Wednesday 6 May 2020

ASKEP BRONKITIS AKUT DAN KRONIK



ASKEP BRONKITIS AKUT DAN KRONIK




KATA PENGANTAR


            Puji syukur dengan tulus kita persembahkan kepada  Allah SWT, Dialah Tuhan yang menurunkan agama melalui wahyu  yang disampaikan kepada Rasul pilihan-Nya,Muhammad Saw. Agama tersebut kini telah berusia lima belas abab lamamanya terasa semakin dibutuhkan oleh umat manusia yang beriman. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah  untuk junjungan kita Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.
            Makalah ini merupakan sala satu tugas yang diberikan dosen pembimbing dengan judul ASKEP Bronkitis akut dan kronik. disusun untuk memenuhi  tugas mata pelaajaran dasar-dasar medical bedah agar dapat memperluas ilmu tentang keperawatan. Berbagai rintangan penulis lalui selama menyelesaikannya baik itu yang datang dari diri sendiri karena keterbatasan ilmu. Namun dengan penuh kesabaran dan terutamah pertolongan dari  Allah SWT makalah ini dapat terselesaikan.
            Semoga makalah ini dapat memberi wawasan yang lebih luas kepada parah pembaca. Penulis sadar makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurnah. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,demi kesempurnaan malakah selanjutnya.



Lampoh Keudeh, 30 Desember 2014

Penulis




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A.      Latar Belakang............................................................................................. 1
B.       Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C.       Tujuan........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2
A.      Definisi......................................................................................................... 2
B.       Anatomi Fisiologi......................................................................................... 2
C.       Etiologi......................................................................................................... 4
D.      Patofisiologi................................................................................................. 7
E.       Tanda Dan Gejala......................................................................................... 8
F.        Manifestasi Klinis......................................................................................... 9
G.      Pemeriksaan Penunjang.............................................................................. 10
H.      Evaluasi diagnostik ................................................................................... 10
I.         Penatalaksanaan Medis ............................................................................. 10
J.         Pengobatan Penyakit Bronkitis.................................................................. 11
K.      Pencegahan Penyakit Bronkitis.................................................................. 12
L.       Herbal Tradisional Anti-Bronchitis............................................................ 14

BAB III DIAGNOSA ASUHAN KEPERAWATAN .......................................... 15
A.      Pengkajian.................................................................................................. 15
B.       Diagnosa Keperawatan.............................................................................. 17
C.       Intervensi.................................................................................................... 18
D.      Implementasi.............................................................................................. 22
E.       Evaluasi...................................................................................................... 22

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 24
A.      Kesimpulan................................................................................................. 24
B.       Saran........................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 25


BAB I
PENDAHULUAN

D.      Latar Belakang
Bronkitis  adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elastis dan otot polos bronkus.
Bronkus yang terkena biasanya bronkus kecil (medium side), sedangakan bronkus besar jarang terjadi. Bronkitis dan emfisiema paru sering terdapat bersamaan pada seorang pasien dalam keadaan lanjut, penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakn kronik obstruksi pulmonary disease.

E.       Rumusan Masalah
1.            Apa yang menyebabkan timbulnya penyakit Bronchitis ?
2.            Gejala apa saja yang dapat ditemukan pada orang yang terkena penyakit Bronkhitis ?
3.            Apakah penyakit Bronkitis bisa dicegah ?
4.            Bagaimana cara mengobati penyakit Bronkitis ?

F.       Tujuan
1.            Tujuan secara umum
Mengerti tentang bronkitis dan memahami apa yang harus di lakukan untuk menangani bronkitis
2.            Tujuan khusus :
a.       Untuk mengetahui Bronkitis Akut
b.      Mengetahui penyebab dari Bronkitis
c.       Mengetahui patofisiologi Bronkitis Akut
d.      Mengetahui gejala orang yang terkena penyakit Bronkitis


BAB II
PEMBAHASAN

M.     Definisi
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada pembuluh bronkus,trakea dan bronchial.inflamsi menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamsi
Bronchitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus local yang bersifat patologis.dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen –elemen elastic dan otot-otot polos bronkus . pada umumnya bronkus berukuran kecil yang diserang. Hal ini dapat menghalangi aliran udara ke paru-paru dan dapt merusaknya.
Secara klinis para ahli mengartikan  bronchitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan . ini berati bahwa bronchitis bukan merupakan penyakit berdiri sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain juga.
Definisi bronchitis menurut beberpa sumber adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang ulang  minimal selam3 bulan pertahun atau paling sedikit 2 tahun berturut turut pada pasien yang diketahui tidak terdapatpenyebab lain.

N.      Anatomi Fisiologi
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolism.
a.       Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.
b.      Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.
c.       Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
d.      Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.
e.       Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.



f.       Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

O.      Etiologi
1.      Bronchitis akut.
Virus pilek sering menyebabkan bronchitis akut. Tetapi anda juga dapat mengalami bronchitis noninfeksi karena terkena asap rokok dan polutan lain seperti debu.
Bronchitis dapat juga terjadi ketika asam perut sering naik ke dalam esophagus, kondisi ini dikenal dengan nama gastroesophageal reflux disease (GERD). Dan pekerja yang terkena debu atau asap tertentu dapat mengalami bronchitis. Bronchitis akut umumnya hilang ketika tidak lagi terkena iritan.

2.      Bronchitis kronis
Terkadang peradangan dan penebalan dinding pipa bronchial menjadi permanen. Kondisi yang diketahui sebagai bronchitis kronis. Anda umumnya mempertimbangkan bahwa anda mengalami bronchitis kronis jika anda batuk setiap hari yang hilang setelah tiga bulan dalam setahun dalam dua tahun berturut. Tidak seperti bronchitis akut, bronchitis kronis terus berlanjut dan merupakan penyakit yang serius. Merokok adalah penyebab yang paling besar, tetapi polusi udara dan debu atau gas beracun pada lingkungan atau tempat kerja juga dapat berkontribusi pada penyakit ini.
Penyebab Penyakit Bronkitis juga biasanya disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat. Sehingga imun tubuh tidak terlalu bagus dan ketika virus penyebabpenyakit bronkitis masuk, imun tubuh tidak bisa menghadangnya.
Penyebab Penyakit Bronkitis juga biasanya disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat. Sehingga imun tubuh tidak terlalu bagus dan ketika virus penyebabpenyakit bronkitis masuk, imun tubuh tidak bisa menghadangnya.
ü  Penyebab Penyakit Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia). Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
·         Sinusitis kronis
·         Bronkiektasis
·         Alergi
·         Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
ü  Penyebab penyakit Bronkitis iriatif adalah :
·         Terkena berbagai jenis debu
·         Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, dan bromin
·         Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
·         Tembakau dan rokok lainnya.
ü  Faktor risiko terkena Bronchitis
Faktor yang meningkatkan risiko terkena bronchitis antara lain:
·         Merokok. Rokok memang sumber dari berbagai macam penyakit. Karena itu, berhentilah merokok karena sangat merugikan kesehatan.
·         Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau kondisi lain yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah
·         Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal reflux disease)
·         Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu
Ada3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.
1.         Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2.         Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie
3.         Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4.         Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5.         Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchioles tersebut rusak dan dindingnya melebar.
            Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
           Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchioles tersebut rusak dan dindingnya melebar.
            Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
           Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

P.       Patofisiologi
         Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchioles tersebut rusak dan dindingnya melebar.
          Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
           Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas

Q.      Tanda Dan Gejala
gejala bronchitis akut dan kronis yang perlu Anda ketahui:
1.      Batuk
2.      Adanya lendir, baik yang tidak berwarna, putih atau berwarna kuning kehijauan
3.      Napas pendek, yang memburuk bahkan saat mengerahkan sedikit tenaga
4.      Napas sesak
5.      Lelah
6.      Demam ringan dan menggigil
7.      Rasa tidak nyaman pada dada
       Jika anda mengalami bronchitis akut, anda mungkin memiliki batuk yang tetap ada dalam beberapa minggu setelah bronchitis sembuh. Bagaimanapun gejala bronchitis dapat membingungkan. Anda  tidak dapat  memiliki lendir ketika anda mengalami bronchitis, dan anak-anak sering menelan lendir tersebut sehingga orang tua mungkin tidak dapat mengetahuinya. Ada dapat mengalami bronchitis kronis tanpa mengalami bronchitis akut terlebih dahulu. Serta banyak perokok yang harus membersihkan lendir pada tenggorokannya pada pagi hari ketika bangun dari tidur, yang jika hal ini berlanjut lebih dari tiga bulan maka mungkin ia mengalami bronchitis kronis.
    Jika anda mengalami bronchitis kronis, peradangan dalam jangka waktu lama menyebabkan pipa  bronchila terluka dan memproduksi terlalu banyak lendir. Lama kelamaan dinding pipa bronchial akan menebal dan jalan napas anda dapat terluka. Tanda dan gejala bronchitis kronis juga dapat berupa:
1.      Batuk yang memburuk pada pagi hari dan pada cuaca lembab
2.      Sering mengalami infeksi pernapasan (seperti pilek dan flu) dengan batuk berdahak yang memburuk
Jika anda mengalami bronchitis kronis, anda dapat memiliki periode dimana tanda dan gejala akan memburuk. Pada saat itu anda dapat memiliki bronchitis akut yang berlapis baik karena bakteri maupun virus sebagai tambahan pada bronchitis kronis anda.
Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
1.      Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak dan keluhan lain yang ringan.
2.      Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3.      Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with obstruction ), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara mengi.
Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis oleh dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika diperlukan), yakni radiologi (rontgen), faal paru, EKG

R.      Manifestasi Klinis
1.      Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
2.      Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
3.      Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
4.      Bengek
5.      Lelah
6.      Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
7.      Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
8.      Pipi tampak kemerahan
9.      Sakit kepala
10.  Gangguan penglihatan
11.  Sedikit demam.
12.  Dada merasa tidak nyaman.

S.        Pemeriksaan Penunjang
1.         Pemeriksaan radiologisTubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal.Corak paru bertambah
2.         Pemeriksaan fungsi paru
3.         Analisa gas darah antaralain :
a.       Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
b.      Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
c.       Saturasi hemoglobin menurun.
d.      Eritropoesis bertambah.

T.       Evaluasi diagnostik
       Riwayat kesehatn yang lengkap, termasuk keluarga, pemajanan terhadap lingkungan, terhadap lingkungan, terhadap bahan-bahan yang mengiritasi dan riwayan pekerjaan dikumpulkan, termasuk kebiasaan merokok (jumlah bungkus per hari). Selain itu, pemeriksaan gas-gas darah arteri, rontgen dada, dan pemeriksaan funsi paru dilakukan, juga pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit.
      Pemeriksaan funsi paru menunjukkan penurunan kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi kuat (FEV ; jumlah udara yang diekshalasi) dan peningkatan volume residual (RV ; udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekshalasi maksimal), dengan kapasitas paru total (TLC) normal atau sedikit meningkat. Hematokrit dan hemaglobin dapat sedikit meningkat. Analisa gas darah dapat menunjukkan hipoksia dengan hiperkapnia. Rontgen dada mungkin menunjukkan perbesaran jantung dengan diafragma normal atau mendatar. Konsolidasi dalam bidang paru mungkin juga terlihat.

U.      Penatalaksanaan Medis
        Objektif utama pengobatan adalah untuk menjaga agar brinkiolus terbuka dan berfungsi untuk memudahkan pembuangan sekresi bronkial untuk mencegah infeksi dan untuk mencegah kecacatan. Perubahan dalam pola sputum (sifat, warna, jumlah, ketebalan) dan dalam batuk adalah tanda yang penting untuk dicatat. Infeksi bakteri kambuhan diobati dengan terapi antibiotik berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas.
        Untuk membantu membuang sekresi bronkial, diresepkan bronkodilator untuk menghilangkan bronkospasme dan mengurangi obstruksi jalan napas sehingga lebih banyak oksigen didistribusikan ke seluruh bagian paru dan ventilasi alveolardiperbaiki. Drainase postural dan perkusi dada setelah pengobatan biasanya sangat membantu, terutama jika terdapat bronkiektasis. Cairan (yang diberikan per oral atau parenteral jika bronkospasme berat) adalah bagian penting dari terapi, karena hidrasi yang baik membantu untuk mengencerkan sekresi sehingga dapat mudah dikeluarkan dengan membatukannya. Terapi kortikosteroid mungkin digunakan ketika pasientidak menunjukkan keberhasilan terhadap pengukuran yang lebih konservatif. Pasien harus menghentikan merokok karena menyebabkan brokokonstriksi, melumpuhkan silia, yang penting dalam menbuang partikel yang mengiritasi dan menginaktivasi surfaktan, yang memainkan peran penting dalam memudahkan pengembangan paru-paru. Perokok juga lebih rentan terhadap infeksi bronkial.

V.      Pengobatan Penyakit Bronkitis
a.       Tindakan Perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lender
1.      Berjemur dipagi hari.
2.      Sering mengubah posisi.
3.      Banyak minum.
4.      Inhalasi
5.      Nebulizer
   Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu
    diberikan minum susu atau makanan lain
b.      Tindakan Medis.
1.      Jangan beri obat antihistamin berlebih.
2.      Beri antibiotic bila ada kecurigaan infeksi bacterial. Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memilikipenyakit paru-paru.
3.      Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4.      Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
5.      Untuk penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau asetaminofen. Untuk anak-anak, sebaiknya hanya diberikan asetaminofen.
6.      Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprimsulfametoksazol, tetracyclin, atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah mycoplasma   penumoniae.
7.      Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik. Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.

W.    Pencegahan Penyakit Bronkitis
        Jika Anda telah sering mengalami serangan bronkitis atau berulang, penyebabnya mungkin sesuatu di lingkungan Anda. Lokasi yang dingin, lembab - khususnya dikombinasikan dengan polusi udara atau asap rokok - dapat membuat Anda lebih rentan terhadap bronkitis akut.  Ketika masalah menjadi berat, Anda mungkin perlu untuk mempertimbangkan perubahan di mana dan bagaimana Anda hidup dan bekerja.
Tindakan yang dapat membantu menurunkan risiko bronchitis dan melindungi paru-paru anda secara umum adalah:
1.      Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau meningkatkan risiko bronkitis kronis dan emphysema.
2.      Cobalah untuk menghindari orang-orang yang telah pilek atau flu. Semakin sedikit Anda terkena virus yang menyebabkan bronkitis, semakin rendah risiko Anda mendapatkannya. Hindari kerumunan orang selama musim flu.
3.      Hindari keluar malam karena saat malam kondisi udara dingin dan sangat lembab sehingga membuat bronkus mengalami vasokontriksi dan peningkatan produksi secret.
4.      Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya telur, susu, daging dan sebagainya.
5.      Dapatkan vaksin flu tahunan. Banyak kasus bronkitis akut hasil dari influenza, virus. Mendapatkan vaksin flu tahunan dapat membantu melindungi Anda dari flu, yang pada gilirannya, dapat mengurangi risiko bronkitis.
6.      Tanyakan kepada dokter tentang pneumonia shot. Jika usia Anda lebih dari 60 tahun atau Anda memiliki faktor risiko seperti diabetes, penyakit jantung dan paru-paru, perlu dipertimbangkan melakukan shot bronkitis. Selain itu, dikenal sebagai vaksin Prevnar dapat membantu melindungi anak-anak terhadap pneumonia. Kami menganjurkan untuk semua anak di bawah usia 2 tahun dan untuk anaku usia 2 hingga 5 tahun yang berada pada risiko tertentu penyakit pneumokokus, seperti mereka yang memiliki kekurangan sistem kekebalan tubuh, asma, penyakit jantung atau anemia sel sabit. Efek samping dari vaksin pneumokokus biasanya kecil dan ringan termasuk rasa nyeri atau bengkak di tempat suntikan. Jika Anda memiliki radang paru-paru atau lebih lima tahun yang lalu menjalankan shot, dokter anda dapat merekomendasikan bahwa Anda mendapatkan satu lagi.
7.      Cuci tangan atau menggunakan sanitizer tangan secara teratur. Untuk mengurangi risiko terkena infeksi virus, sering mencuci tangan anda dan membiasakan menggunakan sanitizer tangan. Dan jangan menggosok hidung atau mata Anda.
8.      Ketika praktek, memakai masker. Jika Anda harus menghabiskan banyak waktu di sekitar orang lain yang batuk dan bersin, ide yang baik untuk memakai masker yang menutupi mulut dan hidung untuk mengurangi risiko infeksi.



X.      Herbal Tradisional Anti-Bronchitis
Beberapa tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan bronkhitis ternyata bisa dijumpai dengan mudah karena cenderung mudah ditanam dan dipelihara. Berbagai tumbuhan tersebut memiliki efek anti-peradangan (anti-inflamasi), antibiotik, anti-bakterial, meredakan batuk, dan lainnya. Beberapa jenis tumbuhan obat yang bisa digunakan untuk pengobatan bronkhitis antara lain:
1.      Sambiloto
Sambiloto memiliki efek farmakologis seperti anti-radang, menurunkan panas, menghilangkan sakit (analgetik), menghilangkan bengkak, dan penawar racun (anti-toksik).
2.      Pegagan
Efek farmakologis dari pegagan yakni anti-infeksi, anti-bakterial, penurunan panas, penenang, peluruh kemih, membesihkan darah, dan lainnya.
3.      Bawang putih
Bawang Putih memiliki efek farmakologis seperti efek hangat, sebagai antibiotik, antioksidan, melancarkan peredaran darah, menstimulasi sistem imu, dan lainnya
4.      Sirih
Sirih memiliki efek farmakologis seperti menimbulkan rasa hangat, pedas, berkhasiat menghentikan batuk, mengurangi peradangan, menghilangkan gatal, dan lain-lain.
5.      Kulit Jeruk mandarin
6.      Efek farmakologis dari kulit jeruk mandarin seperti pedas dan hangat. Khasiat dari kulit Jeruk Mandarin ialah anti-asma, peluruh dahak, anti-peradangan, dan lainnya.
7.      Jahe
Efek farmakologis Jahe ialah antibiotik, peluruh dahak, anti-radang, melancarkan sirkulasi darah, dan lainnya.
8.      Daun Saga
Efek farmakologis Daun Saga ialah penyejuk pada kulit dan selaput lendir serta anti-batuk.
BAB III
DIAGNOSA ASUHAN KEPERAWATAN

F.       Pengkajian
Data dasar pengkajian
1.            Aktivitas/istirahat
Gejala :
a.       Keletihan, kelelahan, malaise.
b.      Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.
c.       Ketidakmampuan untuk tidur.
d.      Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda: Keletihan, Gelisah, insomnia.
2.            Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
a.       Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.
b.      Distensi vena leher.
c.       Edema dependent
d.      Bunyi jantung redup.
e.       Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
f.       Pucat, dapat menunjukkan anemi.
3.            Integritas Ego
Gejala :
a.       Peningkatan faktor resiko
b.      Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
4.            Makanan/cairan
Gejala :
a.       Mual/muntah.
b.      Nafsu makan buruk/anoreksia
c.       Ketidakmampuan untuk makan
d.      Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda :
a.       Turgor kulit buruk
b.      Edema dependen
c.       Berkeringat.
d.      Penurunan berat badan
e.       Palpitasi abdomen

5.            Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

6.            Pernafasan
Gejala :
a.       Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
b.      Episode batuk hilang timbul.
Tanda :
1.      Pernafasan biasa cepat.
2.      Penggunaan otot bantu pernafasan
3.      Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.
4.      Bunyi nafas ronchi
5.      Perkusi hyperresonan pada area paru.
6.      Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.
7.      Keamanan
Gejala :
1.      Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
2.      Adanya/berulangnya infeksi.

8.      Seksualitas
Gejala : Penurunan libido

9.      Interaksi social
Gejala :
a.       Hubungan ketergantungan
b.      Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat

10.  Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan

Pemeriksaan diagnostik
1.         Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
2.         Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.
3.         Analisa gas darah : Untuk menentukan kandungan gas yang berada dalam darah

G.      Diagnosa Keperawatan
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
3.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
5.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
6.      Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
7.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
8.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.
H.      Intervensi
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
a.       Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
b.      Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.
c.       Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.
d.      Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan
e.       Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.
2.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Rencana Tindakan:
a.        Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.



b.        Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas
c.        Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi
d.       Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
e.        Awasi GDA
Rasional : PaCO¬2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.
f.         Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

3.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.
Rencana Tindakan:
a.       Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
b.      Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
c.       Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.

4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana Tindakan:
a.       Kaji kebiasaan diet.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.
b.      Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
c.       Berikan perawatan oral
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
d.      Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
e.       Konsul ahli gizi
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.

5.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Rencana Tindakan:
a.        Awasi suhu.
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
b.        Observasi warna, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.
c.        Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
Rasional : mencegah penyebaran patogen.
d.       Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
e.        Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.

6.      Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran
Rencana tindakan:
a.       Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.
Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.

7.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.
Rencana tindakan:
a.       Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.
b.      Berikan dorongan emosional.
Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami.
c.       Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakan
d.      Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
e.       Beri dorongan spiritual
Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.



8.      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah
Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Rencana tindakan:
a.       Jelaskan proses penyakit individu
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.
b.      Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas
c.       Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara,  serbuk, asap tembakau.
Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.

I.              Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)

J.             Evaluasi.
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan.
Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)



BAB III
PENUTUP

C.           Kesimpulan
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada pembuluh bronkus,trakea dan bronchial. inflamsi menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamsi. Secara klinis para ahli mengartikan  bronchitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan . ini berati bahwa bronchitis bukan merupakan penyakit berdiri sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain juga. Penyakit bronkhitis memang “derajat” bahayanya masih lebih rendah dibandingkan penyakit-penyakit berbahaya lain seperti jantung, kanker, dan lainnya. Namun, jika tidak segera ditangani, bukan mustahil akan membahayakan. Bronkhitis memang termasuk penyakit ringan tetapi, jika diderita oleh penderita penyakit lain yang bersifat tahunanseperti jantung maupun paru-paru sifatnya akan membahayakan. Makanya, kalau Anda terindikasi bronkhitis harus segera diobati.

D.        Saran
      Agar terhindar dari Penyakit Bronkitis sebaiknya membiasakan diri kita untuk melaksanakan pola hidup sehat. Sehingga selain lebih sehat, berbagai penyakit pun tidak akan menghampiri.
Kemudian disarankan untuk hindari merokok atau asap rokok, hindari mereka yang sedang sakit pilek atau flu serta gunakan masker untuk mengurangi risiko infeksi.





DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3. EGC. Jakarta.
J.C.E. Underwood. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Ed.2 Vol 2. EGC. Jakarta


No comments:

Post a Comment