Saturday 30 May 2020

MAKALAH Gangguan muskuloskeletal

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keluhan pada sistem musculoskeletal telah menjadi trend penyakit terbaru berkaitan dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara industri (Chung, 2013).Keluhan muskuloskeletalatau Musculoskeletal Disorder (MSDs) bersifat kronis, disebabkan adanya kerusakan pada tendon, otot, ligament, sendi, saraf, kartilago, atau spinal disc biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri, gatal dan pelemahan fungsi. Keluhan ini dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor pekerjaan contohnya peregangan otot berlebih, postur kerja yang tidak alamiah, gerakan repetitif, dan lingkungan seperti getaran, tekanan dan mikroklimat (Tarwaka, 2013).

Pada tahun 2007, perawat di Amerika Serikat menduduki peringkat ketujuhdiantara seluruh pekerja yang menderita MSDs, dan insiden cedera muskuloskeletal 4.62/100 perawat per tahun (Shafiezadeh, 2011). Data dari The Taiwan National Health Insurance Research Database selama tahun 2004 – 2010, dari 3914 perawat, 3004 orang perawat menderita MSDs(76.24%). Namun keterangan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, di Indonesia belum terdapat data yang signifikan sehubungan bahaya di rumah sakit khususnya keluhan muskuloskeletal.  Sedangkan, literatur dan penelitian sebelumnya lebih banyak dilakukan pada pekerja industri.

Shafiezadeh (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa diantara petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit, perawat memiliki tingkat resiko tertinggi terhadap keluhan muskuloskeletal karena mereka merupakan kelompok terbesar yang bekerja di rumah sakit. Perawat memberikan pelayanan keperawatan selama 24 jam penuh terlebih perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD). Perawat IGD dituntut memberikan pelayanan secara sigap, cermat, cekatan serta tepat baik untuk klien maupun keluarga sesuai dengan standart operasional prosedur (SOP) yang telah ditentukan.

 

B.Rumusan Masalah

1. pengertian gangguan muskuluskuletal

2. penyakit/gangguan trauma pada sistem  muskuluskuletal

3. Gejala dan tanda pada gangguan muskuloskuletal

4. pemeriksaan penunjang pada gangguan  muskuloskuletal

5. Penatalaksanaan

6. Komplikasi

7. Asuhan keperawatan     

 

C.Tujuan

Tujuan khusus                                     

1.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keterampilan dasar keperawatan

Tujuan umum

1.      Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan muskuluskuletal

2.      Untuk mengetahui gangguan muskuluskuletal

 

 


BAB II

PEMBAHASAN

A.    GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

1.      Pengertian gangguan muskuloskuletal

            Gangguan muskuloskeltal adalah suatu kondisi yang menggangu fungsi sendi,ligament,otot,safar dan tendon,serta tulang belakang.Siatem muskoloskeltal anda melibatkan struktur yang mendukung anggota badan,leher dan punggung.gangguan muskuloskelatal seringnya merupakan penyajit degeneratife,penyekit menyebabkan jaringan tubuh anda rusak secara lambat laun.hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan anda untuk bergerak,yang dapat mencegah anda dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

2.      Jenis gangguan muskuloskeletal

                   Gangguan muskulosketal dapat mempempengaruhi  setiap area dalam tubuh.utama termasuk leher,bahu,pergelangantangan,punggung,pinggul,lutut,dan

kaki.contoh gangguan muskuloskuletal secara umum yaitu :

a.  Nyeri pada punggung bagian bawah

               Low back pain adalah gejala yang mungkin terjadi dari berbagai proses yang berbeda.low back pain bukanlah suatu  penyakit sebanyak hingga 85% orang dengan nyeri punggung bawah, meski mendapat pemeriksaan medis menyeluruh, tidak ada penyebab spesipik rasa sakit yang di indentifikasi.Ada beberapa faktor dapat meningkatkan risiko sakit tulang belakang bawah. Misalnya kelebihan berat badan, hamil, merokok, stres atau depresi, serta konsumsi obat-obatan yang dapat memengaruhi kondisi tulang, misalnya kortikosteroid.

               Gejala sakit tulang belakang bawah dapat dirasakan berupa rasa nyeri, kebas, atau mati rasa yang menjalar pada satu kaki, nyeri sendi atau terasa kaku ketika berjalan pada pagi hari, dan lain-lain. Rasa sakitnya membuat tidak nyaman, bahkan dapat mengganggu aktivitas.

Penyebab antara lain:

1.      Mengalami ketegangan otot

               Ketegangan otot (muscle strain) atau juga sering dikenal sebagai keseleo biasanya terjadi saat mengangkat benda berat yang salah atau gerakan secara tiba-tiba. Lain dari itu, ketegangan juga bisa dihasilkan dari aktivitas yang berlebihan saat bekerja.

2.      Timbul gangguan pada struktur tulang belakang

               Misalnya masalah pada cakram tulang belakang, artritis (radang tulang dan persendian), osteoporosis (pengeroposan tulang), atau lengkung tulang belakang yang abnormal seperti skoliosis.

3.      Menderita penyakit tertentu

               Penyebab lainnya bisa juga datang karena kondisi penyakit tertentu, seperti di antaranya penyempitan kanal tulang belakang (stenosis spinal), degeneratif spondylolisthesis, hilangnya fungsi saraf di sumsum tulang belakang bagian bawah atau disebut cauda equina syndrome, infeksi jamur atau bakteri pada tulang belakang, dan juga kanker pada tulang belakang.Untuk memastikan penyebab sakit tulang belakang bawah, dokter dapat melakukan beberapa tes pendukung seperti Rontgen, CT scan, MRI, pemindaian tulang, ataupun electromyography (EMG). Jika dicurigai terjadi infeksi, dokter bisa merekomendasikan pemeriksaan darah.

3. Penanganan

Pengobatan sakit tulang belakang bawah tergantung dari penyebabnya. Berikut beberapa pilihan pengobatan yang dapat dilakukan:

  1. Obat pereda nyeri. Misalnya paracetamol dapat membantu meringankan rasa sakit untuk jangka pendek. Selalu konsultasikan dosis dan durasi konsumsi obat ini dengan dokter. Selain itu, pereda nyeri juga bisa berupa krim atau salep yang dioles langsung di lokasi yang terasa nyeri.
  2. Pemberian obat seperti antidepresan ataupun beberapa jenis narkotik untuk mengobati sakit tulang belakang yang sudah kronis. Namun, harus selalu dilakukan di bawah pengawasan dokter.
  3. Suntikan antiradang, misalnya obat jenis kortikosteroid, dapat diberikan jika sakit tulang belakang terasa menjalar hingga ke kaki dan tidak mempan dengan obat pereda nyeri yang lain. Salah satunya adalah suntikan kortison, yang akan membantu menurunkan peradangan di sekitar akar saraf sehingga membantu meringankan rasa sakit untuk sementara.
  4. Operasi tulang belakang merupakan pilihan paling akhir jika pengobatan lain tidak berhasil, ataupun jika rasa sakit sangat parah sehingga penderitanya tidak dapat tidur atau beraktivitas. Prosedur operasi yang umum dilakukan yaitu discectomy (bagian dari diskus yang berada di antara tulang belakang diangkat agar diskus tidak menekan saraf tulang belakang) dan spinal fusion (dua atau lebih tulang belakang digabungkan untuk menstabilkan tulang belakang dan mengurangi nyeri). Meski demikian, tindakan operasi ini memiliki risiko komplikasi serius, seperti kerusakan saraf di sekitar area operasi atau bahkan kelumpuhan.

Selain itu, ada pula beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk meringankan rasa sakit tulang belakang bawah, seperti yoga atau akupunktur. Namun, selalu konsultasikan lebih dulu dengan dokter sebelum menjalani metode pengobatan apapun.

Gangguan muskuloskuletal antara lain 

a.       Fibromyalgia

Fibromyalgia atau fibromyalgia syndrome (FMS) adalah penyakit kronis yang membuat penderitanya mengalami rasa sakit di sekujur tubuh.Fibromyalgia bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Namun sebagian besar penderitanya berusia di antara 30 hingga 50 tahun. Selain itu, wanita memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit ini dibandingkan dengan pria.

Gejala utama fibromyalgia adalah rasa sakit yang menyebar ke seluruh tubuh. Rasa sakit ini dapat berupa sensasi terbakar, seperti ditusuk-tusuk, atau nyeri tumpul yang dapat terus dirasakan selama setidaknya 12 minggu.

Indikasi tersebut akan berlangsung secara terus-menerus dengan tingkat keparahan yang mungkin berubah-ubah. Terkadang juga bisa disertai dengan gejala-gejala lain yang meliputi:

  1. Tubuh sangat sensitif terhadap rasa sakit.
  2. Otot kaku.
  3. Sulit tidur dan kelelahan. Rasa sakit akibat fibromyalgia akan menyebabkan penderita sulit tidur sehingga akan memicu kelelahan.
  4. Sakit kepala.
  5. Gangguan kognitif, misalnya sulit berkonsentrasi atau mengingat sesuatu.
  6. Depresi.
  7. Kecemasan.
  8. Kram perut.
  9. Sindrom iritasi usus.
  10. Haid disertai nyeri yang parah.
  11. Kepanasan atau kedinginan. Gejala ini terjadi karena penderita tidak mampu mengatur temperatur tubuh.

Keparahan gejala fibromyalgia umumnya berbeda-beda pada tiap penderita. Perbedaan ini bisa dipicu oleh tingkat stres yang dialami oleh penderita, banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh penderita, serta perubahan cuaca.

 

 

Penyebab dan Faktor Risiko Fibromyalgia

Penyebab di balik fibromyalgia belum diketahui secara pasti, tetapi para pakar menduga ada sejumlah faktor yang bisa memicu kondisi ini. Faktor-faktor pemicu tersebut adalah:

  1. Usia. Kondisi ini umumnya dialami oleh orang-orang yang berusia 30-50 tahun.
  2. Jenis kelamin. Wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami fibromyalgia dibandingkan pria.
  3. Kadar abnormal pada senyawa-senyawa dalam sistem saraf pusat. Perubahan ini dapat menyebabkan reaksi sistem saraf pusat yang lebih sensitif terhadap sinyal-sinyal rasa sakit.
  4. Faktor keturunan. Risiko seseorang untuk mengalami fibromyalgia bisa meningkat jika memiliki anggota keluarga yang menderita kondisi sama.
  5. Trauma fisik atau emosional, misalnya mengalami cedera, menjalani operasi, menderita infeksi virus, atau mengalami kejadian traumatis.
  6. Senyawa kimia dalam otak yang tidak seimbang, seperti serotonin atau dopamin.
  7. Gangguan tidur. Penderita insomnia berpotensi memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap rasa sakit.
  8. Penyakit yang berhubungan dengan sendi, otot, dan tulang. Misalnya, lupus, rheumatoid arthritis, atau osteoarthritis.

Diagnosis Fibromyalgia

Fibromyalgia termasuk penyakit yang sulit didiagnosis karena gejala-gejalanya cenderung mirip dengan penyakit lain. Prosedur diagnostik khusus untuk penyakit ini juga belum ditemukan.Dokter umumnya akan menanyakan gejala-gejala yang dialami oleh pasien sebelum memeriksa kondisi kesehatan pasien. Beberapa kriteria yang umumnya bisa digunakan untuk membantu diagnosis meliputi:

  1. Pasien mengalami tingkat keparahan gejala yang sama, setidaknya selama 12 minggu.
  2. Tidak adanya penyebab lain yang ditemukan.
  3. Pasien mengalami rasa sakit, setidaknya pada 4 hingga 6 bagian tubuhnya.

Dokter kemudian akan menganjurkan sejumlah pemeriksaan yang dapat menghapus kemungkinan adanya penyakit lain yang diderita pasien sebelum memastikan diagnosis, seperti pemeriksaan darah dan foto Rontgen.

Penanganan Fibromyalgia

Fibromyalgia termasuk kondisi kronis yang tidak bisa disembuhkan. Tujuan pengobatannya adalah untuk meringankan gejala agar tidak menghambat kehidupan sehari-hari penderitanya.Penanganan fibromyalgia berbeda untuk tiap penderita, namun secara umum meliputi:

  1. Penggunaan obat-obatan, misalnya obat pereda sakit (paracetamol atau tramadol), antidepresan (seperti amitriptyline, fluoxetine, paroxetine, venlafaxine, dan duloxetine), serta antikonvulsan (gabapentin). Jika dibutuhkan, dokter juga bisa memberikan obat relaksan otot, obat penenang, atau obat tidur untuk meningkatkan kualitas tidur penderita.
  2. Terapi psikologis, contohnya terapi perilaku kognitif. Konselor dapat membantu penderita untuk menemukan strategi agar bisa menangani stres yang dipicu atau memicu kondisi ini.
  3. Terapi fisik untuk meringankan rasa sakit, seperti teknik relaksasi serta olahraga ringan atau berenang dalam air hangat.

b.      Encok

Encok merupakan penyakit yang disebabkan penumpukan kristal asam urat di dalam jaringan ikat, yaitu ruang antara dua tulang atau di dalam tulang itu sendiri.Penumpukan kristal ini menyebabkan peradangan artritis yang memicu pembengkakan, kemerahan, rasa panas, nyeri serta kekakuan di sendi.

Asam urat yang menumpuk tersebut merupakan zat yang dihasilkan dari pemecahan purin, zat ini merupakan bagian dari semua jaringan manusia dan ditemukan pada berbagai jenis makanan.Seharusnya asam urat ini terlarut dalam darah dan melewati ginjal hingga akhirnya dikeluarkan melalui urin. Tapi jika produksi asam urat di tubuh meningkat dan ginjal tidak cukup kuat menghilangkan asam urat, maka kondisi ini memicu terjadinya hyperuricemia (peningkatan kadar asam urat dalam darah).

Seperti dikutip dari Medic8.com, Kamis (27/5/2010) ada faktor penyebab encok yaitu:

  1. Kelebihan berat badan. Hal ini karena terdapat lebih banyak jaringan yang bisa pecah atau berganti sehingga memicu meningkatnya produksi asam urat.
  2. Terlalu banyak minum alkohol, sehingga mengganggu perjalanan asam urat untuk keluar dari tubuh.
  3. Adanya gangguan pada salah satu enzim yang membantu pemecahan senyawa purin yang membuat seseorang kena encok jika makanan makanan yang mengandung purin.
  4. Mengonsumsi obat tertentu seperti salisilat, cyclosporine, levodopa atau obat diuretik.
  5. Genetik kemungkinan memainkan peran, meskipun tidak terlalu besar. Karena diperkirakan sekitar 18 persen orang yang encok memiliki riwayat penyakit ini.

Jika tubuh rentan terkena encok maka yang harus dilakukan:

  1. Minum banyak cairan terutama air putih, karena cairan bisa membantu menghilangkan asam urat berlebih dari dalam tubuh.
  2. Menghindari makanan yang mengandung banyak purin seperti bir, minuman alkohol, teri, ikan sardin, telur ikan, ragi, hati, ginjal, kacang-kacangan (kacang polong, melinjo), ekstrak daging, kaldu, jamur, asparagus, bayam dan kembang kol.
  3. Menjaga berat badan dengan berolahraga secara teratur.
  4. Jangan melakukan diet secara ekstrim, karena hal ini juga bisa meningkatkan kadar asam urat dalam darah.

Memberitahu dokter semua obat dan vitamin yang dikonsumsi untuk mencegah peningkatan risiko hyperuricemia dari obat-obatan yang diminum.Encok sering disebut asam urat, tapi penyakit ini berbeda dengan rematik. Karena encok terkait dengan gangguan metabolisme pengeluaran kadar asam urat dalam darah yang tersumbat menjadi kristal. Sedangkan rematik adalah penyakit sendi karena adanya gangguan autoimun yang berlangsung lama.

c.       Tendinitis

Penyebab Tendinitis

Meski tendinitis bisa disebabkan oleh cedera mendadak, kondisi ini lebih umum terjadi karena gerakan yang terjadi berulang. Sebagian orang mengalami tendinitis akibat pekerjaan atau hobi yang melibatkan gerakan berulang dan memberi tekanan pada tendon.

Usia yang semakin menua bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami tendinitis, karena kelenturan tendon semakin berkurang. Tendinitis juga berisiko terjadi akibat aktivitas yang melibatkan gerakan berulang-ulang atau olahraga tanpa melakukan peregangan sebelumnya.

Selain sejumlah hal di atas, penderita obesitas, diabetes, dan rheumatoid arthritis juga berisiko mengalami tendinitis. Faktor lain yang bisa menyebabkan tendinitis adalah penggunaan antibiotik, seperti levofloxacin dan ciprofloxacin, serta kebiasaan merokok.

Jenis Tendinitis

Tendinitis terbagi dalam beberapa kondisi menurut letak tendon yang terdampak, antara lain:

  1. Lateral epicondylitis, yaitu tendinitis pada tendon di siku bagian luar. Penyebabnya adalah aktivitas yang melibatkan putaran pada pergelangan tangan, seperti pada atlet tenis dan bulutangkis.
  2. Medial epicondylitis, yaitu tendinitis pada tendon di siku bagian dalam. Umumnya terjadi karena gerakan siku seperti yang dilakukan atlet golf dan bisbol.
  3. Achilles tendinitis, yaitu tendinitis pada tendon Achilles (tendon di belakang pergelangan kaki) yang umumnya terjadi akibat aktivitas lari dan lompat.
  4. Rotator cuff tendinitis, yaitu tendinitis yang umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan mengangkat lengan, seperti perenang, sehingga menimbulkan peradangan pada tendon rotator cuff (otot yang mengendalikan putaran bahu).
  5. De Quervain tendinitis, yaitu tendinitis pada pergelangan tangan, tepatnya di pangkal ibu jari yang umumnya terjadi karena gerakan menggenggam atau mencubit. Kadang terjadi pada wanita dalam masa kehamilan tanpa diketahui sebabnya.
  6. Knee tendinitis, yaitu tendinitis yang terjadi pada tendon patellar yang terletak di bawah lutut atau pada tendon quadriceps yang berada di atas lutut. Umumnya terjadi pada atlet basket atau pelari jarak jauh.

Gejala Tendinitis

Tendinitis akan menimbulkan rasa sakit di bagian tendon yang meradang. Biasanya memburuk saat tendon tersebut digerakkan, namun bisa juga muncul saat penderita sedang istirahat. Selain itu, tendon juga bisa mengalami pembengkakan

Diagnosis Tendinitis

Tendinitis biasanya bisa diketahui lewat pemeriksaan fisik, namun pada kasus tertentu dokter membutuhkan prosedur pencitraan, seperti USG, foto Rontgen, atau MRI, untuk melihat kemungkinan robekan dan penebalan tendon, atau dislokasi sendi.

Pengobatan Tendinitis

Dokter akan memberikan obat pereda rasa sakit, seperti paracetamol atau ibuprofen, untuk dikonsumsi, dan menyuntikkan kortikosteroid ke area tendon pasien untuk meredakan peradangan. Kortikosteroid tidak disarankan untuk tendinitis yang sudah lebih dari 3 bulan karena berisiko melemahkan tendon dan membuat tendon putus.

Pengobatan dengan menyuntikkan plasma darah kaya trombosit (PRP) juga bisa menjadi pilihan. Dokter akan mengambil sampel darah pasien, serta memisahkan trombosit dan plasma darah dari komponen darah lainnya, kemudian disuntikkan kembali ke area tendon. Namun, pilihan terapi ini masih terus diteliti untuk mendapatkan hasil yang optimal.Pasien juga akan disarankan untuk melakukan fisioterapi yang bertujuan untuk memperkuat tendon yang terkena. Jika fisioterapi tidak membantu, dokter akan menyarankan beberapa prosedur, antara lain:

  1. Dry needling. Dokter akan membuat lubang kecil di tendon menggunakan jarum halus untuk merangsang faktor-faktor yang dapat memperbaiki tendon.
  2. Ultrasound. Sayatan kecil akan dibuat untuk memasukkan alat gelombang suara ultrasonik untuk membuang jaringan parut.
  3. Bedah. Tindakan bedah oleh dokter bedah akan dilakukan pada kondisi tendinitis parah seperti terlepasnya tendon dari tulang.

Untuk membantu proses penyembuhan, mengistirahatkan tendon yang meradang berguna untuk mengurangi nyeri dan bengkak, juga untuk penyembuhan jaringan. Namun pasien tetap bisa melakukan aktivitas yang tidak membebani tendon. Pasien juga bisa mengompres area yang sakit dengan es selama 20 menit beberapa kali dalam sehari. Langkah ini berguna untuk mengurangi nyeri, bengkak, dan ketegangan otot. Selain itu, untuk mengurangi bengkak, dapat digunakan perban elastis dan meninggikan bagian yang meradang tersebut. Tetap jalani aktivitas ringan agar sendi tidak kaku.

Komplikasi Tendinitis

Tendinitis bisa meningkatkan risiko tendon putus sehingga perlu dilakukan tindakan bedah. Jika iritasi pada tendon berlangsung selama beberapa minggu atau beberapa bulan, penderita bisa mengalami tendinosis, yaitu kondisi tendon yang mengalami perubahan degeneratif dan diikuti terbentuknya pembuluh darah tidak normal.

Pencegahan Tendinitis

Lakukan tindakan pencegahan berikut untuk menghindari risiko tendinitis:

  1. Hindari aktivitas yang memberi tekanan berlebih pada tendon, terutama jika dilakukan secara terus menerus, dan hentikan aktivitas jika muncul nyeri.
  2. Beralih ke pilihan olahraga yang lain, jika olahraga yang biasa dilakukan menimbulkan nyeri.
  3. Ikuti saran instruktur olahraga profesional agar gerakan yang dilakukan tidak menimbulkan masalah pada tendon.
  4. Lakukan peregangan setelah latihan untuk memaksimalkan gerakan sendi dan mengurangi cedera berulang pada jaringan yang tegang.
  5. Jika memungkinkan, atur kursi dan meja di tempat kerja agar sesuai dengan posisi ergonomis, yaitu posisi paling baik sehingga tidak mencederai otot, tendon, atau sendi.
  6. Memperkuat otot yang biasa digunakan saat aktivitas bisa menghindari cedera tendon dan sendi tempat otot tersebut menempel.

d.Radang sendi

Radang sendi atau disebut juga sebagai artritis merupakan suatu kondisi terjadinya peradangan (inflamasi) dalam satu atau beberapa sendi. Gejala yang dirasakan penderita biasanya berupa nyeri, bengkak, kemerahan, atau sensasi hangat pada sendi. Radang sendi juga dapat menyebabkan sendi menjadi kaku dan sulit untuk digerakkan.

Risiko terkena radang sendi biasanya meningkat seiring pertambahan usia. Selain itu, obesitas, jenis kelamin, dan riwayat kesehatan keluarga juga dapat turut berpengaruh. Terlebih lagi jika ada riwayat cedera pada sendi, maka rasa sakit di sekitar sendi tersebut dapat kambuh di kemudian hari.

Gejala Radang Sendi

Gejala radang sendi pada umumnya adalah:

  1. Nyeri dan kaku pada sendi.
  2. Gerakan sendi terbatas.
  3. Kulit pada sendi berubah menjadi merah dan hangat.
  4. Otot sekitar sendi mengecil dan kekuatannya menurun.

Jenis-jenis Radang Sendi

Ada beberapa jenis radang sendi, di antaranya:

1.       Artritis karena kondisi degeneratif (degenerative arthritis)

Osteoarthritis merupakan jenis yang paling sering terjadi. Kondisi ini terjadi ketika tulang rawan sendi mulai menipis seiring usia, sehingga tulang bisa bergesekan langsung dengan tulang lain dan menyebabkan rasa sakit serta terhambatnya gerakan. Osteoarthritis umumnya diderita oleh orang berusia 50 tahun ke atas, dan biasanya menyerang sendi di bagian tangan, lutut, pinggul, atau tulang belakang.Salah satu osteoarthritis yang menyerang tulang belakang daerah leher adalah spondilosis servikal. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala nyeri dan kaku pada leher.

2.          Artritis karena reaksi peradangan (inflammatory arthritis).

 Sistem kekebalan tubuh umumnya melindungi tubuh dengan menimbulkan reaksi peradangan untuk menghilangkan infeksi dan mencegah penyakit. Namun sistem kekebalan tubuh dapat salah dan menyerang sendi dengan mengakibatkan reaksi peradangan yang tidak terkontrol (reaksi autoimun). Keadaan ini dapat mengakibatkan erosi pada sendi dan dapat menyerang organ lain juga. Beberapa contoh inflammatory arthritis adalah:

3.          Rheumatoid arthritis.

Rheumatoid arthritis terjadi ketika membran sinovial (lapisan pembungkus sendi) mengalami peradangan dan bengkak akibat serangan dari sistem kekebalan tubuh kita sendiri. Kondisi ini lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria dengan usia antara 40-50 tahun. Jika tidak ditangani dengan benar, dapat menyebabkan kerusakan tulang, tulang rawan dan organ tubuh lainnya.

4.          Psoriatic arthritis.

Merupakan jenis radang sendi yang biasanya muncul pada penderita penyakit psoriasis.

 

5.          Enteropathic arthritis.

 Penyakit ini umumnya dirasakan pada sendi tungkai dan tulang belakang. Enteropathic arthritis merupakan komplikasi dari penyakit kolitis ulseratif dan Crohn’s Disease.

6.          Reactive arthritis.

Reactive arthritis yang dulu disebut Reiter syndrome merupakan kondisi autoimun yang timbul akibat respon tubuh terhadap infeksi sehingga menimbulkan peradangan di sendi. Penyakit ini berhubungan dengan infeksi di saluran pencernaan akibat Shigella (disentri) atau Salmonella (tifus) serta infeksi saluran kemih dan genital (chlamydia)

7.          Artritis karena infeksi (infectious arthritis). 

Virus, bakteri atau jamur di dalam darah langsung masuk dan menyerang ke dalam sendi sehingga menimbulkan reaksi peradangan. Berbeda dengan reactive arthritis, dimana reaksi peradangan di dalam sendi diakibatkan oleh infeksi di tempat lain. Radang sendi dengan nama lain septic arthritis ini berisiko pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penyakit kanker dan diabetes.

8.          Artritis karena gangguan metabolik (metabolic arthritis). 

Penyakit asam urat merupakan metabolic arthritis. Kondisi yang umumnya menyerang bagian sendi jempol kaki ini disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di dalam sendi. Selain sakit, sendi yang terkena penyakit asam urat juga bisa memerah dan membengkak. Kondisi ini lebih berisiko menyerang pria.

 

 

Diagnosis Radang Sendi

Untuk memastikan kondisi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu, antara lain mengamati adanya pembengkakan dan melihat kemampuan pasien dalam menggerakkan sendi. Jika pasien dicurigai menderita radang sendi, maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, misalnya pemeriksaan darah, cairan sendi, dan urine di laboratorium, untuk menguatkan diagnosis.

Pemeriksaan radang sendi yang dilakukan akan bervariasi tergantung dari jenis kondisi yang dicurigai. Selain pemeriksaan laboratorium, diagnosis radang sendi juga bisa dilakukan menggunakan metode pemindaian, contohnya dengan USG, foto Rontgen, CT scan, atau MRI.

Pengobatan Radang Sendi

Pengobatan radang sendi yang diberikan oleh dokter bergantung kepada jenis dan tingkat keparahannya. Selain untuk meringankan gejala, pengobatan radang sendi juga bertujuan untuk meningkatkan fungsi sendi-sendi.

Untuk mengurangi rasa sakit, biasanya digunakan obat antiinflamasi nonsteroid atau OAINS (misalnya ibuprofen atau diclofenac), analgesik (misalnya paracetamol atau tramadol), serta mengoleskan krim atau salep yang mengandung capsaicin atau mentol sesuai dengan dosis dan aturan pakai dari dokter.

Untuk mengatasi kasus radang sendi akibat autoimun dokter dapat meresepkan kelompok obat disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs), misalnya hydroxychlorquine atau methotrexate. Bersamaan dengan pemberian DMARDs, infliximab atau etanercept (golongan biologic response modifiers) juga dapat diberikan. Selain itu, dokter juga dapat memberikan obat-obatan golongan kortikosteroid, seperti prednison.

Selain dengan obat-obatan, fisioterapi juga direkomendasikan oleh dokter dengan tujuan memperkuat otot-otot di sekitar sendi dan meningkatkan kemampuan gerak tubuh. Mengurangi berat badan, olahraga teratur (terutama olahraga di dalam air), kompres hangat atau dingin pada sendi, serta menggunakan tongkat juga diperlukan untuk mengurangi gejala radang sendi.

Apabila gejala radang sendi sudah sangat parah dan tidak bisa diatasi lagi, baik oleh obat atau pun fisioterapi, maka dokter akan merekomendasikan operasi. Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan adalah prosedur penyatuan sendi atau arthodesis, prosedur pemotongan tulang untuk memperbaiki garis normal tubuh (osteotomy), serta prosedur penggantian sendi atau artroplasti.

e.        Osteoartritis

Penyakit ini biasanya diderita oleh orang yang berumu 40-60tahun, namun lebih sering pada orang yang berumur di atas 60 tahun.Osteoartritis bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnyausia, obesitas, dan trauma. Osteoartritis dibagi 2 yaitu osteoartritis primerdan osteoartritis sekunder. Gambaran klinik pada osteoartritis primerbiasanya terjadi pada lansia yang berumur lebih dari 50 tahun, rasa tidaknyaman pada sendi, kerja sendi memburuk ketika banyak gerak, tiak adakekakuan pada pagi hari, pembengkakan tulang atau jaringan lemak.Kriteria diagnosis dari osteoartritis adalah sebagai berikut:a. Bagian Lutut :Nyeri lutut, kekakuan pada pagi hari sekitar 30 menit, pembesarantulangb. Bagian pinggul :Nyeri pinggul dan kekakuan pada pagi hari kurang lebih selama 60menit.c. Bagian tangan :Nyeri tangan, sakit dan kekakuan, pembesaran jaringan keras darisendi tangan tertentu

B.     ETIOLOGI DAN FAKTOR TERJADINYA TRAUMA PADA SYSTEM MUSCULOSKELETAL

 

fraktur pada umumnya terjadi karena kecelakaan mobil,jatuh,atau cidera olahraga. Penyebab lainnya adalah kepadatan tulang yang rendah.fraktur terjadi karena tekanan yang menimpa tulang lebih besar dari pada daya tulang akibat trauma (syam hidayat d jong 2008)

1.      fraktur 

Fraktur tulang pun terjadi saat tulang dihantam atau terbentur oleh sesuatu yang kekuatannya melebihi kekuatan tulang itu sendiri. Contohnya patah tulang dapat terjadi ketika terjatuh dari tempat tinggi, mengalami kecelakaan saat berkendara, cedera saat olahraga, atau saat tulang terhantam benda-benda keras. Selain itu, kondisi fraktur tulang juga dapat terjadi akibat osteoporosis.

Apabila kamu mengalami hal ini, rasa nyeri akan sangat terasa. Selain itu, kamu juga akan mengalami pembengkakan, memar, pendarahan, atau ada bagian tulang yang menonjol di bawah kulit yang luka. Tingkat keparahan fraktur tulang biasa bergantung pada lokasi terjadinya fraktur tulang dan seberapa luas area kerusakan tulang dan jaringan di sekitarnya. Apabila kondisi ini tidak segera ditangani dengan tepat, dapat terjadi komplikasi seperti kerusakan pada pembuluh darah dan saraf, infeksi tulang, atau infeksi pada jaringan di sekitarnya.

Menurut Apley & Solomon (1995: 239), etiologi yang menyebabkan fraktur adalah sebagai berikut:

1. Traumatik

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pukulan, penghancuran, penekukan, penarikan. Bila terkena kekuatan langsung tulang patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunakpun juga rusak.

 

 

2. Kelelahan atau tekanan berulang-ulang

Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat tekanan yang berulang-ulang. Keadaan ini paling banyak ditemukan pada tibia fibula, terutama pada atlit, penari 

3. Kelemahan dan abnormal pada tulang (patologis) Fraktur dapat terjadi pada tekanan yang normal jika tulang itu lemah atau tulang itu sangat rapuh.

Jenis-Jenis Fraktur Tulang

Dalam dunia medis, terdapat beragam jenis patah tulang, antara lain:

  1. Fraktur Terbuka: Patah tulang jenis ini menyebabkan tulang menonjol keluar melalui kulit, atau luka mengarah ke situs fraktur. Kondisi ini akan sangat memungkinkan terjadinya Infeksi dan perdarahan eksternal.
  2. Fraktur Tertutup: Jenis patah tulang yang tidak membuat tulang menonjol melalui kulit.
  3. Fraktur Lembut: Contoh paling umumnya adalah cedera pada tulang kaki dan terjadi karena aktivitas yang berulang seperti lari dan berjalan.
  4. Fraktur Kominutif: Patah tulang yang menyebabkan tulang remuk dan retak menjadi tiga bagian.
  5. Fraktur Greenstick: Kondisi yang terjadi saat satu sisi tulang patah, lalu sisi lainnya membengkok akibat menanggapi tekanan yang berlebih. Biasanya terjadi pada anak-anak.
  6. Fraktur Oblig: Patah tulang yang melengkung atau miring.

Cara Mengatasi Patah Tulang

Apabila kamu mengalami patah tulang, dokter spesialis ortopedi akan membantu kamu menyembuhkannya. Mereka akan mencoba untuk mengembalikan kondisi tulang yang telah patah ke posisi awal serta menghindari tulang bergeser sebelum kondisi pulih.

Sebelum dilakukan pengobatan, dokter biasanya akan menanyakan kronologis kejadian, riwayat kesehatan, dan gejala yang muncul. Setelah itu, akan dilakukan pemeriksaan tulang dengan bantuan sinar X. Selain itu, terdapat beberapa jenis metode untuk mengatasi patah tulang:

1.      Memasang Gips

Cara ini adalah metode paling umum yang digunakan untuk mengatasi fraktur tulang. Dokter akan membuat tulang dalam kondisi sejajar, kemudian baru dipasang gips hingga cedera sembuh total.

2.      Memakai Sling atau Perban

Metode ini digunakan saat patah tulang terjadi pada area yang sulit dijangkau oleh gips.

3.      Operasi

Apabila tulang patah menjadi beberapa bagian, metode ini adalah yang paling tepat untuk dilakukan. Dokter akan menyambung tulang-tulang tersebut dengan memasang pen atau pelat khusus.

Menyembuhkan tulang yang patah membutuhkan waktu yang tidak sebentar, tergantung pada tingkat keparahan serta kepatuhan kamu dalam menjalani semua instruksi dokter. Selama proses penyembuhan pun, otot-otot tetap perlu dilatih agar tidak melemah dengan cara olahraga tertentu. Tidak hanya itu, olahraga tersebut juga akan mampu membuat persendian menjadi lebih fleksibel.

 

b.      Dislokasi

Dislokasi adalah cedera pada sendi yang terjadi ketika tulang bergeser dan keluar dari posisi normalnya. Seluruh sendi pada tubuh dapat mengalami dislokasi, termasuk sendi bahu, jari, lutut, pinggul, dan pergelangan kaki.

Penyebab Dislokasi

Dislokasi terjadi akibat cedera, terutama benturan keras yang dialami oleh sendi. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalaminya adalah:

  1. Olahraga, seperti ketika bermain basket, sepak bola, senam, atau gulat.
  2. Kecelakaan kendaraan bermotor.
  3. Keturunan. Beberapa orang lahir dengan kondisi ligamen yang lebih lemah, sehingga lebih rentan mengalami dislokasi.
  4. Orang lanjut usia. Orang lanjut usia memiliki kecenderungan untuk jatuh dan mengalami dislokasi.
  5. Anak-anak. Anak-anak cenderung memiliki aktivitas fisik yang tinggi. Jika tidak diawasi oleh orang dewasa, maka dislokasi dapat terjadi.

Gejala Dislokasi

Berikut ini adalah beberapa gejala dislokasi, di antaranya adalah:

  1. Sendi bengkak dan memar.
  2. Bagian sendi yang terkena berwarna merah atau menghitam.
  3. Bentuk sendi menjadi tidak normal.
  4. Terasa sakit ketika bergerak.
  5. Mati rasa di sekitar area sendi.

 

Diagnosis Dislokasi

Dislokasi cenderung sulit dibedakan dengan patah tulang. Sebagai langkah awal, dokter akan memeriksa area sendi yang dicurigai mengalami dislokasi, serta sirkulasi darah di sekitar area dislokasi. Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa tes untuk memastikan diagnosis, antara lain:

  1. Foto Rontgen, untuk menunjukkan adanya dislokasi atau kerusakan lain di area sendi, misalnya patah tulang.
  2. MRI, untuk membantu dokter menilai kerusakan pada struktur jaringan lunak di sekitar sendi yang mengalami dislokasi.

Pengobatan Dislokasi

Pengobatan akan disesuaikan dengan area dan tingkat keparahan dislokasi yang pasien alami. Beberapa bentuk pengobatan yang mungkin dilakukan, antara lain adalah:

  1. Reduksi. Tindakan yang dilakukan dokter untuk mengembalikan tulang ke posisi semula.
  2. Imobilisasi. Setelah tulang telah kembali ke posisi semula, dokter akan menghambat gerak sendi dengan menggunakan penyangga sendi, seperti gips, selama beberapa minggu.
  3. Operasi. Jika dokter tidak mampu mengembalikan tulang ke posisi semula atau jika pembuluh darah, saraf, atau ligamen yang berdekatan dengan dislokasi mengalami kerusakan, maka dokter akan melakukan operasi.
  4. Rehabilitasi. Setelah penyangga sendi dilepas, pasien akan menjalani program rehabilitasi untuk memulihkan jangkauan gerak dan kekuatan sendinya.

Selain melalui pengobatan, ada beberapa langkah sederhana yang dapat pasien lakukan sendiri untuk membantu proses penyembuhan. Di antaranya adalah:

  1. Mengistirahatkan sendi yang mengalami dislokasi. Jangan terlalu banyak menggerakkan sendi yang cedera dan hindari gerakan yang memicu rasa sakit.
  2. Mengonsumsi obat pereda nyeri jika diperlukan. Obat-obatan yang dijual bebas di apotek, seperti ibuprofen, dapat membantu meredakan rasa sakit yang dirasakan.
  3. Mengompres sendi dengan air hangat dan es. Letakkan es pada sendi yang terluka untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit. Gunakan kompres dingin selama 1-2 hari pertama. Setelah 2-3 hari, ketika rasa sakit dan peradangan mulai menghilang, gunakan kompres panas untuk membantu melemaskan otot-otot yang kencang dan sakit.
  4. Melatih sendi yang cedera. Setelah 1-2 hari, lakukan sedikit latihan terhadap sendi yang cedera sesuai petunjuk dokter. Hal ini dilakukan agar sendi tidak kaku.

Komplikasi Dislokasi

Jika dislokasi tidak segera diobati, kondisi ini dapat bertambah parah dan bisa menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:

  1. Kerusakan saraf dan pembuluh darah di sekitar sendi.
  2. Sobeknya otot, ligamen, dan jaringan penghubung otot dengan tulang (tendon) pada sendi yang cedera.
  3. Peradangan pada sendi yang cedera. Risiko ini akan semakin tinggi pada lansia.
  4. Meningkatnya risiko cedera kembali pada sendi yang mengalami dislokasi.

Pencegahan Dislokasi

Untuk mencegah terjadinya cedera yang dapat mengakibatkan dislokasi, antara lain dengan:

  1. Selalu berhati-hati dan waspada ketika melakukan aktivitas.
  2. Selalu berpegangan pada sisi tangga setiap naik atau turun
  3. Memindahkan kabel listrik di lantai ke lokasi yang aman agar tidak tersandung.
  4. Menggunakan perlengkapan pelindung ketika berolahraga.
  5. Tidak berdiri di atas tempat-tempat yang tidak stabil, misalnya kursi.
  6. Menutupi lantai dengan karpet yang tidak licin.
  7. Melakukan latihan kebugaran secara rutin untuk meningkatkan keseimbangan dan memperkuat otot-otot tubuh.
  8. Memeriksakan kesehatan mata secara teratur dan memastikan rumah memiliki pencahayaan yang cukup.

Sedangkan pada anak-anak, risiko cedera dan dislokasi dapat ditekan dengan cara:

  1. Memastikan rumah aman bagi anak.
  2. Memerhatikan dan mengawasi anak-anak ketika bermain.
  3. Mengajari mereka mengenai perilaku aman ketika bermain atau beraktivitas.
  4. Memasang pintu pengaman di tangga untuk mencegah anak jatuh.

C.    PATOLOGIS PADA MUSKULOSKULETAL

1. Gangguan fisik

Gangguan yang paling umum terjadi pada tulang adalah kerusakan fisik tulang seperti patah atau retak tulang. Apabila terjadi fraktura (patah tulang) akan terbentuk zona fraktura yang runcing dan tajam. Pada zona tersebut timbul rasa sakit karena pergeseran tulang yang akan mengakibatkan pembengkakan bahkan perdarahan.Berdasarkan jenis fraktura yang terbentuk, fraktura dapat dibedakan menjadi empat kelompok sebagai berikut :

a.       Fraktura sederhana,Fraktura sederhana merupakan fraktura yang tidak melukai otot yang ada di sekitarnya.

b.      Fraktura kompleks,Fraktura kompleks merupakan fraktura yang melukai otot atau organ yang ada di sekitarnya, bahkan terkadang bagian fraktura dapat muncul ke permukaan kulit.

c.       Greenstick merupakan fraktura sebagian yang tidak memisahkan tulang menjadi dua bagian.

d.      Comminuted merupakan fraktura yang mengakibatkan tulang terbagi menjadi beberapa bagian, tetapi masih berada di dalam otot.

 

2. Gangguan fisiologis

Gangguan fisiologis pada tulang dapat disebabkan oleh kelainan fungsi hormon atau vitamin. Gangguan fisiologis pada tulang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.       Rakhitis

Rakhitis merupakan penyakit tulang yang disebabkan kekurangan vitamin D. Vitamin D berperan dalam proses penimbunan senyawa kapur di tulang. Kekurangan vitamin D akan menyebabkan tulang menjadi tidak keras. Pada penderita rakhitis terlihat bagian kaki (tulang tibia dan fibula) melengkung menyerupai huruf X atau 0

b.      Mikrosefalus

Mikrosefalus merupakan gangguan pertumbuhan tulang tengkorak sehingga kepala berukuran kercil. Kepala berukuran kecil karena pertumbuhan tulang tengkorak pada masa bayi kekurangan kalsium.

c.       Osteoporosis

Osteoporosis merupakan gangguan tulang dengan gejala penurunan massa tulang sehingga tulang rapuh. Hal ini dikarenakan lambatnya osifikasi dan penghambatan reabsorpsi (penyerapan kembali) bahan bahan tulang. Osteoporosis terjadi karena ketidakseimbangan hormon kelamin pada pria maupun wanita.

d.      Kelainan akibat suatu penyakit

Penyakit seperti tuberkulosis tulang dan penyakit tumor dapat menyebabkan tekanan fisik dan fisiologis terhadap mekanisme gerak tubuh.

 

3. Gangguan persendian

Gangguan persendian dapat terjadi karena sendi tidak berfungsi dengan normal. Jenis gangguan sendi dikelompokkan menjadi empat yaitu sebagai berikut

 

 

a.       Dislokasi

Dislokasi merupakan gangguan yang terjadi karena pergeseran tulang penyusun sendi dari posisi awal. Dislokasi disebabkan oleh jaringan ligamen yang sobek atau tertarik.

b.      Terkilir (keseleo)

Terkilir merupakan tertariknya ligamen sendi karena gerakan tiba-tiba atau gerakan yang tidak biasa dilakukan. Terkilir menyebabkan timbulnya rasa sakit disertai peradangan pada daerah sendi

c.       Ankilosis

Ankilosis merupakan gangguan yang terjadi karena tidak berfungsinya persendian

d.      Artritis

Artritis merupakan gangguan yang disebabkan adanya peradangan sendi. Gangguan artritis dapat dibedakan menjadi rhematoid, osteoartritis dan gautartritis. Rhematoid merupakan proses peradangan atau pengapuran pada jaringan tulang rawan yang menghubungkan tulang di persendian. Osteoartritis merupakan penipisan tulang rawa yang menghubungkan persendian. Gautartritis merupakan gangguan gerak akibat kegagalan rnetabolisme asam urat sehingga terjadi penimbunan asam urat pada persendian.

 


4.Gangguan tulang belakang

Gangguan pada tulang belakang terjadi karena adanya perubahan posisi tulang belakang, sehingga menyebabkan perubahan kelengkungan batang tulang belakang. Gangguan yang disebabkan oleh kelainan tulang belakang dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:

a.       Skoliosis, melengkungnya tulang belakang ke arah samping, mengakibatkan tubuh melengkung ke arah kanan atau kiri

b.      Kifosis, perubahan kelengkungan pada tulang belakang secara keseluruhan sehingga orang menjadi bongkok

c.       Lordosis, melengkungnya tulang belakang di daerah lumbal atau pinggang ke arah depan sehingga kepala tertarik ke arah belakang

d.      Subluksasi, gangguan tulang belakang pada segmen leher sehingga posisi kepala tertarik ke arah kiri atau kanan.

e.       Gangguan pada Sistem Otot

Otot berperan penting dalam aktivitas gerak manusia sehingga gangguan pada otot akan mempengaruhi aktivitas gerak. Gangguan pada otot dapat terjadi dalam beberapa bentuk seperti berikut ini:

f.       Atrofi

Atrofi merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau kehilangan kemampuan untuk berkontraksi. Gangguan ini dapat disebabkan oleh penyakit poliomielitis yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus ini  menyebabkan kerusakan saraf yang mengkoordinasi otot ke anggota gerak bawah.

g.      Hipertrofi

Hipertrofi merupakan otot yang berkembang menjadi lebih besar dan kuat. Hipertrofi disebabkan aktivitas otot yang kuat sehingga diameter serabut-serabut otot membesar

 

 

h.      Hernia abdominalis

Hernia abdominalis merupakan sobeknya dinding otot abdominal sehingga usus memasuki bagian sobekan tersebut.

i.        Tetanus

Tetanus merupakan otot yang mengalami kekejangan karena secara terus-menerus berkontraksi sehingga tidak mampu lagi berkontraksi. Tetanus disebabkan luka yang terinfeksi oleh bakteri Clostridium tetani.

j.    Distrofi otot

Distrofi otot merupakan penyakit kronis yang menyebabkan gangguan gerak. Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan adanya cacat genetik.

k.    Miastenia gravis

Miastenia gravis merupakan otot yang secara berangsur-angsur melemah dan menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini disebabkan oleh hormon tiroid dan sistem imunitas yang tidak berfungsi dengan normal.

 

D.    GEJALA GANGGUAN MUSKULUSKOLETAL

            Gangguan muskuloskeletal juga menyebabkan peradangan di banyak bagian tubuh yang berbeda. Orang dengan gangguan muskuloskeletal mungkin merasa sakit di seluruh tubuh mereka. Otot-otot mungkin terasa panas atau berkedut seolah-olah mereka seperti ditarik. Gejala akan bervariasi pada setiap orang, tetapi tanda-tanda dan gejala umum termasuk:

1.      yeri/ngilu

2.      Kelelahan

3.      Gangguan tidur

4.      Peradangan, pembengkakan, kemerahan

5.      Penurunan rentang gerak

6.      Hilangnya fungsi

7.      Kesemutan

8.      Mati rasa atau kekakuan

9.      Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman menurun

10.  Pegal pegal

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA GANGGUAN  MUSKULOSKULETAL

 

1. Sinar – X

               Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi

 

2. CT Scan (Computed Tomografi Scan)

               Menunjukkan rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.

 

3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

               Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal tumor atau penyempitan jaringan lunak. Klien yang mengenakan implant logam atau pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasaan harus dilepas, klien yang klaustrofobia biasanya tidak mampu menghadapi ruangan tertutup tanpa penenang.

 

4. Angiografi

               Pemeriksaan sisitem arteri. Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri tersebut. Pemeriksaan ini sangat baik untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan untuk indikasi tindakan amputasi yang akan dilaksanakan. Perawatan setelah dilakukan prosedur yaitu klien dibiarkan berbaring selama 12-24 jam untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan untuk melihat adanya pembengkakan, perdarahan dan hematoma serta nya pantau ekstremitas bagian distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.

 

5. Digital Substraction Angiography (DSA)

               Menggunakan teknologi komputer untuk menggambarkan sistem arteri melalui kateter vena. Sedangkan, venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya trombosis vena dalam

 

6. Mielografi

               Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam rongga subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau adanya tumor. Sementara, diskografi adalah pemeriksaan diskus vertebralis dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam diskus dan dilihat distribusinya

 

7.Arthrografi

               Penyuntikkan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara diambil gambar sinar-X serial. Pemeriksaan ini sangat berguna untukmengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan. Bila terdapat robekan bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar sendi dan akan terlihat dengan sinar-X. Perawatan setelah dilakukan artrogram, imobilisasi sendi selama 12-24 jam dan diberi balut tekan elastis. Tingkatkan kenyamanan klien sesuai kebutuhan

 

8.Arthrosentesis (aspirasi sendi)

               Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk meghilangkan nyeri akibat efusi. Normalnya, cairan sinovial adalah jernih dan volumenya sedikit. Cairan sinovial lalu diperiksa secara makroskopis terkait dengan volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan musin. Secara mikroskopis diperiksa jumlah sel, identifikasi sel, pewarnaan Gram, dan elemen penyusunannya. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mendiagnosis reumatoid artritis dan atrofi inflamasi, serta hemartrosis (perdarahan di rongga sendi) yang mengarah pada trauma atau kecenderungan perdarahan.

 

9.Arthroskopi

               Merupakan prosedur endoskopi yang memungkinkan pandangan langsung ke dalam sendi. Pemeriksaan ini dilakukan di kamar operasi dan memerlukan anestesi lokal atau umum sebelumnya. Jarum bor besar dimasukkan dan sendi direnggangkan dengan salin. Artroskop kemudian dimasukkan dan struktur sendi, sinovium dan permukaan sendi dapat dilihat. Perawatan yang dilakukan setelah tindakan adalah dengan menutup luka dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk menghindari pembengkakan. Kompres es diberikan untuk mengurangi edema dan rasa tidak nyaman.

 

10.Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)

               Menggambarkan derajat sejauh mana matriks tulang “mengambil” isotop radioaktif khusus tulang yang diinjeksikan ke dalam sistem tersebut. Pemindai dilakukan empat sampai enam jam setelah isotop diinjeksikan. Derajat ambilan nuklida berhubungan langsung dengan metabolisme   tulang. Peningkatan ambilan tampak pada penyakit primer tulang (osteomielitis) dan pada jenis patah tulang.

 

11.Termografi

               Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi inflamasi seperti artritis dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi. Pemeriksaan serial berguna untuk mendokumentasikan episode inflamasi dan respons klien terhadap terapi pengobatan antiinflamasi.

 

12.Elektromiografi

               Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang menyarafi. Tujuannya adalah menentukan abnormalitas fungsi  unit motor end. Setelah tindakan berikan kompres hangat untuk mengurangi ketidaknyamanan.

 

13.Absorpsiometri foton tunggal dan ganda

               Uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan atau tulang belakang. Osteoporosis dapat dideteksi dengan menggunakan alat densitometri.

 

14.Biopsi

               Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium serta untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan prosedur adalah  memantau adanya edema, perdarahan dan nyeri. Kompres es dapat diberikan untuk mengurangi edema, bahkan pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri.

 

 

F.     PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan umum gangguan muskuloskuletal

Tips

1.      Pelaksanaan didasarkan pada masalahyang dikeluhkan pasien.

2.       Lakukan Informed Consent.

3.      Tujuan ditetapkan dengan kriteria waktu.

4.      Jangan membuat masalah baru

5.      Lakukan pelaksanaan tindakan denganpendekatan secara individu.

6.      Lakukan tindakan sesuaiprosedur/standar yang berlaku.

7.      Ciptakan kerja sama yang baik.8.Pilih tindakan sesuai prioritas masalah.

 

Pembedahan pada Sendi

  1. Pembedahan sendi denganteknik terbuka (artrotomi) daneksplorasi dengan artroskopi.Intervensi ini dilakukanterhadap berbagai gangguanpada sendi.
  2. Pembedahan denganmelepaskan kapsul disebutdengan kapsulotomi, apabiladalam kondisi penyakit yangberat seperti pada artritisrematik di mana kerusakanmembran sinovia sangat parah,maka akan dilakukansinovektom

Terapi Bedah

  1. Metode terapi bedah pada gangguanmuskuloskeletal dilaksanakan secara 5R(1)repair , (2)release, (3)resection,(4)reconstructiondan (5)replacement 
  2. Pada pemilihannya, setiap intervensi iniakan digunakan sesuai kebutuhan padapasien

Pembedahan pada Tulang

  1. Pembedahan dilaksanakan pada beberapakondisi, misalnya dengan tujuan untukmendrainase pus pada pasien denganosteomielitis hematogen, pengangkatansekuestrum (sekuestromi) padaosteomielitis kronis, membuka tulang(saukerisasi) untuk tujuan drainase tulang,
  2. pengangkatan sebagian tulang (osteotomi)
  3. pada kondisi tumor tulang atau optimalisasianatomis tulang dengan tujuanmenghilangkan gangguan osteoartritispada pembedahan rekonstruksi. Untuk
  4. menstabilisasi osteotomi, maka dipasang
  5. piranti internal agar bisa dapat terjadipenyatuan tulang

 

Terapi Radiasi

  1. Terapi radiasi atau radioterapi juga disebutradiasi onkologi, adalah penggunaan radiasimedis sebagai bagian dari pengobatan kankeruntuk mengontrol sel-sel ganas.
  2. Radioterapi dapat digunakan untuk tujuanpengobatan kuratif atau ajuvan kanker. Hallain juga digunakan sebagai perawatan paliatif (di mana tidak mungkin menyembuhkan dantujuannya adalah untuk pengendalian penyakitlokal atau mengurangi gejala-gejala) atausebagai terapi pengobatan (di mana terapimemiliki manfaat kelangsungan hidup dandapat kuratif)

Manipulasi Bedah

  1. Penatalaksanaan manipulasi bedahdilakukan untuk melakukan koreksideformitas pada tulang fraktur atau sendiyang mengalami dislokasi.
  2. Pemberian manipulasi ini biasa dilakukan dibawah anestesi umum denganpenatalaksanaan reduksi tertutup

 

 

Terapi Fisik dan Okupasi

  1. Terapi fisik dan okupasi terutama berfokuspada mengevaluasi dan memperbaikipenurunan kemampuan fungsional individu.
  2. Seorang terapis akan membantu pasiendalam mengoptimalkan kemandirian dankemampuan untuk menyelesaikan kegiatansehari-hari mereka setelah cedera ataudalam situasi gangguan muskuloskeletal

Penatalaksanaan Ortopedi

1.      Istirahat

2.      Support 

3.      Pencegahan dan koreksi

Terapi Obat-obatan

  1. Sebagian besar pasien dengan gangguanmuskuloskeletal tidak ada terapi obat-obatan spesifik.Contoh: tidak ada terapi obat khusus untukmeningkatkan akselerasi pertumbuhan normal jaringan lunak setelah mengalami injuri. Walaupunbegitu, peran terapi obat-obatan sangat pentingdalam penatalaksanaan gangguan muskuloskeletal.Setelah berkembangnya preparat farmasi, beberapa obat memberikan dampak terhadap penatalaksanaanberbagai gangguan muskuloskeletal.
  2. Terapi obat-obatan yang lazim digunakan untukgangguan muskuloskelatal, meliputi: analgetik, obatantiinflamasi non-steroid, agen kemoterapi,kortikosteroid, vitamin, dan obat-obat khusus

 

G.    KOMPLIKASI

Komplikasi  fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2001) dan Price (2005) antara lain:

Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.

a.  Syok

 Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak kehilangan darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bias menyebabkan penurunan oksigenasi) dan kehilangan  cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra. 

b.  Sindrom emboli lemak

 Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjasinya globula lemak pada aliran darah. 

c.  Sindroma Kompartement

Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartement otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gibs atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompatement otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misalnya : iskemi,dan cidera remuk). 

d.   Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bias ditandai denagan tidak ada nadi, CRT menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan. 

e.  Infeksi  Sistem pertahanan tubuh rusak

bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini  biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bias juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.  f.   Avaskuler nekrosis  Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bias menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan adanya Volkman’s Ischemia (Smeltzer dan Bare, 2001).

H.    ASUHAN KEPERAWATAN

Riwayat perjalanan penyakit.

Riwayat pengobatan sebelumnya.

Pertolongan pertama yang dilakukan

 

Pemeriksaan fisik :

a.       Identifikasi fraktur 

b.      Inspeksi

c.       Palpasi (bengkak, krepitasi, nadi, dingin)

d.      Observasi spasme otot.

 

Pemeriksaan diagnostik :

a.       Laboratorium (HCt, Hb, Leukosit, LED)

b.      R Ã–

c.       CT-Scan

 

Obat-obatan :

golongan antibiotika gram (+) dan gram (-)Penyakit yang dapat memperberat dan mempermudah terjadinya fraktur :

a.          Osteomyelitis acut

b.         Osteomyelitis kronik

c.          Osteomalacia

d.         Osteoporosis

e.          Gout

f.       Rhematoid arthritis

 

 

BAB III
PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

Manusia bisa bergerak karena ada rangka dan otot. Rangka tersebut tidak dapat bergerak sendiri, melainkan dibantu oleh otot. Dengan adanya kerja sama antara rangka & otot, manusia dapat berjalan, melompat, berlari dan sebagainya.

 

3.2 Saran

Demi kebaikan dan kesempurnaan makalah (Gangguan Muskuloskeletal) yang dibuat penyusun, diharapkan adanya saran-saran yang membangun. Dikarenakan penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah (Gangguan Muskuloskeletal) ini

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Helmi, Noor Zairin. 2013. Trigger Finger.

Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 236-238 Emamalinda, Icha. 2014.

Physio-Muda: Januari 2014.Diakses pada 15 Mei 2014 jam 00.05. fisioterapiduniaku.blogspot.com/2014_01_01_archive.html Nopriansyah, Hendra dr. 2012. Lunar: Jari Macet/ Trigger Finger

Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

 

 

 


No comments:

Post a Comment