dan kekhawatiran.

3.      Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU. Informasi ini dapat membantu mengurangi anesietas yang berkaitan dengan ketidaktakutan.

4.      Jelaskan tindakan nya perawatan yang kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan yang diberikan informasi spesifik tentang kemajuan klien.

5.      Tawarkan untuk menghungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan.

 

4.      Evaluasi

a.       Klien merasa nyaman dan mengepresikan perasaanya pada perawat.

b.      Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.

c.       Klien selalu ingat kepada tuhan yang maha esa dan selalu bertawakal

d.      Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan tuhan yang maha esa akan kembali padanya.

 


BAB. III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Perawatan palliative care adalah pendekata yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pengcegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian tertib serta penangan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, pkisosial dan spiritual. Perawatan palliative sangat berguna di gunakan untuk meningkatkan kualitas hidup para pasien terminal seperti salah satu contoh adalah HIV/AIDS. Salahsatu perawatan palliative care adalah melalui pendekatan spiritual dimana tujuan ini sangat berguna pada pasien terminal agar disaat akhir kematiannya mereka dapat meninggal secara damai dan berada di jalan tuhan. Awal mengetahui akan menapat kematian dari penyakit yang diderita pasti akan marah atau tidak percaya, disinilah peran perawat memberikan perawatan palliative agar penderita mau menerima keadaannya dengan tenang. Banyak hal yang dapat diragukan seperti contohnya memberikan motivasi dan dukungan spiritual pada penderita.

 

B.     Saran

Sebagai seorang perawat sangat penting mempelajari perawatan palliative care agar dapat merawat pasien yang akan menjelang ajal nya dan pasien dapat meninggal dengan tenang. Kami menyadari makalah kami kurang sempurna sehingga diperlukan masukan dari pihak lain.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Fith Edition. Lowa : Mosby Elsavier.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendekumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.

Fitria, Cemy Nur. 2014 Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal..

Jhonson, Marion.2016. lowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis, Missouri ; Mosby.

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007. Tentang Kebijakan Perawatan Palliative. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

 

 

 

No comments:

Post a Comment