Thursday 15 March 2018

KONSEP STERILISASI




Makalah

KONSEP STERILISASI



Disusun
Oleh:

KELOMPOK 3

ERA NOVIA
ARMAWAN AKBAR
M. KHALIFATULLAH
SAIBATUL HAMDI









Dosen Pembimbing
Nurul Sakdah, SKM, M.Kes







AKADEMI KEPERAWATAN ABULYATAMA
BANDA ACEH
2017

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok dalam membuat makalah yang berjudul “KONSEP STERILISASI.”  Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi kelompok kami.
Makalah ini disususun berdasarkan hasil diskusi kelompok kerja kami dan pengupulan data dari beberapa buku panduan  yang ada, serta dengan bantuan dari dunia maya yaitu melalui situs internet, dan yang lainnya.
kami menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu dengan adanya bantuan dari semua pihak yang terkait.
Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha menyajikan semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, maka kami mengharapkan masukan ataupun saran dari Dosen pembimbing serta teman-teman lainnya dalam menyempurnakan penulisan makalah kami agar dapat bermamfaat bagi seluruh pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.


Aceh Besar,    Desember  2017


Penulis


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.    Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C.    Tujuan........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.    Pengertian Sterilisasi.................................................................................... 3
B.    Tujuan Sterilisasi dan Faktor yang Mempengaruhi...................................... 5
C.    Jenis Peralatan yang Dapat Disterilisasi....................................................... 5
D.    Macam-Macam Metode Sterilisasi............................................................... 6
E.     Metode Sterilisasi......................................................................................... 9

BAB III PENUTUP............................................................................................. 13
A.    Kesimpulan................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Tahapan penting yang mutlak harus dilakukan selama bekerja di ruang praktikum mikrobiologi adalah prinsip sterilisasi. Bahan atau peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang menganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikrooranisme disebut dengan sterilisasi. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikroba, akan diluluhkan (Cappuccino, 1983)
Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen, serta unsur-unsur lainnya. Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin, atau nukleotida (Lim, 1998). Dalam dunia keperawatan pun sering kali terjadi insiden pasien yang tertular penyakit ataupun sebaliknya, perawat yang di tulari penyakit oleh si pasien. Untuk mencegah hal-hal yang membahayakan seperti ini, maka perlu di ambil langkah-langkah pencegahan. Dan hal utama yang harus dilakukan adalah sterilisasi. Hal ini dapat mengurangi risiko penularan penyakit dari si pasien ke bidan ataupun dari bidan kepada pasien.
Dalam bekerja menciptakan lingkungan bebas infeksi, yang penting dan rasional adalah melakukan setiap proses pencegahan infeksi yang dianjurkan. Proses pencegahan infeksi dasar yang dianjurkan untuk meminimalkan penularan penyakit secara silang adalah melakukan sterilisasi

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari sterilisasi?
2.      Apa tujuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi?
3.      Apa saja peralatan yang dapat disterilisasi?
4.      Bagaimana macam-macam dan metode sterilisasi?

C.           Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian sterilisasi
2.      Untuk mengetahui tujuan dilakukannya sterilisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses sterilisasi
3.      Untuk mengetahui macam-macam peralatan yang dapat disterilisasi
4.      Untuk mengetahui macam-macam dan metode sterilisasi

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan suatu kondisi bebas mikroba atau setiap proses yang dilakukan baik secara fisika, kimia, dan mekanik untuk membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Dalam bidang mikrobiologi baik dalam pengerjaan penelitian atau praktikum, keadaan steril merupakan syarat utama berhasil atau tidaknya pekerjaan kita dilaboratorium.
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia; oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi  (Curtis, 2009).
Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membran mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2006)
Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan dan membinasakan semua alat dan media dari gangguan organisme mikroba, termasuk virus, bakteria dan spora dan fungi beserta sporanya. Sterilisasi merupakan suatu metode atau cara yang digunakan untuk mengeliminasi semua mikroorganisme.
Sterilisasi yaitu proses membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri pada benda yang telah didekontaminasi dengan tepat. Tujuan sterilisasi yaitu untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode sterilisasi yaitu sifat bahan yang akan disterilkan. Metode sterilisasi antara lain :
a.       Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dipakai bila selama sterilisasi dengtan bahan kimia tidak akan berubah akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara membunuh mikroorganisme tersebut adalah dengan panas. Panas kering membunuh bakteri karena oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas basah. Pemanasan basah dapat memakai otoklaf, tyndalisasi dan pasteurisasi. Otoklaf adalah alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap air. Tyndalisasi merupakan metode dengan mendidihkan medium dengan uap beberapa menit saja. Pasteurisasi adalah suatu cara disinfeksi dengan pemanasan untuk mengurangi jumlah mikrooranisme tanpa merusak fisik suatu bahan. Pemanasan kering dapat memakai oven dan pembakaran. Selain itu dapat dilakukan penyinaran dengan sinar gelombang pendek (Waluyo, 2005).
b.      Sterilisasi secara kimia
Sterilisasi secara kimia dapat memakai antiseptik kimia. Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain halogen (senyawa klorin, yodium), alkohol, fenol, hidrogen peroksida, zat warna ungu kristal, derivat akridin, rosalin, deterjen, logam-logam berat, aldehida, ETO, uap formaldehid ataupun beta-propilakton (Volk, 1993).



c.       Sterilisasi secara mekanik.
Sterilisasi secara mekanik dapat dilakukan dengan penyaringan. Penyaringan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring

B.     Tujuan Sterilisasi dan Faktor yang Mempengaruhi
Tujuan dilakukannya sterilisasi diantaranya :
1.        Mencegah terjadinya infeksi
2.        Mencegah kontaminasi dari mikroorganisme
3.        Menjamin kebersihan alat
4.        Menjaga peralatan agar lebih awet
5.        Menunjang penyembuhan dalam proses perawatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sterilisasi diantaranya:
1.      Jenis mikroorganisme yang ada. Sebagian mikroorganisme sangat sulit dibunuh. Sebagian lainnya dapat dengan mudah dibunuh.
2.      Jumlah mikroorganisme yang ada. Lebih mudah membunuh satu organisme dari pada yang banyak.
3.      Jumlah dan jenis materi organik yang melindungi mikroorganisme tersebut. Darah atau jaringan yang menempel pada alat – alat yang kurang bersih berfungsi sebagai pelindung mikroorganisme selama proses sterilisasi.
4.      Jumlah retakan dan celah pada peralatan tempat menempel mikroorganisme. Mikroorganisme berkumpul didalam dan dilindungi oleh goresan, retakan dan celah, seperti jepitan yang bergerigi tajam dari cunam jaringan. Akhirnya, tanpa pembersihan yang teliti untuk membuang sisa bahan organik yang melindungi mikroorganisme selama proses sterilisasi pada alat – alat, tidak akan dapat menjamin tercapainya sterilisasi, walaupun waktu sterilisasi diperpanjang.

C.            Jenis Peralatan yang Dapat Disterilisasi
1.        Peralatan kesehatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lain-lain.
2.        Peralatan kesehatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lain-lain.
3.        Peralatan kesehatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga lambung, drain dan lain-lain.
4.        Peralatan kesehatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan lain-lain.
5.        Peralatan kesehatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-lain.
6.        Peralatan kesehatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lain-lain.
7.        Peralatan kesehatan yang terbuat dari plastik, misalnya selang infuse dan lain-lain
8.        Peralatan kesehatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, dock operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain

D.           Macam-Macam Metode Sterilisasi
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:
1.      Sterilisasi dengan pemanasan kering
a.       Pemijaran/flambir
Cara ini dipakai langsung, sederhana, cepat dan dapat menjamin sterilisasinya, namun penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya: benda-benda dari logam (instrument), benda-benda dari kaca, benda-benda dari porselen.
Caranya yaitu:
1)      Siapkan bahan yang disterilkan, baskom besar yang bersih, brand spritus, korek api.
2)      Kemudian brand spritus dituangkan secukupnya ke dalam waskom tersebut. Selanjutnya dinyalakan dengan api.
3)      Alat-alat instrumen dimasukkan ke dalam nyala api.
b.      Dengan cara udara panas kering
Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi pemanasan basah. Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini yaitu benda-benda dari logam, zat-zat seperti bubuk, talk, vaselin, dan kaca.
Caranya yaitu:
1)      Alat bahan harus dicuci, sikat dan desinfeksi terlebih dahulu
2)      Dikeringkan dengan lap dan diset menurut kegunaannya
3)      Berilah indikator pada setiap set
4)      Bila menggunakan pembungkus, dapat memakai aluminium foil.
5)      Oven harus dipanaskan dahulu sampai temperatur yang diperlukan.
6)      Kemudian alat dimasukkan dan diperhatikan derajat pemanasannya.
2.      Sterilisasi dengan pemanasan basah.
Ada beberapa cara sterilisasi ini, yaitu:
a)      Dimasak dalam air biasa.
Suhu tertinggi 100 ºC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan tetapi bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif membunuh spora maka dapat ditambahkan natrium nitrat 1% dan phenol 5%.
Caranya yaitu:
1)      Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran lain.
2)      Kemudian dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.
3)      Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati
4)      Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope –Rusia).
5)      Seluruh permukaan harus terendam.
b)      Dengan uap air.
Cara ini cukup efektif dan sangat sederhana. Dapat dipakai dengan dandang/panci dengan penangas air yang bagiannya diberi lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan disterilkan.waktu sterilisasi 30 menit.

Caranya yaitu:
1)      Alat-alat yang akan disterilkan dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.
2)      Kemudian dibungkus dengan kertas perkamen dan dimasukkan dalam dandang
3)      Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.
Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan dalam setiap rumah sakit dengan menggunakan alat yang disebut autoclave.
Caranya yaitu:
a)      Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan dicuci, disikat, dan didesinfeksi
b)      Kemudian diset menurut penggunaannya dan diberi indikator.
c)      Kemudian dibungkus kain/kertas.
d)     Masukkan alat/bahan yang telah dibungkus ke dalam autoclave.
3.      Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia
Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan kering. Cara ini dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau cara lain tidak bisa dilaksanakan karena keadaan. Contoh zat kimia : Formaldehyda, hibitane, Cidex.
4.      Sterilisasi dengan radiasi ultraviolet
Karena disemua tempat itu terdapat kuman, maka dilakukan sterilisasi udara dan biasanya dilakukan di tempat-tempat khusus.Misalnya: di kamar operasi, kamar isolasi, dsb. dan udaranya harus steril. Hal ini dapat dilakukan dengan sterilisasi udara (air sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet.
5.      Sterilisasi dengan filtrasi
Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Tujuannya adalah untuk filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan atau pada sistem irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan steril. Jenis filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman. Pori-pori filter ukurannya minimal 0,22 micron.

E.            Metode Sterilisasi
1.      Pemanasan Basah
Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau aterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit (Hadioetomo, 1985). Tekanan uap merupakan metode sterilisasi yang paling sering digunakan di rumah sakit. Uap akan menghancurkan mikroba dengan koagulasi dan denaturasi protein seluler.
Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi dan bahan-bahan lain yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan terhadap penembusan uap air, larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut untuk bedah, penutup karet dan plastic serta media untuk pekerjaan mikrobiologi
2.      Pemanasan Kering
Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering kurang efisien dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas laten (Hadioetomo, 1985). Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992).
Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan untuk sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan uap basah (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan kering sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992). Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering dan selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati. Digunakan pada benda atau bahan yang tidak mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak hangus atau tidak menguap pada suhu tinggi. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah.
3.      Pemanasan bertahap
Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan kimia tahan terhadap uap 1000C (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap (tindalisasi) dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya (Fardiaz, 1992).
4.      Perebusan
Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air pada suhu 1000C selama beberapa menit (Fardiaz,1992). Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan, sedang spora belum dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992). Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.
Beberapa bakteri tertentu tahan terhadap suhu perebusan ini, misalnya Clostridium perfringens dan Clostridium botulinum tetap hidup meskipun direbus selama beberapa jam (Lay dan Hastowo, 1992)
5.      Radiasi ionisasi
Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi yang jauh lebih tinggi dari pada sinar ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat. Salah satu contoh radiasi ionisasi adalah sinar gamma yang dipancarkan dari kobalt-10 (Fardiaz, 1992). Kebanyakan peralatan yang berasal dari pabrik telah disterilisasi dengan metode radiasi ionisasi (kobalt 60).
Selain kobalt, sinar Ultraviolet juga dapat digunakan untuk melakukan sterilisasi. Sinar ultra violet dengan panjang gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial yang sangat kuat, namun masih berada dibawah kobalt. Daya kerjanya adalah absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan sel.
6.      Metode kimia
Bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu yang tinggi dapat disterilkan secara kimiawi. Bahan kimia yang sering digunakan antara lain:
1.      Alkohol, daya kerjanya adalah mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang umum digunakan berkonsentrasi 70-80 % karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih rendah kurang efektif.
2.      Khlor, Gas khlor dengan air akan menghasilkan ion hipokloride yang akan mengkoagulasikan protein sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi enzim.
3.      Yodium, daya kerjanya adalah bereaksi dengan tyrosin, suatu asam amino dalam emzim atau protein mikroorganisme. Antiseptik berbasis iodium tidak tepat bila digunakan pada sterilisasi alat medis atau gigi, karena dapat meninggalkan noda.
4.      Formaldehida 8 % merupakan konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian besar mikroorganisme. Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein mikrobia. Bahan ini bekerja secara lambat dan memerlukan tingkat kelembaban relative sekitar 70%. Formaldehide biasa dijual dalam bentuk polimer padat paraformaldehide dalam bentuk flakes atau tablet atau dalam bentuk formalin.
5.      Glutaraldehide, bahan ini bersifat non korosif dan bekerja lebih cepat daripada formaldehid, hanya diperlukan beberapa jam untuk membunuh bakteri. Bahan ini aktif melawan bakteri vegetatif, spora, jamur, virus yang mengandung lipid maupun yang tidak.
6.      Gas etilen oksida, gas ini digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat dari plastik.
7.      Natrium diklorososianurat, bahan ini berbentuk bubuk, berisi 60% klor. Diterapkan pada tumpahan darah atau cairan yang bersifat memiliki bahaya biologi lain selama 10 menit baru kemudian dilanjutkan dengan pembersihan yang lebih lanjut.
8.      Kloramina, bahan ini berbentuk serbuk berisi 25% klor, dan hamper tidak berbau. Bahan ini dapat digunakan untuk membasmi kuman air pada minuman. Ketika digunakan pada konsentrasi akhir dengan hanya mengandung 1-2 mg/L klor
9.      Klor dioksida, bahan ini adalah sebuah germisida kuat dan bekerja secara cepat. Bahan aktif ini didapat dengan cara mereaksikan asam klorida dengan natrium hipoklorit.
10.  Senyawa fenolik, senyawa ini aktif melawan bakteri vegetatif dan virus lipid, namun tidak aktif dalam melawan spora. Senyawa ini biasanya berupa Triklosan dan Klorosilenol yang biasa digunakan sebagai antiseptik.
11.  Senyawa Amonium Kuartener, banyak digunakan sebagai campuran dan juga dikombinasikan dengan germisida lain, seperti alkohol.
12.  Hidrogen peroksida dan peracis, merupakan oksidan kuat dan germisida efektif yang berspektrum luas. Bahan ini dinilai lebih aman bagi manusia dan lingkunagn daripada klor.





BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Sterilisasi adalah proses yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu tindakan, karena apabila sterilisasi tidak dilakukan secara benar maka akan menyebabkan infeksi silang dan juga memperbesar resiko infeksi nosokomial. Langkah-langkah standart pengoperasian system sterilisasi juga diperlukan agar alat-alat yang diproses dapat steril secara maksimal tanpa meninggalkan zat-zat toksik.
Sterilitas alat yang dilakukan sterilisasi dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya jenis dan jumlah mikroorganisme maupun materi organic yang menempel pada alat, serta adanya retakan atau celah yang dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri atau mikroorganisme lainnya. Selain itu metode yang digunakan untuk sterilisasi juga dapat mempengaruhi sterilitas peralatan. Macam-macam metode sterilisasi diantaranya:
1)             Pemanasan basah
2)             Pemanasan kering
3)             Pemanasan bertahap
4)             Perebusan
5)             Radiasi ionisasi
6)             Sterilisasi dengan zat kimia


DAFTAR PUSTAKA

www.bedahradiologi.fkh.ipb.ac.id diakses pada 5 Agustus 2015



http://wordpress.com/category/sterilisasi/ diakses pada 5 Agustus 2015

http://www.ocw.usu.ac.id diakses pada 5 Agustus 2015

http://www.journal.ugm.ac.id/index.php diakses pada 5 Agustus 2015

No comments:

Post a Comment