Sunday 31 March 2019

ASKEP PADA PASIEN KRATIS

BAB I
PENDAHULUAN


A.                Latar Belakang
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa hidung (mukosa olfaktori). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu (pseudo stratified columnar ephitelium) yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel goblet.
 Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai, menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara dan Eropa Barat. Di tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopi lainnya kelihatannya lebih rendah, terutama pada negara-negara yang kurang berkembang. Penderita Rhinitis alergika akan mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang berlebihan atau rhinore, dan bersin yang terjadi berulang cepat.
B.                 Rumusan Penulisan
1.      Bagaimana pengertian penyakit kranitis…………..?
2.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien kranitis …..?

C.                Tujuan Penulisan
1.   Untuk mengetahui pengertian penyakit kranitis.
2.   Untuk mengetahui penanganan asuhan keperawatan pada pasien kranitis.


BAB II
PEMBAHASAN

A.                Pengertian Kranitis
kranitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ). kranitis adalah suatu inflamasi membrane mukosa hidung dan mungkin dikelompokkan baik sebagai rhinitis alergik atau non alergik.(Brunner dan Suddarth, 2001). Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 ).
kranitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
kranitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
kranitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
B.                 Etiologi
Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.

C.                   Menifestasi Klinis
Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya nafas berbau (sementara pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau, gangguan penciuman, sakit epala, dan hidung tersumbat.
Pada pemeriksaan THT ditemukan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media hipotrofi atau atrofi secret purulen hijau dan krusta berwarna hijau.
D.                Patofisiologi
Rangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan terlepasnya asetilkolin, sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah dalm konka serta meningkatkan permiabilitas kapiler dan sekresi kelenjar, sedangkan rangsangan sraaf simpatis mengakibatkan sebaliknya( kapita).

E.                 Penatalaksanaan
Belum adanya yang baku. Penatalaksanaan ditunjukkan untuk menghilangkan etiologi, selain gejalanya dapat dilakukan secara konservatif atau operatif. Secara konservatif dapat diberikan:
v  Antibiotic presprektum luas atau sesuaiuji resistensi kuman sampai gejala hilang.
v  Obat cuci hidung agar bersih dari krusta dan bau busuk hilang dengan larutan betadine satu sendok makan dalam 100 cc air hangat.
v  Vitamin A 3×50.000 unit selama 2 minggu.
v  Preparat Fe.

F.                 Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan transiluminasi, fotosinus para nasal, pemeriksaan mikro organisme uji resistensi kuman, pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Fe serum, dan serologi darah. Dari pemeriksaan histo patologi terlihat mukosa hidung menjadi tipis, silia hilang, metaplasia thoraks menjadi epitel kubik atau gepeng berlapis, kelenjar degenerasi dan atrofi, jumlahnya berkurang dan bentuknya mengecil.

G.                Komplikasi
ü  Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
ü  Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
ü  Sinusitis kronik.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A.                Pengkajian
v  Identitas
·      Nama
·      jenis kelamin
·      umur
v  keluhan utama
·      Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal
v  Riwayat kesehatan     
·      Riwayat peyakit dahulu
·         Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
·         Riwayat keluarga
·         Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien
v  Pemeriksaan fisik
·   Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid
·   Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
Pemeriksaan penunjang
a.Pemeriksaan nasoendoskopi
b.Pemeriksaan sitologi hidung
c.Hitung eosinofil pada darah tepi
d.Uji kulit allergen penyebab

B.                 Diagnosa
v  Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan medis
v  Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret yang mengental
v  Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
v  Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore.
C.                Intervensi
ü  Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan medis
Tujuan : Cemas klien] berkurang/hilang
Kriteria :
A.    Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
B.     Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat kecemasan klien

2.      Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :
·         Temani klien         
·         Perlihatkan rasa empati( datang dengan menyentuh klien )
3.      Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
4.      Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
·         Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
·         Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
5.      Observasi tanda-tanda vital.

6.      Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis

1.      Menentukan tindakan selanjutnya
2.      Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan



3.      Meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif

4.      Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.




5.      Mengetahui perkembangan klien secara dini.
6.      Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien


v  Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental.
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan
Kriteria :
A.Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
B.Jalan nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi
Rasional
a.       Kaji penumpukan secret yang ada
b.      Observasi tanda-tanda vital.
c.       Kolaborasi dengan team medis

a.       Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
b.      Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
c.       Kerjasama untuk menghilangkan obat yang dikonsumsi


v  Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria :
Klien tidur 6-8 jam sehari
Intervensi
Rasional
a.       Kaji kebutuhan tidur klien.
b.      ciptakan suasana yang nyaman.
c.       Anjurkan klien bernafas lewat mulut
d.      Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat

a.        Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
b.        Agar klien dapat tidur dengan tenang
c.        Pernafasan tidak terganggu.
d.       Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung


v  Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
Intervensi
Rasional
a.       Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
b.      ajarkan individu menegenai sumber komunitas yang tersedia, jika dibutuhkan (misalnya : pusat kesehatan mental)
c.       dorong individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya bagaimana individu merasakan, memikirkan, atau memandang dirinya

a.       memberikan minat dan perhatian, memberikan kesempatan untuk memperbaiakikesalahan konsep
b.      pendekatan secara komperhensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasienuntuk memelihara tingkah laku koping
c.       dapat membantu meningkatkan tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri, mrnurunkan pikiran terus menerus terhadap perubahan dan meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
kranitis adalah suatu inflamasi membrane mukosa hidung dan mungkin dikelompokkan baik sebagai rhinitis alergik atau non alergik.(Brunner dan Suddarth, 2001).
kranitis paling sering disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas, termasuk kranitis viral (common cold) dan rhinitis nasal bacterial. Juga terjadi sebagai akibat masuknya benda asing ke dalam hidung.
Pasien dengan Krinitis diinstruksikan untuk menghindari allergen atau iritan, seperti debu, asap, bau, tepung, sprei, atau asap tembakau.
Untuk kesembuhan yang maksimal pasien diinstruksikan untuk menghembuskan hidung sebelum memberikan obat apapun kedalam rongga hidung.
Sinusitis merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.
Sinusitis mencakup proporsi yang tinggi dalam infeksi saluran pernafasan atas.(Brunner dan Suddarth, 2001). Sinusitis biasanya disebabkan oleh Rinitis Akut (influenza). polip, septum deviasi dan oleh kuman Streptococcus pneumonia, Hamophilus influenza, Steptococcus viridians, Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis.
Pada pasien sinusitis, seorang perawat dapat menginstruksikan pasien tentang metode untuk meningkatkan drainase seperti inhalasi uap (mandi uap, mandi hangat, mandi sauna), meningkatkan masukan cairan dan memberikan kompres hangat setempat.(handuk basah hangat). Perawat mengajarkan pasien tentang tanda-tanda dini infeksi sinus dan menganjurkan tindakan pencegahan

B.     Saran
Diharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa calon perawat,sebagai baakal terutama ketika melakukan prektik atau bekerja pada ruang perawatan bedah,sehingga kami menyarankan agar teman-teman perawat membaca Dan memahami isimakalah ini sehingga menjadi bekal bila menghadapi kasus yang saya bahas ini
                                                                                                                                                   


DAFTAR PUSTAKA


Doenges, Marilynn E., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner dan Suddarth, Edisi 8, EGC : Jakarta

No comments:

Post a Comment