Thursday 28 March 2019

Makalah TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TERHADAP INFEKSI SILANG

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut daaapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.

B.     Tujuan
1.      Mengetahui definisi infeksi
2.      Mengetahui tindakan dan pencegahan infeksi

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Infeksi
Infeksi adalah perpindahan agen infeksi antara pasien, dokter gigi dan petugas kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi. Infeksi dapat disebabkan oleh kecelakaan seperti tertusuk instrumen tajam, tangan yang tidak steril, serta melalui mulut dan saluran pernafasan. Tindakan dalam praktek dokter gigi menempatkan dokter gigi beresiko tinggi terutama terhadap penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry .Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005)
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi (Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998)
Definisi Infeksi adalah reaksi tubuh atas masuknya mikroorganisme sebagai penyebab penyakit.
Perlu dibedakan istilah kontaminasi dan istilah infeksi silang. Arti Kontaminasi adalah terpaparnya seseorang oleh mikroorganisme dan belum menimbulkan infeksi. Pengertian Infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain, yang umumnya melalui suatu perantara. Media perantara penularan mikroorganisme penyebab infeksi dapat terjadi melalui cara kontak langsung dengan contohnya melalui cairan mulut dan darah. Kontak tidak langsung, dapat melalui suatu objek yang tercemar mikroorganisme pathogen, yang umumnya terjadi karena instrumen yang digunakan tidak steril.

1.      Rantai Proses Infeksi
Rantai proses infeksi adalah rangkaian proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan beberapa unsur, di antaranya :
a.       Reservoir, merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, dapat berupa manusia,hewan,tumbuhan, maupun tanah.
b.      Jalan masuk, merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat penampungan dari berbagai kuman seperti saluran pernafasan, pencernaan,kulit,dan lain-laina
c.       Inang(host),merupakan tempat perkembangan mikrooganisme yang dapat di dukung oleh ketahanan kuman.
d.      Jalan keluar, merupakan tempat keluar mikroorgsnisme dari reservoir , seperti sistem pernafasan,sistem pencernaan , alat kelamin dan lain-lain.
e.       Jalur penyebaran,merupakan jalur yang  dapat menyebarkan jalur berbagai kuman mikrooganisme ke berbagai tempat, seperti air,makanan,udara dan lain-lain.
2.      Cara penularan mikroorganisme
Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik manusia maupun hewan,  dapat melalui berbagai cara,di anatara nya:
a.       Kontak Tubuh . kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung maupun tidak langsung . penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit sedangkan secara tidak langsung melalui benda yang terkontaminasi oleh kuman
b.      Makanan dan Minuman. Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang  telah terkontaminasi, seperti pada penyakit tifus abdominalis,penyakit infeksi cacing dan lain-lain
c.       Serangga. Proses penyebaran kuman melelui serangga adalah penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk aedes dan beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat di tularkan melalui lalat.
d.      Udara. Proses penyebaran kuman melalui udara dapat di jumpai melalui penyebaran penyakit sistem pernafasan (penyebaran kuman tuberkulosis) atau sejenisnya.
3.      Faktor yang mempengaruhi proses infeksi
a.       Sumber penyakit. Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan dengan cepat atau lambat.
b.      Kuman penyebab. Dapat menentukan jumlah,kemampuan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh,dan virulensinya.
c.       Cara membebaskan sumber dari kuman. Dapat menentukan proses infeksi cepat teratasi atau di perlambat, seperti tingkat keasaman (pH),suhu,penyinaran ,dan lain-lain.
d.      Cara penularan. Seperti kontak langsung ,melalui makanan atau udara,dapat menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.
e.       Cara masuknya kuman. Proses penyebaran kuman berbeda ,tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui saluran pernafasan , saluran pencernaan, kulit dan lain-lain.
f.       Daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya daya tahan tubuh yang buruk dapat memperburuk proses infeksi.

B.     Pengendalian / Pencegahan Infeksi Silang
Pencegahan infeksi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh termasuk di dalamnya bakteri, virus, fungi dan parasit. Definisi-definisi yang berhubungan dengan pencegahan infeksi antara lain :
a.       Antisepsis adalah proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lender, atau jaringan lainnya dengan menggunakan bahan anti microbial (anti septic).
b.      Asepsis dan teknik aseptic adalah semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi. Tujuan asepsis adalah menurunkan kembali ke tingkat aman atas jumlah mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan jaringan) dan obyek mati (alat-alat kedoketeran gigi, alat bedah dan barang-barang yang lain).
c.       Dekontaminasi adalah proses yang membuat alat menjadi lebih aman untuk ditangani.
d.      Desinfeksi tingkat tinggi adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora pada alat-alat dengan merebus, mengukus atau penggunaan desinfeksi kimia.
e.       Pembersihan atau pencucian alat adalah proses secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran darah atau yang lainnya, yang tampak pada benda atau alat-alat dan membuang atau menghilangkan sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau yang menangani alat tersebut.
1.      Pengendalian Infeksi dan Cara Mencegah Terjadinya Infeksi
Pengendalian infeksi dapat melalui berbagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi kejadian infeksi yang diakibatkan oleh mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi. Upaya tersebut ditujukan bagi pasien, klien dan tenaga kesehatan, dengan kata lain upaya ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi semua dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, tanpa memperhatikan ukuran fasilitas maupun lokasi pelayanan.
Bila pengendalian infeksi tidak terlaksana dengan baik kemungkinan makin besar kejadian infeksi dan risiko penyebaran melalui fasilitas kesehatan juga meningkat. Maka semua alat yang terkontaminasi seperti jarum, alat suntik dan perlengkapan lain dari pasien harus senantiasa ditangani sebagai benda terinfeksi. Pengendalian infeksi dapat mengandalkan daerah barier antara penjamu dan mikroorganisme yang tujuannya memutus rantai penyebaran pada beberapa tempat, misalnya melalui proses fisik, mekanik atau kimia dalam mencegah penyebaran infeksi dari penderita satu ke penderita yang lain.
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi antara lain :
a.       Petugas : Bekerja hanya di waktu sehat, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur (tiap 6 bulan), tidak bekerja bila menderita penyakit infeksi/menular, bekerja sesuai prinsip aseptic dan antiseptic, bekerja sesuai prosedur yang benar, mencuci tangan dengan teknik yang benar, memperhatikan hygiene perorangan yang baik, menjaga kebersihan lingkungan, melakukan asuhan keperawatan yang benar, isolasi dalam keadaan tertentu, bekerja sesuai peraturan tata tertib yang berlaku.
b.      Alat-alat : Selalu disimpan dalam keadaan kering, bersih steril dan disimpan dalam tempat khusus, tidak memakai alat yang rusak, tidak memakai alat yang diragukan sterilitasnya, linen harus bersih, kering dan licin, satu set alat untuk satu tindakan, tidak memakai alat yang kadaluwarsa, alat yang ada diruang perawatan seharusnya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak terkontaminasi oleh penyakit tertentu.
c.       Pasien : Melakukan isolasi pada penyakit yang menderita penyakit menular, merawat personal hygiene pasien, memberikan perhatian khusus pada pasien dengan penyakit yang diyakini bisa menularkan penyakit
d.      Lingkungan : Penerangan / sinar matahari harus cukup, sirkulasi udara harus cukup, menjaga kebersihan, menghindarkan serangga, mencegah air menggenang, tempat sampah selalu dalam keadaan tertutup, permukaan lantai rata dan tidak berlubang, dinding ruang perawatan licin, mudah dibersihkan dan tidak bersudut, ruangan dibersihkan secara rutin.
2.      Upaya pengendalian infeksi bersifat multidisiplin
Ada  beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian infeksi :
a.       Disipline : Perilaku petugas kesehatan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi prosedur aseptic, teknik invansif, upaya profilaksi, dan sebagainya.
b.      Defence mechanism : Melindungi pasien dengan mekanisme pertahanan diri supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
c.       Drug : Pemakaian obat-obatan antiseptic, antibiotic dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kejadian infeksi.
d.      Design : Rancang bangun ruang perawatan akan berpengaruh terhadap risiko penularan infeksi, khususnya melalui udara (airbone), atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.
e.       Device : peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya pakaian pelindung, masker, kaca mata pelindung, sarung tangan dan sebagainya.
Infeksi di rumah sakit atau infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Walaupun beberapa kejadian infeksi nosokomial tidak menyebabkan kematian pasien, namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama akibatnya pasien harus membayar lebih mahal.
3.      Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pengolahan suatu alat atau bahan dengan tujuan mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora pada suatu alat / bahan. Proses sterilisasi di rumah sakit sangat penting sekali dalam rangka pengawasan pencegahan infeksi nosokomial.
Keberhasilan usaha tersebut akan tercermin pada kualitas dan kuantitas mikroorganisme yang terdapat bahan, alat serta lingkungan kerja rumah sakit.
Sebaiknya proses sterilisasi di RS dilaksanakan secara sentralisasi dengan tujuan agar tercapainya :
1.      Efisiensi dalam menggunakan peralatan dan sarana.
2.      Efisiensi tenaga.
3.      Menghemat biaya investasi, instalasi dan pemeliharaannya.
4.      Sterilisasi bahan dan alat yang disterilkan dapat dipertanggung jawabkan.
5.      Penyederhanaan dalam pengembangan prosedur kerja, standarisasi dan peningkatan pengawasan mutu.
Untuk kerja yang bertanggung jawab terhadap proses sterilisasi di rumah sakit adalah Instalasi Sterilisasi Sentral. Instalasi Sterilisasi Sentral mempunyai kegiatan mengelola semua kebutuhan peralatan dan perlengkapan tindakan bedah serta non bedah. Mulai dari penerimaan, pengadaan, pencucian, pengawasan, pemberian tanda steril penyusunan dan pengeluaran barang – barang hasil sterilisasi ke unit pemakaian di RS.
a.       Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
1)      Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil      (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
2)      Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
a)      Pemanasan
1.      Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
2.      Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
3.      Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
4.      Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
b)      Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.
3)      Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
1.      Tehnik Sterilisasi
Sebelum memilih tehnik sterilisasi yang tepat dan efisien diperlukan pemahaman terhadap kemungkinan adanya kontaminasi dari bahan dan alat yang akan disterilkan.
Kontaminasi terjadi karena adanya perpindahan mikroorganisme yang berasal dari berbagai macam sumber kontaminasi.
Sumber kontaminasi dapat berasal dari :
a.       Udara yang lembab atau uap air.
b.      Perlengkapan dan peralatan di rumah sakit.
c.       Personalia yang di rumah sakit ( kulit, tangan, rambut dan saluran nafas yang terinfeksi ).
d.      Air yang tidak disuling dan tidak disterilkan.
e.       Ruang yang tidak dibersihkan dan di desinfektan.
f.       Pasien yang telah terinfeksi.
Sterilisasi dimaksudkan untuk membunuh atau memisahkan semua mikroorganisme ditetntukan oleh daya mikroorganisme terhadap tehnik sterilisasi.
Tehnik sterilisasi ada beberapa cara :
a.       Sterilisasi dengan pemanasan :
ü  Pemanasan basah dengan Autoklaf
ü  Pemanasan kering dengan pemijatan dan udara panas.
ü  Pemanasan dengan bactericid.
b.      Sterilisasi dengan penyaringan.
c.       Sterilisasi dengan menggunakan zat kimia.
d.      Sterilisasi dengan penyinaran.
2.      Pemilihan tehnik sterilisasi berdasarkan pertimbangan
a.       Tehnik yang murah, cepat dan sederhana.
b.      Hasil yang diperoleh benar – benar steril.
c.       Bahan yang disterilkan tidak boleh mengalami perubahan.
3.      Pengawasan
Suatu bahan steril yang dihasilkan selama dalam penggunaan harus dapat dijamin kualitas dan kuantitasnya. Waktu kadaluwarsa suatu bahan steril sangat tergantung kepada tehnik sterilisasi. Pengawasan terhadap proses sterilisasi dapat dilakukan dengan cara mentest bahan atau alat yang dianggap masih steril dengan memakai indicator fisika, kimia dan biologi tergantung pada tehnik sterilisasi yang digunakan waktu mensterilkan bahan / alat tersebut.
4.      Pengujian
Ada tiga pilihan yang dapat digunakan sebagai tehnik dalam pengujian sterilisasi :
a.       Pemanasan sample langsung pada media pembenihan.
b.      Pembilasan penyaring, hasil pembilasan diinkubasikan setelah ditanam dalam media pembenihan.
c.       Penambahan media pembenihan paket ke dalam larutan yang akan diuji kemudian diinkubasi.
Jaminan hasil penguian dapat dicapai jika pengawasan dimulai semenjak pemilihan bahan dan alat yang akan disterilkan. Tehnik sterilisasi yang akan dipakai sampai dengan proses penyimpanan dan pendistribusian bahan / alat yang sudah steril.
4.      Desinfeksi
1.      Pengertian
Desinfeksi adalah suatu proses baik secara kimia atau secara fisika dimana bahan yang patogenik atau mikroba yang menyebabkan penyakit dihancurkan dengan suatu desinfeksi dan antiseptic.
Desinfektan adalah senyawa atau zat yang bebas dari infeksi yang umumnya berupa zat kimia yang dapat membunuh kuman penyakit atau mikroorganisme yang membahayakan menginaktifkan virus.
Antiseptik adalah zat – zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan hidup.
Unit kerja yang bertanggung jawab terhadap penyediaan desinfektan dan antiseptic di rumah sakit adalah Instalasi Farmasi.
Instalasi Farmasi mempunyai kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, pembuatan, penyusunan dan penyaluran desinfektan / antiseptic ke unit pemakai di rumah sakit.
Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :
a.       Golongan pertama
Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B.
1.      Klorhexidine (Hibitane, Savlon).
2.      Cetrimide (Cetavlon, Savlon).
3.      Fenol-fenol (Dettol).
Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :
1.      Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).
2.      Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena darah.
b.      Golongan kedua
Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B.
a)      Desinfektan yang melepaskan klorin.
Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih)
b)     Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah)
1.      Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol.
2.      Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).
3.      Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2. (Imbang, 2009)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi suatu desinfektan adalah:
1.      Waktu dan lamanya kontak dengan mikroba
2.      Suhu desinfektan
3.      Konsentrasi desinfektan
4.      .Jumlah dan tipe dari mikroorganisme
5.      Keadaan bahan yang didesinfektan
Bahan kimia menimbulkan suatu pengaruh yang lebih selektif terhadap jasad renik dibandingkan dengan perlakuan fisik seperti panas dan radiasi.
Dalam memilih bahan kimia sebagai suatu desinfektan atau antiseptik perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1.      Sifat mikrosida (membunuh jasad renik)
Spora pada umumnya lebih tahan daripada bentuk vegetatif dan hanya beberapa desinfektan sebagaihalogen, formalin, dan etilen oksida yang efektif terhadap spora.
2.      Sifat mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)
Beberapa komponen kimia pada konsentrasi rendah tidak dapat membunuh jasad renik, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya, misalnya senyawa tertentu yang terdapat pada rempah-rempah, dan komponen ini mempunyai sifat bakteriostatik atau fungisid.
3.      Kecepatan penghambatan
Komponen kimia mempunyai kecepatan membunuh yang berbeda-beda terhadap jasad renik. Beberapa komponen lainnya hanya efektif setelah beberapa jam. Sel yang sedang tumbuh atau berkembang biak lebih sensitive dan mudah dibunuh dibandingkan dengan sel dalam keadaan istirahat atau statik
4.      Sifat-sifat lain
Dalam pemilihan suatu desinfektan harus disesuaikan dengan harga yang tidak mahal, efektivitasnya tetap dalam waktu yang lama. Larut dalam air dan stabil dalam larutan. Juga perlu diperhatikan sifat racunnya dan sifat iritasi pada kulit.
2.      Penggunaan Desinfektan
Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat (Imbang, 2009).
3.      Tehnik Desinfeksi
Tehnik desinfeksi yang dilakukan tidak mutlak bebas dari mikroorganisme hidup seperti pada sterilisasi karena desinfektan / antiseptic tidak menghasilkan sterilisasi.
Pemilihan desinfetan yang tepat seharusnya memenuhi criteria berikut :
a.       Daya bunuh kuman yang tinggi dengan toksisitas yang rendah.
b.      Spektrum luas, dapat mematikan berbagai macam mikroorganisme.
c.       Dalam waktu singkat dapat mendesinfeksi dengan baik.
d.      Stabil selama dalam penyimpanan.
e.       Tidak merusak bahan yang didesinfeksi.
f.       Tidak mengeluarkan bau yang mengganggu.
g.      Desinfektannya sederhana dan tidak sulit pemakaiannya.
h.      Biaya murah dan persediaannya tetap ada dipasaran.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan desinfektan yaitu sifat – sifat zat kimia yang akan digunakan seperti konsentrasi, temperature, pH dan bentuk formulasinya disamping itu kepekaan mikroorganisme terhadap kerja zat kimia serta lingkungan dimana desinfektan tersebut akan digunakan.
4.      Pengawasan Desinfeksi
Pengawasan desinfeksi dilakukan terhadap penggunaan desinfeksi sangat tergantung kepada pengaruh suhu, pencemaran, pH, aktifitas permukaan, jumlah mikroorganisme dan adanya zat – zat yang mengganggu pada waktu mempergunakan desinfektan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry .Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005)
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi (Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998)
Definisi Infeksi adalah reaksi tubuh atas masuknya mikroorganisme sebagai penyebab penyakit.
Rantai proses infeksi adalah rangkaian proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan beberapa unsur
Pencegahan infeksi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh termasuk di dalamnya bakteri, virus, fungi dan parasit.




DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A.A., 2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (Buku 1).Jakarta : Salemba Medika



Sudianto KF. Modul Penggunaan dan Pemeliharaan Alat-alat Kesehatan Gigi. Akademi Kesehatan Gigi. Surabaya; 2000.

Tietjen L, Bossemeyer, D dan McIntosh N. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2004.

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Amin.


Banda Aceh,   Januari  2018

Penyusun


DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.    Tujuan........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A.    Pengertian Infeksi........................................................................................ 2
1.   Rantai Proses Infeksi............................................................................... 3
2.   Cara penularan mikroorganisme.............................................................. 3
3.   Faktor yang mempengaruhi proses infeksi.............................................. 4
B.    Pengendalian / Pencegahan Infeksi Silang................................................... 4
1.    Pengendalian Infeksi dan Cara Mencegah Terjadinya Infeksi................ 5
2.    Upaya pengendalian infeksi bersifat multidisiplin.................................. 6
3.    Sterilisasi.................................................................................................. 7
4.    Desinfeksi.............................................................................................. 10

BAB III PENUTUP............................................................................................. 14
A.    Kesimpulan................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15




No comments:

Post a Comment