Wednesday 21 November 2018

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PERAWATAN LARVA LELE DUMBO (Clarias Gariepinus)


LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
PERAWATAN LARVA LELE DUMBO (Clarias Gariepinus)

O
L
E
H


KELOMPOK IV


JERI ANTO              : 11160059
SULTAN BASRY    : 11160061
CUT NURUL                        : 11160026









FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2015

I.     PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan ini berasal dari Benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Ikan lele dumbo adalah salah satu spesies ikan air tawar yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan. Ikan ini memiliki laju pertumbuhan cepat, mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang kurang baik dan mudah dibudidayakan, selain itu digemari oleh masyarakat luas karena memiliki citarasa yang enak, gurih, teksturnya empuk dan memiliki gizi yang cukup tinggi (Agustina et al., 2010).
Permintaan ikan lele dumbo mengalami peningkatan setiap tahun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk (Soeres, 2011), hal ini menyebabkan produksi ikan lele juga mengalami peningkatan, sebagai ilustrasi secara nasional produksi ikan lele pada tahun 2005 sebesar 69.386 ton, naik menjadi 91.735 ton pada tahun 2007 dan terus meningkat menjadi 273.554 ton pada tahun 2010 (DPB, 2010). Dengan demikian, ikan lele dumbo mempunyai peluang bisnis untuk di budidayakan.
Saat ini lele dumbo sudah dapat dipijahkan secara alami. Namun demikian banyak orang yang lebih suka memijahkan dengan cara buatan (disuntik) karena penjadwalan produksi dapat dilakukan lebih tepat. Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Induk jantan yang siap kawin ditandai dengan alat kelamin berwarna merah, sedangkan induk betina ditandai dengan sel telur berwarna kuning (jika matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi akan menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele yang disebut larva (Agriminakultura, 2008).
Stadium larva merupakan masa yang sangat penting dan kritis karena pada stadium ini larva ikan sangat sensitif terhadap ketersediaan makanan dan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan larva ikan belum dapat menyesuaikan diri dengan faktor lingkungan, dan sistem pencernaannya belum sempurna, terutama sekali karena pada stadium larva ikan belum mempunyai lambung dan aktivitas enzimnya masih belum optimal sehingga perlu diberikan makanan alami.

1.2.  Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini antara lain :
1.    Mengetahui dan mengamati kegiatan perawatan larva ikan lele dumbo dengan baik dan benar.
2.    Dapat membedakan antara teori dan kenyataan yang ada dilapangan.
3.    Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi mahasiswa/mahasiswi tentang pelaksanaan perawatan larva ikan lele dumbo.
4.    Mendidik mahasiswa/mahasiswi agar mempunyai sifat kewirausahaan.





1.3.  Sasaran Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Sasaran yang diharapkan dari Praktik Kerja Lapangan ini antara lain :
1.    Mengetahui teknik perawatan larva yang baik dan benar.
2.    Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam hal perawatan larva ikan lele dumbo.
3.    Mengetahui kendala dan upaya sebagai pemecahan masalah, peawatan larva ikan lele dumbo.

1.4.  Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini antara lain :
1.    Meningkatkan ilmu pengetahuan yang lebih selain yang didapatkan diruangan.
2.    Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan daya pikir selaku mahasiswa.
3.    Digunakan sebagai pedoman dan informasi dasar dan teknik bagi instansi lainnya.
4.    Mengetahui segala permasalahan yang terdapat dalam perawatan larva ikan lele dumbo.



1.5.  Bentuk Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam praktik kerja lapangan ini antara lain :
1.      Pengammatan langsung terhadap kegiatan perawatan larva lele dumbo.
2.      Ikut berperan aktif dalam kegiatan perawatan larva lele dumbo.
3.      Konsultasi dengan pebimbing praktik kerja lapangan.













II.       TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Klasifikasi Ikan Lele Dumbo
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan lele dumbo adalah sebagai berikut:
Phyllum           : Chordatan
Sub Phyllum    : Vetebrata
Class                : Pisces
Sub Class        : Teleostei
Ordo                : Ostariophysi
Sub Ordo        : Siluroidae
Family             : Clarridae
Genus              : Clarias

Spesies            : Clarias gariepinus
Gambar 1. Lele Dumbo (Clarias gariepinus) (Santoso, 1994)

Ikan lele dumbo memiliki ciri-ciri antara lain memiliki kulit yang licin, berlendir, dan tidak mempunyai sisik sama sekali. Lele dumbo mempunyai kepala yang panjang hampir seperempat dari panjang tubuhnya. Ciri yang khas dari lele dumbo yaitu tumbuhnya empat pasang sungut seperti kumis di dekat mulutnya. Sungut ini berfungsi sebagai alat penciuman serta alat peraba saat mencari makanan (Bachtiar, 2006).
2.2.  Habitat dan Penyebaran Ikan Lele Dumbo
Lele Dumbo pertama kali didatangkan ke indonesia antara 1985-1986. Namun sebetulnya sejak 1970-an peternak ikan Ciseeng-Parung sudah mengenalinya lewat sebuah perusahaan asal Taiwan yang membuka usahanya di kawasan tersebut. Selanjutnya, lele dumbo berkembang ke hampir seluruh wilayah nusantara. Dewasa ini budidaya lele dumbo telah mendesak lele lokal. Bahkan lele dumbo mulai populer di Eropa Barat, terutama Belanda. Ukuran lele konsumsi di negeri bersalju tersebut rata-rata 800-1.000 gram.
Lele dumbo seberat 30 gram yang dipelihara selama tiga bulan dikolam tergenang dan diberi pakan pelet, bobotnya bisa mencapai 300 gram. Namun, jika lele yang dipelihara berbobot 200 gram, tiga bulan kemudian menjadi 1.000 gram. Sedangkan lele dumbo yang dipelihara dalam kolam jaring apung dengan kepadatan tebar 50 ekor/m3, pertumbuhan hariannya bisa mencapai 4%.
Kini, lele dumbo tidak hanya populer di Afrika atau Eropa Barat (terutama Belanda), melainkan juga di Yunani dan Slovakia. Produksi dunia lele dumbo sepuluh tahun lalu mencapai 1.558 ton dengan nilai 4.083 dolar AS (Agriminakultura, 2008).
2.3.  Syarat Hidup
Lele dumbo dilengkapi dengan organ pernafasan tambahan yang dikenal dengan sebutan Arborescent. Dengan organ ini lele dumbo bisa hidup dalam lumpur atau air yang kandungan oksigennya sedikit. Bahkan dengan organ tersebut, lele dumbo mampu hidup diluar air selama beberapa jam asalkan udara sekitarnya cukup lembab.
Kualitas air tidak menjadi masalah untuk lele dumbo, tidak seperti ikan-ikan lainnya, lele dumbo tidak menuntut air yang berkualitas, misalnya yang jernih atau yang mengalir. Karena itu lele dumbo bisa dipelihara dikolam penampungan buangan air di belakang rumah, bahkan di comberan sekalipun, lele dumbo masih bisa hidup.
Jika akan membudidayakan lele dumbo, yang perlu diperhatikan adalah suhu air, yaitu antara 20oC-30oC dengan suhu optimal kehidupannya 27oC, pH antara 6,5-8,0, kandungan oksigen terlarut dalam air minimal 3 ppm (miligram perliter), kandungan karbondioksida 15 ppm, NH3 0,05 ppm, NO2 0,25 ppm, dan NO3 250 ppm (Agriminakultura, 2008)

2.4.  Pemijahan
Di alam bebas lele dumbo akan memijah pada awal musim hujan. Pada saat seperti ini segerombolan ikan jantan dan betina yang telah matang kelamin memijah dengan cara berikut : lele betina meletakkan telur-telurnya pada bagian pinggiran perairan. Pada saat yang sama lele jantan menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut.
Jumlah telur yang dikeluarkan induk betina antara 3.000-5.000 butir. Telur-telur yang telah dibuahi akan menempel pada bebatuan atau tanaman air yang ada di pinggiran perairan. Beberapa hari kemudian, bila alam sekitarnya mendukung, telur-telur itu akan menetas dengan sendirinya.
Produksi benih atau larva lele dumbo tidak banyak. Hal ini karena benih yang baru menetas sebagian mati karena faktor alam, sebagian lagi dimangsa para predator (Agriminakultura, 2008)

2.5.  Pakan
Pada stadia larva dan benih, lele dumbo memakan jasad renik atau plankton hewani atau kutu air dari kelompok Daphnia, Cladocera, Coppepoda, atau Rotifera. Jasad renik ini bisa ditumbuhkan di kolam dengan pemupukan.
Pada stadia benih, lele bisa diberi pakan campuran alami dan buatan dengan perbandingan 1:1. Pada stadia muda dan dewasa, lele ini memakan apa saja, khususnya Detritus, larva jentik nyamuk, serangga, atau siput-siput kecil. Menurut para pengalaman peternak, lele yang dibudidayakan lahap memakan pakan buatan seperti pelet, limbah peternakan ayam, atau limbah peternakan lainnya (Agriminakultura, 2008).


III.   BAHAN, ALAT DAN METODE

3.1.  Bahan
Bahan yang digunakan untuk kegiatan perawatan larva ikan lele dumbo  adalah sebagai berikut :
·         Larva ikan lele dumbo
·         pakan
·         Pupuk kandang
·         Kapur tohor
·         Hapa
·         Kayu/tiang
·         Para net
·         Bak

3.2.  Alat
Alat yang digunakan untuk kegiatan perawatan larva ikan lele dumbo  adalah sebagai berikut :
·      Aerator/blower
·      Parang
·      Cangkol

3.3.  Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan perawatan larva ikan lele dumbo  adalah sebagai berikut :
·       Wawancara yaitu tanya jawab dengan pembimbing dilapangan.
·       Observasi yaitu pengamatan langsung dilapangan.
·       Partisipasi dan ikut terlibat langsung dalam semua kegiatan.

IV.   PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan Universitas Abulyatama Aceh, Jalan Blang Bintang Lama Km. 8,5 Lampoh Keude. Penelitian ini dimulai dari tanggal 02 Desember sampai dengan 16 Januari.

4.2.Prosedur Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Ø  Pengeringan bak dan pembersihan bak
Ø  Pemasangan aerator/blower
Ø  Pengisian air
Ø  Penetasan telur
Ø  Perawatan larva
Ø  Penyiponan
Ø  Pemberian pakan
Ø  pendederan



 




V.      HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil
Dari hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan ada beberapa kegiatan yang di dapat yaitu sebagai berikut :
5.1.1. Pengeringan Bak dan Pembersihan Bak
Bak dikeringkan dengan tujuan untuk membersihkan wadah pemeliharaan larva dan untuk mematikan berbagai bibit penyakit.
5.1.2. Pemasangan Aerasi
Aerator juga merupakan salah satu peralatan pemeliharaan larva yang sangat penting, dimana mesin ini berfungsi untuk menghasilkan gelembung-gelembung oksigen dalam air, semakin kecil permukaan gelembung oksigen yang dihasilkan akan semakin mudah bagi air untuk menyerap oksigen tersebut, hal ini dapat dilakukan dengan memasang batu aerasi pada ujung selang aerasi yang dimasukan ke dalam air pada bak.
5.1.3. Pengisian Air
Pengisian air kedalam bak dilakukan setelah bak selesai dibersihkan dan di keringkan beberapa hari yang sudah dilengkapi dengan aerasi. Bak tersebut digunakan untuk wadah penetasan telur dan perawatan larva. Air bak di isi setinggi 20-30 cm atau disesuaikan dengan kebutuhan.



5.1.4. Penetasan Telur
Induk lele dumbo akan memijah pada malam menjelang pagi, biasanya antara pukul 24.00 sampai subuh (04.00). Selam proses pemijahan berlangsung, induk induk betina akan mengeluarkan telur sedangkan induk jantan pada saat yang bersamaan  akan mengeluarkan sperma. Pembuahan akan terjadi di luar tubuh induk atau di dalam air dan telur-telur tersebut keesokan harinya akan menempel pada substrat atau kakaban. Kakaban ini diangkat pelan-pelan, kemudian dipindahkan ke bak penetasan. Kakaban diletakan secara mendatar sampai seluruh permukaannya terendam air. Jika ada telur yang tidak terendam air, bisa dipastikan telur tersebut tidak akan menetas.
Selama proses penetasan, bak harus dijaga bertujuan untuk mencegah binatang liar masuk ke dalam bak. Binatang liar ini biasanya kodok atau ular yang suka melahap telur yang akan menetas atau benih/larva yang baru menetas.
Telur yang dibuahi dan yang akan menetas warnanya kuning transparan. Telur yang tidak dibuahi warnanya putih pucat. Suhu sekitarnya menentukan cepat lambatnya telur menetas. Semakin panas suhunya, semakin cepat telur menetas. Begitu pula sebaliknya. Telur menetas menjadi larva sekitar 20-24 jam setelah pemijahan.
Setelah telur menetas, kakaban diangkat untuk dikeluarkan  dari bak penetasan. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas air akibat telur yang tidak menetas menjadi busuk atau terserang jamur.



5.1.5. Perawatan Larva
Bak atau tempat penetasan telur sekaligus dijadikan sebagai tempat pemeliharaan larva. Larva yang baru menetas warnanya hijau. Biasanya bergerombol di dasar bak penetasan. Setelah berumur 2 hari, larva mulai bergerak dan menyebar keseluruh bak penetasan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama pemeliharaan larva, yaitu sebagai berikut :
·      Kualitas air tetap terjaga dengan baik.
·      Pakan harus tersedia dalam jumlah dan kualitas yang mencukupi.
·      Penggantian air atau penambahan air dilakukan setiap 2 hari sekali atau tergantung dari kebutuhan dengan melihat kualitas air yang ada dalam bak penetasan.
·      Jumlah air yang diganti antara 30-50%, secara menyipon. Sambil membuang kotoran (air) dalam bak dengan menggunakan slang plastik, air baru sebaiknya dari kolam tandon dimasukan kedalam bak.
·      Larva yang baru menetas sampai berumur 3 hari belum diberikan pakan tambahan karena cadangan pakan brupa kuning telurmasih tersedia didalam tubuhnya.
·      Pada hari ke-4 setelah menetas, benih harus diberi pakan tambahan yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva lele dumbo.
·      Pakan tambahan yang diberikan adalah pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami pakan hidup berupa plankton, kutu air (Daphnia sp), sedangkan pakan buatan berupa emulsi kuning telur yang telah di rebus dan pasta yaitu pakan pelet yang diramu menggunakan kuning telur bebek, minyak ikan, dan madu.
·      Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan, yaitu empat kali sehari pada pagi, siang, sore, dan malam hari.
·      Pakan tambahan alami lebih dianjurkan karena selain kandungan proteinnya cukup tinggi, juga mudah dicerna, dan tidak menyebabkan kualitas air turun.
·      Hindari pemberian pakan yang berlebihan agar tiak mencemari air.
Kutu air dapat diperoleh di alam (biasanya di comberan) tetapi dapat pula dibudidayakan pada media tertentu. Kutu air yang ada di alam ditangkap dengan scop net halus. Setelah itu, dibersihkan dari kotoran, dan kemudian diberikan pada larva lele.
5.1.6. Pendederan
5.1.6.1.     Pendederan Pertama
Pendederan pertama benih ikan lele dumbo dilakukan di hapa. Hal ini disebabkan benih yang dipelihara masih berukuran kecil dan belum membutuhkan tempat yang lebih luas.
Keuntungan yang diperoleh jika ikan lele dumbo didederkan di dalam jaring sebagai berikut:
·      Mortalitas atau tingkat kehilangan benih cukup kecil, hanya 15-20% dari total yang dipelihara. Hal ini disebabkan selama pendederan biasanya ikan lele terhindar dari serangan hama.
·      Teknik pemeliharaan cukup mudah dan praktis. Misalnya pemanenannya cukup dengan mengangkat beberapa bagian atau sudut jaring. Pada saat jaring diangkat, benih-benih ikan lele sudah terkumpul di salah satu sudut jaring, sehingga mudah ditangkap atau dipanen menggunakan sair.
Hapa yang digunakan adalah hapa yang mwmiliki lubang lebih kecil daripada benih ikan lele yang akan dipelihara. Tujuannya agar benih ikan lele tidak lepas atau keluar jaring. Jaring terbuat dari kain trilin berbahan lembut yang biasanya digunakan para petani sebagai tempat untuk penetasan telur ikan mas (hapa). Jaring tempat pendederan benih ikan lele dapat dibeli di toko yang menjual alat-alat perikanan. Jaring tersebut masih berupa kain dalam bentuk lembaran. Karenanya, perlu dijahit terlebih dahulu menggunakan benang nilon agar jaring kuat dan tahan lama. Ukuran jaring disesuaikan dengan jumlah benih ikan lele yang akan didederkan atau disesuaikan dengan luas kolam tempat jaring tersebut akan dipasang. Di setiap sudut jaring diberi tali untuk mengikatkan jaring ke tiang di kolam, agar jaring terbentang dengan sempurna.
5.1.6.1.1.   Pemasangan Jaring Tempat Benih Ikan Lele Dumbo
Sebelum jaring dipasang, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan patok atau tiang untuk mengikat jaring. Untuk jaring yang berukuran 1,5 x 4 x 0,5 m cukup disediakan patok sebanyak 4 buah. Patok yang digunakan berupa bambu atau kayu yang ditancapkan ke dasar kolam dengan jarak antara satu patok dan patok lainnya disesuaikan dengan ukuran jaring. Patok harus ditancapkan tegak lurus dan kokoh agar mampu menahan beban jaring. Penempatan jaring sebaiknya di pinggir atau tepi kolam guna memudahkan pemeliharaan.
Jaring harus dipastikan dalam keadaan bersih dan tidak ada yang berlubang. Semua tali yang terdapat di sudut-sudut jaring diikat ke tiang atau patok yang telah disiapkan. Ketinggian air di dalam jaring diusahakan hanya 30-50 cm. Hal ini disebabkan ikan lele dumbo yang akan dipelihara ukurannya masih kecil dan belum memerlukan air yang dalam.
5.1.6.1.2.   Penebaran Benih Ikan Lele Dumbo
Penebaran benih dilakukan setelah jaring terpasang dengan sempurna. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Sebelum penebaran perlu dilakukan adaptasi agar benih tidak stres. Proses adaptasi bertujuan untuk menyesuaikan kondisi air, yakni antara air yang ada di dalam wadah pengangkutan dan air yang ada di dalam jaring. Cara penebaran untuk proses adaptasi benih ikan lele cukup mudah. Benih ikan lele yang masih berada di dalam wadah pengangkutan dibiarkan terapung-apung di atas air selama 5 menit. Selanjutnya ditambahkan air dari kolam jaring ke wadah pengangkutan sedikit demi sedikit. Kemudian benih ikan lele akan keluar dengan sendirinya dari dalam wadah pengangkutan ke dalam kolam jaring.
5.1.6.1.3.   Pemeliharaan Benih Ikan Lele Dumbo
Kegiatan pemeliharaan merupakan kegiatan inti dari pendederan. Selama pemeliharaan, benih harus diberi pakan tambahan. Karena berada di dalam wadah yang terbatas (kolam jaring), benih ikan lele tidak mendapat pakan alami. Pakan tambahan yang cocok adalah pelet dalam bentuk tepung, sebanyak 3-5% dari berat total benih ikan lele yang dipelihara. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yakni pada pagi, siang, dan sore hari. Pakan harus disebarkan merata di seluruh permukaan air. Maksudnya agar semua benih mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan.
Pengontrolan kolam jaring harus dilakukan setiap satu minggu sekali. Pengontrolan dimaksudkan untuk menjaga jaring tidak sampai berlubang atau sobek. Jika jaring berlubang, benih yang dipelihara akan keluar dari dalam jaring. Dalam hal ini, harus dihindari serangan hama.
5.1.6.1.4.   Pemanenan Benih Ikan Lele Dumbo
Benih ikan lele dipelihara di tempat pendederan selama 2-3 minggu atau disesuaikan dengan kebutuhan. Pemanenan dilakukan dengan mengangkat salah satu bagian jaring. Dengan cara ini benih ikan lele dipastikan akan terkumpul di sisi lain. Selanjutnya benih ikan lele ditangkap menggunakan serok secara hati-hati dan ditampung dalam wadah tertentu atau di dalam jaring berukuran kecil. Benih ikan lele selanjutnya disortir atau dipilih sesuai dengan ukuran badannya. Benih yang berukuran besar dipisahkan dari yang berukuran kecil. Benih yang diambil adalah benih yang berukuran sama, baik panjang maupun besarnya. Benih-benih tersebut kemudian didederkan (pendederan kedua) di kolam atau tempat lain. Jumlah benih yang dipanen atau tingkat kelangsungan hidup rata-rata berkisar 80-90% dari total benih yang dipelihara. Dengan kata lain, mortalitas atau tingkat kematian dan kehilangan benih berkisar 10-20%.

5.1.6.2.     Penedederan Kedua
Untuk pendederan kedua benih ikan lele dumbo didederkan dikolam tanah, kolam tembok, atau kolam yang dindingnya tembok dan dasarnya tanah. Tidak ada ketentuan khusus mengenai luas kolam. Untuk memudahkan pengelolaan, sebaiknya kolam berbentuk empat persegi panjang. Kolam yang baik harus memiliki saluran pemasukan dan pengeluaran air. Di bagian tengah dasar kolam dilengkapi kamalir atau saluran tengah yang berfungsi untuk memudahkan penangkapan benih saat dipanen.
5.1.6.2.1.   Persiapan Kola Untuk Pendederan II
Sebelum benih ditebarkan, dilakukan persiapan terlebih dahulu sebagai berikut :
·      Kolam dikeringkan beberapa hari untuk memudahkan pengolahan dan membunuh bibit-bibit penyakit yang ada di dalam kolam.
·      Pemupukan dan pengapuran kolam. Agar pakan alami berupa plankton tumbuh, kolam dipupuk menggunakan kotoran ayam sebanyak 200-300 gram/m², TSP dan urea masing-masing sebanyak 10 gram/m² dan kapur pertanian sebanyak 25-30 gram/m² atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan lahan. Tujuan pemupukan dan pengapuran selain untuk menaikkan tingkat keasaman tanah (pH), juga dapat membunuh bibit-bibit penyakit. Cara pemupukan dan pengapurannya adalah dengan menebarkan pupuk dan kapur secara merata ke seluruh permukaan dasar kolam.
·      Mengisi air. Kolam diisi air setinggi 40-50 cm dan dbiarkan selama 7 hari agar pakan alami tumbuh dengan sempurna.
5.1.6.2.2.   Penebaran Benih Pada Kolam Pendederan
Penebaran benih dilakukan setelah 7 hari dari pemupukan atau saat pakan alami telah tersedia. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Penebaran harus dilakukan dengan hati-hati agar benih ikan lele tidak mengalami stres. Sebelum ditebarkan benih harus diadaptasikan terlebih dahulu sebagaimana yang dilakukan pada penebaran benih yang didederkan di kolam hapa.
5.1.6.2.3.   Pemeliharaan Benih Pada Kolam Pendederan
Kualitas air kolam pendederan perlu dijaga, cara paling efektif adalah penggunaan air mengalir sistem paralon secara kontinyu dengan debit air tidak terlalu besar. Pada kolam ikan lele pendederan, kualitas air tidak terlalu cepat menurun. Hal ini dikarenakan ukuran ikan masih sangat kecil, sehingga kotoran yang ditimbulkan belum begitu banyak. Selama pemeliharaan lele diberi pakan tambahan untuk mempercepat proses pertumbuhan. Pakan tambahan berupa pakan pelet 01 sebanyak 3-5% dan pakan pelet PF 500 sebanyak 3-5% dari jumlah total benih yang dipelihara. Pakan diberikan tiga kali sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari. Agar pakan lebih efisien dan efektif, sebaiknya pemberiannya dilakukan dengan cara membiasakan di satu atau dua tempat saja, misalnya di bagian pojok kolam.
Untuk memperkecil mortalitas atau kehilangan benih, selama pemeliharaan harus dilakukan pengontrolan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang umum menyerang ikan lele berupa ular, dan ikan gabus. Tindakan pencegahan penyakit cukup dengan menjaga kualitas dan kuantitas air kolam, yakni dengan menghindari pemberian pakan yang berlebihan. Karena pakan yang berlebih akan menumpuk di dasar kolam dan bisa membusuk yang akhirnya menjadi salah satu sumber penyakit.
5.1.6.2.4.   Pemanenan Benih Ikan Lele
Setelah dipelihara selama 2-3 minggu, benih ikan lele siap dipanen. Pemanenan benih ikan lele sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu rendah. Pemanenan dimulai dengan mempersiapkan alat-alat panen serta tempat penampungan benih hasil panen. Setelah semua peralatan siap, kolam dikeringkan secara perlahan-lahan sampai air yang tersisa hanya tinggal di kamalir. Dalam keadaan ini, benih-benih ikan lele akan terkumpul di dalam kamalir. Selanjutnya dengan alat tangkap (serok), benih ditangkap dan ditampung di dalam wadah yang telah disediakan. Benih disortir atau dipisahkan sesuai dengan ukurannya. Rata-rata benih telah mencapai ukuran 5-8 cm per ekornya. Selanjutnya benih dapat dipelihara di tempat lain (pembesaran) atau langsung dijual kepada konsumen. Mortalitas selama pemeliharaan lebih kurang 25-30% dari jumlah benih yang ditebarkan.

5.2.  Pembahasan
Larva merupakan fase kritis terhadap respon lingkungan, oleh sebab itu pemeliharaan larva harus mendapatkan perawatan yang intensif. Larva yang baru menetas sampai berumur 3 hari belum diberikan pakan tambahan karena cadangan pakan dalam tubuhnya masih tersedia, yakni berupa kuning telur. Pada hari ke-4 setelah menetas dilihat apabila cadangan makanan telah habis, larva baru diberi pakan tambahan yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva lele dumbo. Pakan tambahan yang diberikan adalah pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami pakan hidup berupa plankton, kutu air (Daphnia sp), sedangkan pakan buatan berupa emulsi kuning telur yang telah di rebus dan pasta yaitu pakan pelet yang diramu menggunakan kuning telur bebek, minyak ikan, dan madu. Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan, yaitu empat kali sehari pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Pakan tambahan alami lebih dianjurkan karena selain kandungan proteinnya cukup tinggi, juga mudah dicerna, dan tidak menyebabkan kualitas air turun. Hindari pemberian pakan yang berlebihan agar tiak mencemari air.
Selama perawatan larva kualitas air harus terjaga dengan baik. Penggantian air atau penambahan air dilakukan setiap 2 hari sekali atau tergantung dari kebutuhan dengan melihat kualitas air yang ada dalam bak. Jumlah air yang diganti antara 50-70%, secara menyipon sambil membuang kotoran (air) dalam bak dengan menggunakan slang plastik, air baru sebaiknya dari kolam tandon dimasukan kedalam bak..
Dalam perawatan larva ikan lele dumbo tidak terlepas dari alat dan bahan yang dibutuhkan. Alat yang digunakan berupa wadah/bak, aerasi, dan bahan yang digunakan berupa larva lele dumbo dan pakan.
Larva yang sudah besar siap dilakukan pendederan, dalam Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan pendederan di hapa untuk pendederan pertama dan di kolam tanah untuk pendederan kedua. Adapun persiapan wadah yang digunakan untuk pendederan pertama benih berupa pemasangan hapa.
Sebelum hapa dipasang, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan patok atau tiang untuk mengikat hapa. Patok yang digunakan berupa kayu yang ditancapkan ke dasar kolam dengan jarak antara satu patok dan patok lainnya disesuaikan dengan ukuran hapa. Patok harus ditancapkan tegak lurus dan kokoh agar mampu menahan beban hapa. Penempatan jaring sebaiknya di pinggir atau tepi kolam guna memudahkan pemeliharaan.
Ketinggian air di dalam hapa diusahakan hanya 30-50 cm. Hal ini disebabkan ikan lele dumbo yang akan dipelihara ukurannya masih kecil dan belum memerlukan air yang dalam.
Penebaran benih dilakukan setelah jaring terpasang dengan sempurna. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Benih yang dipelihara dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini berasal dari hasil pembenihan sendiri sehingga saat penebaran tidak perlu lagi dilakukan proses adaptasi, karena kualitas air di tempat tersebut tidak jauh berbeda.
Kegiatan pemeliharaan merupakan kegiatan inti dari pendederan. Selama pemeliharaan, benih harus diberi pakan tambahan. Karena berada di dalam wadah yang terbatas, benih ikan lele tidak mendapat pakan alami. Pakan tambahan yang cocok adalah pelet dalam bentuk tepung, sebanyak 3-5% dari berat total benih ikan lele yang dipelihara. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yakni pada pagi, siang, dan sore hari. Pakan harus disebarkan merata di seluruh permukaan air. Maksudnya agar semua benih mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan.
Pengontrolan kolam hapa harus dilakukan setiap satu minggu sekali. Pengontrolan dimaksudkan untuk menjaga hapa tidak sampai berlubang atau sobek. Jika hapa berlubang, benih yang dipelihara akan keluar.
Sebelum dilakukan pendederan II terlebih dahulu dilakukan persiapan kolam. Kolam dikeringkan beberapa hari untuk memudahkan pengolahan dan membunuh bibit-bibit penyakit yang ada di dalam kolam. Pemupukan dan pengapuran kolam. Agar pakan alami berupa plankton tumbuh, kolam dipupuk menggunakan kotoran ayam sebanyak 200-300 gram/m², TSP dan urea masing-masing sebanyak 10 gram/m² dan kapur pertanian sebanyak 25-30 gram/m² atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan lahan. Tujuan pemupukan dan pengapuran selain untuk menaikkan tingkat keasaman tanah (pH), juga dapat membunuh bibit-bibit penyakit. Cara pemupukan dan pengapurannya adalah dengan menebarkan pupuk dan kapur secara merata ke seluruh permukaan dasar kolam. Mengisi air kolam setinggi 40-50 cm dan dibiarkan selama 7 hari agar pakan alami tumbuh dengan sempurna.
Penebaran benih dilakukan setelah 7 hari dari pemupukan atau saat pakan alami telah tersedia. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Penebaran harus dilakukan dengan hati-hati agar benih ikan lele tidak mengalami stres. Sebelum ditebarkan benih harus diadaptasikan terlebih dahulu sebagaimana yang dilakukan pada penebaran benih yang didederkan di hapa.
Kualitas air kolam pendederan perlu dijaga, cara paling efektif adalah penggunaan air mengalir sistem paralon secara kontinyu dengan debit air tidak terlalu besar. Pada budidaya ikan lele pendederan, kualitas air tidak terlalu cepat menurun. Hal ini dikarenakan ukuran ikan masih sangat kecil, sehingga kotoran yang ditimbulkan belum begitu banyak. Selama pemeliharaan lele diberi pakan tambahan untuk mempercepat proses pertumbuhan. Pakan tambahan berupa tepung pelet sebanyak 35% dari jumlah total benih yang dipelihara. Pakan diberikan tiga kali sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari. Agar pakan lebih efisien dan efektif, sebaiknya pemberiannya dilakukan dengan cara membiasakan di satu atau dua tempat saja, misalnya di bagian pojok kolam.
Untuk memperkecil mortalitas atau kehilangan benih, selama pemeliharaan harus dilakukan pengontrolan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang umum menyerang ikan lele berupa belut, ular, atau ikan gabus. Tindakan pencegahan penyakit cukup dengan menjaga kualitas dan kuantitas air kolam, yakni dengan menghindari pemberian pakan yang berlebihan. Karena pakan yang berlebih akan menumpuk di dasar kolam dan bisa membusuk yang akhirnya menjadi salah satu sumber penyakit.
Setelah dipelihara selama 2-3 minggu, benih ikan lele siap dipanen. Pemanenan benih ikan lele sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu rendah. Pemanenan dimulai dengan mempersiapkan alat-alat panen serta tempat penampungan benih hasil panen. Setelah semua peralatan siap, kolam dikeringkan secara perlahan-lahan sampai air yang tersisa hanya tinggal di kamalir. Dalam keadaan ini, benih-benih ikan lele akan terkumpul di dalam kamalir. Selanjutnya dengan alat tangkap (sair), benih ditangkap dan ditampung di dalam wadah yang telah disediakan. Benih disortir atau dipisahkan sesuai dengan ukurannya. Rata-rata benih telah mencapai ukuran 5-8 cm per ekornya. Selanjutnya benih dapat dipelihara di tempat lain (pembesaran) atau langsung dijual kepada konsumen. Mortalitas selama pemeliharaan lebih kurang 25-30% dari jumlah benih yang ditebarkan.




VI.   KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama mengikuti Praktik Kerja Lapangan adalah Salah satu upaya untuk mendapatkan benih ikan Lele Dumbo yang berkualitas tinggi dan jumlah yang mencukupi perlu adanya penanganan dan pengolahan yang tepat.

6.2.  Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan selama mengikuti Praktik Kerja Lapangan adalah :
1.    Diharapkan kepada para mahaiswa/mahasiswi yang mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) dimasa yang akan datang, agar dapat mengamati lebih lanjut terutama tentang faktor-faktor penyebab keberhasilan yang sama maupun pada lokasi yang lain.
2.    Hasil laporan ini dapat merupakan acuan untuk kegiatan selanjutnya.





DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. Agromedia Pustaka. Jakarta, hal : 1-8.
Cut Dara Dewi, Zainal A. Muchlisin, dan Sugito. 2013. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Pada Konsentrasi Tepung Daun Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) Yang Berbeda Dalam Pakan. Depik, 2(2): 45-49. Diakses pada 25 Desember 2014.
Muchlisin, Z.A, A. Damhoeri, R. Fuaziah, Muhamamadar dan M. Musman. Pemgaruh Beberapa Jenis Pakan Alami Terhaap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Biologi 3 (2) : 105-113. Diakses pada 25 Desember 2014.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Bina Cipta. Jakarta
Santoso,1994. Lele Dumbo dan Lele Lokal.Yogyakarta: kanisius
Tim Agriminakultura. 2008. Bisnis dan Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Gramedia Pustaka Utama.







No comments:

Post a Comment