Thursday 14 March 2019

ASKEP PENYAKIT JANTUNG PADA LANSIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang,hal ini berarti perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung juga akan terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun.
Usia lanjut adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit.  Pada umumnya yang mendasari penyakit disaat lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda, penyakit karena akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan juga penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut.  Tak heran bila pada usia lanjut,semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Penyakit jantung koroner pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih.  Untuk itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan penyakit degeneratif.  
Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan faktor lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor risiko atau lebih,di mana faktor-faktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.  Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung koroner pada lansia dapat berkembang sangat luas,yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang lain. 
Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun 2001,penyakit jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner 13%,Infark Miokard Akut  8%, Kelainan Katup 4%,Gagal Jantung 2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.

B.  Tujuan
a.    Untuk Mengetahui apa itu “PJK” pada Lansia
b.    Untuk Mengetahui apa saja penyebab dari “PJK” pada Lansia
c.    Untuk Mengetahui apa tanda dan gejala dari “PJK” pada Lansia
d.   Untuk Mengetahui bagaimana cara mengobati “PJK” pada Lansia



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.  Pengertian
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.
Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secra bertahap dan tersebar dipercabangan besar dari kedua arteri utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis. (Medicastore.com,2008)

B.  Anfis (Anatomi Fisiologi) Jantung
Jantung merupakan organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah, Berat jantung kira – kira 300 gram. Kedudukan jantung berada dalam rongga toraks, antara kedua paru – paru dan di belakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri dari pada ke kanan. Kedudukannya yang tepat dapat di gambarkan pada kulit dada. Sebuah garis yang di tarik dari tulang rawan iga ketiga kanan, 2 sentimeter dari sternum, ke atas ke tulang rawan iga kedua kiri. 1 sentimeter dari sternum, menunjuk kedudukan basis jantung, tempat pembuluh darah masuk dan keluar. Titik di sebelah kiri antara iga kelima dan keenam, atau di dalam ruang interkostal kelima kiri 4 sentimeter dari garis medial, menunjuk kedudukan apex jantung  yang merupakan ujung tajam dari ventrikel  (Evelyn C. Pearce, 2009).
Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yakni kiri dan kanan. Sesudah lahir tidak ada hubungan satu dengan yang lain antara kedua belahan ini. Setiap belahan kemudian di bagi lagi dalam ruang, yang atas disebut atrium, dan yang di bawah ventrikel. Maka di kiri terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel, dan di kanan juga 1 atrium dan 1 ventrikel. Di setiap sisi ada hubungan antara ada hubungan atrium dan ventrike melalui lubang atrio–ventrikuler dan pada setiap lubang tersebut tersebut terdapat katup yang kanan bernama katup trikuspidalis dan yang kiri bernama katup bikuspidalis (Evelyn C. Pearce, 2009).
Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus dan terbungkus oleh membran yang disebut perikardium. Membran ini terdiri atas dua lapis : perikardium viseral adalah membran serus yang lekat sekali pada jantung dan perikardium parietal adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong longgar. Karena susunan ini maka jantung berada di dalam dua lapis kantong perikardium,  dan di antara dua lapisan itu ada cairan serus. Karena sifat meminyaki dari cairan itu maka jantung dapat bergerak bebas. Di sebelah dalam jantung dilapisi Endotelium, lapisan ini disebut endokardium. Katup-katupnya hanya merupakan bagian yang lebih tebal. Tebal dinding jantung dilukiskan sebagai terdiri atas tiga lapisan:perikardium (pembungkus luar), miokardium (lapisan otot tengah), dan endokardium (batas dalam). Dinding otot jantung tidak sama tebalnya. Dinding ventrikel paling  tebal dan dinding di sebelah kiri lebih tebal dari dinding ventrikel sebelah kanan. Sebab kekuatan kontraksi dari ventrikel kiri jauh lebih besar dari yang kanan. Dinding atrium tersusun atas otot yang lebih tipis (Evelyn C. Pearce, 2009).
Jantung dipersarafi oleh nervus simpatikus/nervus akselerantis, untuk menggiatkan kerja jantung dan nervus parasimpatis, khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja memperlambat kerja jantung. Jantung dapat bergerak yaitu mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Rangsangan ini diterima oleh jantung pada simpul saraf yang terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena cava yang disebut nodus sinoatrial (sinus knop simpul keith flak). Dari sini rangsangan akan diteruskan ke dinding atrium dan juga ke bagian septum kordis oleh nodus atrioventrikuler melalui berkas wenkebach. Dari simpul tawara rangsangan akan melalui bundel atrioventrikuler (berkas his) dan pada bagian cincin yang terdapat antara atrium dan ventrikel yang disebut anulus fibrosus, rangsangan akan terhenti kira-kira 1/10 detik. Seterusnya rangsangan tersebut akan di teruskan ke bagian apeks kordis dan melalui berkas purkinje disebarkan ke seluruh dinding ventrikel, dengan demikian jantung berkontrksi (Syarifudin, 2006).
Lubang dari aorta dan arteri pulmonaris dijaga oleh katup semilunar. Katup antara ventrikel kiri dan aorta disebut katup aortik, yang menghindarkan darah mengalir kembali dari aorta ke ventrikel kiri. Katup antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang menghindarkan darah mengalir kembali ke dalam ventrikel kanan.Dalam kerja jantung mempunyai tiga periode:
1.    Periode kontraksi (periode sistole). Suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup bukus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup vulva semilunaris aorta dan vulva semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan kanan. Sedangkan darah darah dari ventrikel sinistra mengair ke aorta kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
2.    Periode dilatasi (periode diastole). Suatu keadaan ketika jantung mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava msuk ke atrium dekstra.
3.    Periode istirahat, yaitu waktu antara periode kontriksi dan dilatasi ketika jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada waktu kita beristirahat jantung akan menguncup sebanyak 70-80 kali/menit. Pada tiap-tiap kontraksi jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc (Syarifudin, 2006).
Daya pompa jantung pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali semenit dan memompa 70 ml setiap denyut (volume denyutan adalah 70 ml). Jumlah darah yang setiap menit dipompa dengan demikian adalah 70 X 70 atau sekitar 5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap menit.

C.  Etiologi
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner),dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah,dan lain-lain yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius,dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
1.    Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :
a.    Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi
b.    Kadar Kolesterol HDL rendah
c.    Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
d.   Merokok
e.    Diabetes Mellitus
f.     Kegemukan
g.    Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
h.    Kurang olah raga
i.      Stress
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan).Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga.
  1. Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di
golongkan secara logis sebagai berikut:
a.    Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
b.    Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
c.    Faktor resiko kecil dan lainnya. Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).

D.  Patofisiologi
Penyakit jantung koroner dan micardiail infark merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen. Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).

E.  Manisfestasi Klinis
Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
a.    Nyeri bag. Dada
b.    Sesak napas
c.    Berdebar-deba
d.   Denyut jantung lebih cepat
e.    Pusing
f.     Mual
g.    Kelemahan yang luar biasa
Resiko dan insidensi
Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:
1.    Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2.    Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3.    Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
Pencegahan
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan
melakukan beberapa tindakan berikut:

a.         Berhenti merokok
b.        Menurunkan tekanan darah
c.         Mengurangi berat badan
d.        Melakukan olah raga.
e.         Pemeriksaan Penunjang
Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasive sifatnya.
  1. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
  1. Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.
  1. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai faktor resiko. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
  1. Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya dokter jantung/ kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.
Dari hasil treadmill ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita PJK. Memang tidak 100% karena pemeriksaan dengan treadmill ini sensitifitasnya hanya sekitar 84% pada pria sedangka untuk wanita hanya 72%. Berarti masih mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%, artinya dari 100 orang pria penderita PJK yang terbukti benar hanya 84 orang. Biasanya perlu pemeriksaan lanjut dengan melakukan kateterisasi jantung.
  1. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan bourgeois resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas koroner. (Carko, 2009)


F.   Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan dan prosedur khusus.
a.         Perubahan gaya hidup :
1.      Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan memp[ertahankan berat badan sehat.
2.      Berhenti merokok
3.      Olah raga
4.      Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
5.      Kurangi stress
  1. Obat :
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
1.         Obat penurun kolesterol
2.         Anti koagulan
3.         Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
4.         Penyekat ACE
5.         Penyekat BETA
6.         Penyekat kalsium
7.         Nitrogliserin
8.         Nitrat
9.         Obat Trombolitik
  1. Prosedur khusus :
1.      Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit. Prosedur ini meningktkan aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan jantung.
2.      Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau vena dari bagian tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung

3.      Latihan / exercise
  1. Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol faktor-faktor resiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau menunda perkembangan penyakit jantung koroner.

G. Komplikasi
Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark myocardium(kematian otot jantung) karena persediaan darah tidak cukup.
  1. Angina pectoris yang tidak stabil,syok dan aritmia
  2. Gagal jantung kongestif
  3. Tekanan Darah Tinggi (hipertensi)
  4. Diabetes
  5. Patoflow Diagram
        

BAB III
TINJAUAN KASUS

A.  Pengkajian
1.      Biodata
a.    Nama                                  :  Ny. S                                     
b.     No. Reg                             : 65-53-48
c.    Umur                                  :  50 tahun
d.   Jenis Kelamin                     :  Perempuan
e.    Agama                                :  Islam
f.     Alamat                                :  GP. Rejo – Kediri
g.    Pendidikan                         :  Tamat SD
h.    Pekerjaan                            :  Ibu RT
i.      Diagnosa Medis                  :  PJK
j.      Tanggal MRS                     :  4 Maret 2010
k.     Tanggal Pengkajian           :  5 Maret 2010

2.      Keluhan Utama
Pasien mengeluh dada nyeri sebelah kiri tembus punggung sejak ± 3 hari yang lalu. Nyeri bertambah bila dibuat aktivitas dan berkurang bila dibuat istirahat. Skala nyeri 5.
3.      Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 4 Maret 2010 pasien dibawa ke RS. Baptis Kediri. ± 3 hari yang lalu pasian mengeluh dada nyeri sebelah kiri tembus punggung, mual, pusing keringat dingin. Setelah periksa oleh dokter pasien di diagnosa dengan PJK. Oleh dokter disuruh opname.
4.      Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernag menderita / mempunyai riwayat HT dan DM 1 tahun yang lalu dan pasien belum pernah poname.
5.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak mempunyai penyakit PJK.
Genogram
Keterangan:
  1. : Laki-laki
  2. : Perempuan
  3. : Mama
  4. : Papa
  5.  : Sudah Mati
  6. : Tinggal Satu Rumah
6.    Riwayat Psikososial Dan Spiritual
a.                   Psikososial : pasien dapat berhubungan baik denagn pasien, perawat
maupun anggota keluarga.
b.        Spiritual     :  Pasien beragama islam dan rutin menjalankan sholat 5 waktu. Di rumah sakit tidak pernah menjalankan sholat karena sedang sakit.
7.    Pola Aktivitas Sehari – Hari
Pola Aktivitas
Di Rumah
Di RS
Nutrisi





Eliminasi


Istirahat

Hygiene



Aktivitas
Makan biasa 3 x/hari dengan nasi, lauk dan sayur


Minum air putih ± 6-7 gelas/hari
BAK : 4-5 x/hari
BAB : 3 x/hari konsistensi keras
Tidur Siang  ± 1 jan/hari
          Malam ± 7 jam/hari
Mandi 2 x/hari, ganti baju dan gosok gigi dilakukan sendiri

Sebagai Ibu RT
Lunak jantung 3x/hari. Pasien hanya menghabiskan 2-3 sendok makan karena passion mengeluh mual
Minum air putih ± 5-6 gelas/hari
BAK : 4-5 x/hari
BAB : 1-3 x/ hari konsistensi lembek
Siang ± 2 jam/hari
Malam ± 6 jam/hari
Mandi 2 x/hari diseka ditempat tidur, ganti baju dan gosok gigi  dibantu perawat / keluarga.
Lebih banyak di tempat tidur karena pasien bedrest

8.    Keadaan/Penampilan/Kesan Umum Pasien
Keadaan umum pasien kelihatan pucat, menyeringai kesakitan tapi sadar baik.
9.    Tanda – Tanda Vital
  1. Suhu tubuh         :     37 ­­­­­º C
  2. Denyut nadi       :     92  x/menit
  3. Tensi / TD          :     160 / 100 mmHg
  4. Respirasi             :     22 x/menit
  5. TB/BB                :     -
10.    Pemeriksaan Fisik ( diutamakan pada sistem yang terganggu sesuai dengan penyakitnya)
1.      Pemeriksaan Kepala Dan Leher
a.    Kepala      
Inspeksi           : kulit kepala bersih, rambut warna hitam
Palpasi             : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan tapi pasien   mengeluh pusing
b.    Mata    
   Inspeksi           : Conjungtiva merah muda, sclera putih
c.    Telinga  
Inspeksi           : Telinga luar bersih, tidak ada lesi, kedua telinga  simetris
Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan atau massa
d.   Hidung
Inspeksi           : Lubang hidung simetris, tidak ada secret di lubang hidung,  pasien dapat mengidentifikasi bau dengan benar
Palpasi              : Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis
e.    Mulut                
Inspeksi           : Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi tidak ada lesi
f.     Leher
Inspeksi           :  Tidak ada pembengkakan
Palpasi             :  Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada nyeri tekan
2.    Pemeriksaan Integumen / Kulit dan Kuku
a.    Kulit
Inspeksi     : warna sawo matang, tidak ada kemerahan, kulit kering
Palpasi       : Tidak ada nyeri tekan, tidak terjadi pitting oedem
3.     Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
a.       Tidak terkaji
4.     Pemeriksaan Thorax / Dada
a.         Inspeksi thorax : Pergerakan thoraks saat ekspirasi dan inspirasi kanan
dan kiri bersamaan, ada nyeri tekan karena pasien mengeluh nyeri dada
b.         Paru :   Perkusi : Bunyi sonor / timpani pada lapang kanan dan kiri
5.    Pemeriksaan Jantung
a.         Palpasi       : tidak ada bunyi tambahan ronchi, wheezing, rales
b.         Auskultasi : bunyi S1 dan S2 tungga
6.    Pemeriksaan Abdomen
a.         Inspeksi     : Tidak terlihat adanya luka
b.         Palpasi       : Tidak teraba massa, turgor kulit kenyal, tidak terdapat nyeri tekan
c.         Perkusi      : bunyi abdomen timpani
d.        Auskultasi : Terdengar bising usus 8 x/menit.
7.     Pemeriksaan Muskuloskeletal
Tonus otot
MMT     5       4            
                           5       4
1.    Ket :
4  : Gerakan normal, mampu melawan gravitasi dan mampu   menahan beban minimal
5 : Gerakan normal penuh, dan mampu melawan gaya gravitasi dengan tekanan penuh
8.      Pemerikasaan Neurologi
a.       Reflek patela         : +/+
b.      Reflek pupil          : +/+
c.       GCS : 4 – 5 – 6
Ket:
·  4    : Bingung
·  5    : Gerakan spontan atau mampu mengikuti perintah
·  6    : Mengikuti perintah
9.      Pemeriksaan Status Mental
a.       Kesadaran composmentis
10.  Pemeriksaan Penunjang Medis
a.       Kimia darah tanggal 4 Maret 2010
B.U.N                   11                    N         : 10-23 mg/dl
Glucose sesaat       92 mg/d
Creatinine              0.72 mg/dl       N         : 0.5-1.1 mg/dl
Na+                        138  mEq/L     N         : 136-145 mg/d
K+                          3.74 mEq/L     N         : 3.6-5.0 mEq/
Uric Acid              3.4 mg/dl         N         : 3.4-7.0 mg/dl
11.   Darah Lengkap tanggal 4 Maret 2010
WBC         6.3       K/Ul
RBC          4.69     M/Ul
HGB         12.1     G/Dl
HCT          35.4     %
MCV         75.5     Fl
MCH         25.8     pg
MCHC      34.2     g/dL
RDW         13.8     %
12.   Pelaksanaan/Terapi
a.       Vaclo 4 tab 1x
b.      Vaclo 1 tab 1-0-0
c.       Inj. Mufitrasi prn
d.      Bisoptolol 2.5 mg -0-0
e.       Adalat 30 mg -0-0
f.       Simuastatin 0-0-10
g.      Inj. Arixtra 0.6 v Qh
13.  Harapan Klien / Keluarga Sehubungan Dengan Penyakitnya
a.  Pasien dan keluarga berharap cepat sembuh dan bias cepat pulang

B.  analisa data
Nama Pasien   : Ny. S
Umur               : 50 tahun
No. Reg           : 65-53-40                               
DATA GAYUT
DATA OBYEKTIF
DATA SUBYEKTIF
MASALAH
KEMUNGKINAN PENYEBAB

Data Subyektif :
Pasien menyatakan nyeri pada dad sebelah kiri

Data Obyektif :
- Pasien kelihatan menyeringai kesakitan
- Pasien tampak pucat
- TD : 160/100 mmHg
- Skala nyeri 5

Data Subyektif :
Pasien mengeluh lemah, sesak nafas, sulit melakukan aktivitas yang berlebih, sering terbangun pada malam hari karena sesak dan nyeri dada

Data Obyektif :
-    TD : 160/100 mmHg
-    P    : 96 x/mnt
-    Kulit dingin
-    N : 22 x/mnt
Data Subyektif :
Pasien mengeluh sesak bila bangun dari posisi tidur

Data Obyektif :
- Berkeringat dingin bila merubah posisi dari tidur langsung duduk
- tanda vital setelah bangun
TD : 170/100 mmHg
P    : 100x/mnt
N   : 28x/mnt

Gangguan rasa nyaman nyeri










Penurunan cardiac output












Intoleransi aktivitas



Iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria









Menurunnya kontraksi jantung











Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

C.     Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien   : Ny. S
Umur               : 50 tahun
No. Reg           : 65-53-48                   
NO.
TANGGAL MUNCUL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL TERATASI
TTD
1.








2.



4



4.

5-3-2010








5-3-2010



5-3-2010



 5-3-2010

Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan atau sumabtan pada arteri koronaria yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri, pasien kelihatan menyeringai kesakitan, pasien tampak pucat, TD : 160/100 mmHg, P : 96x/mnt, skala nyeri 5

Penurunan cardiac output berhubungan dengan menutunnya kontraksi otot yang ditandai dengan pasien mengeluh lemah, sesak napas, sulit melakukan aktivitas yang berlebih, sering terbangun pada malam hari karena sesak dan nyeri dada, TD : 160/100 mmHg, P : 96x/mnt, kulit dingin, N : 22 x/mnt
Ganguan pemenuhan oksigen berhubungan dengan hipoksia ditandai oleh sesak,tidak bebas bergerak,gelisah, RR:28 x/I,berbaring ditempat tidur, os cemas,
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen yang ditandai dengan pasien mengeluh sesak bila bangun dari posisi tidur, berkeringat dingin bila merubah posisi dari tidur langsung duduk, Tanda vital setelah bangun tidur TD : 170/100 mmHg, P : 100x/mnt. N : 28x/mnt






D.  Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Pasien   : Ny. S
Umur               : 50 Tahun
No. Reg           : 65-53-48                               
NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
TTD
1.






















2.




















4.
Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan atau sumabtan pada arteri koronaria yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri, pasien kelihatan menyeringai kesakitan, pasien tampak pucat, TD : 160/100 mmHg, P : 96x/mnt, skala nyeri 5













Penurunan cardiac output berhubungan dengan menutunnya kontraksi otot yang ditandai dengan pasien mengeluh lemah, sesak napas, sulit melakukan aktivitas yang berlebih, sering terbangun pada malam hari karena sesak dan nyeri dada, TD : 160/100 mmHg, P : 96x/mnt, kulit dingin, N : 22 x/mnt










Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen yang ditandai dengan pasien mengeluh sesak bila angun dari posisi tidur, berkeringat dingin bila merubah posisi dari tidur langsung duduk, Tanda vital setelah bangun tidur TD : 170/100 mmHg, P : 100x/mnt. N : 28x/mnt
Setelah dilakukan tindakan keperawtan  dalam waktu 2 x 24 jam pasien mampu menunjukkan rasa nyeri dada dengan
Kriteria hasil :
- Pasien tampak rileks
- Skala nyeri 0
- TD : 120/80 mmHg
- P    : 80 x/mnt












Setelah dilakukan tindakan keperawtan dalam waktu 2×24 jam tidak terjadi penurunan cardiac output dengan criteria hasil :
- Pasien tampak semangat
- tidak sesak napas
- TD : 120/80 mmHg
- P : 80 x/mnt
- kulit normal tidak dingin
- N : 20 x/mnt






Setelah dialkukan tindakan keperawtan dalam waktu 2×24 jam, pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas dengan criteria hasil ;
- TD : 120/80 mmHg
- P : 80 x/mnt
- N : 20 x/mnt
- Pasien nyaman dalam tidur
1.      Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri
2.      Monitor tanda-tanda vital  ( tekanan darah, nadi)



3.      Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman



4.      Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi
5.      Kolaborasi dengan deokter dalam pemberian analgesik



1.      Lakukan pengukuran tekanan darah ( bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk, dan tiduran  jika memungkinkan
2.      Kaji kualitas nadi
3.      auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung
4.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan serial EGC, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia


1.      Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum dan sesudah melalukan aktivitas



2.      Anjurkan pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu


3.      Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh mengejan saat defekasi




4. Jelaskan pada pasien tentang taha-tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien
4.       Variasi penampilan dan perilaku passien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian
5.      Peningkatan tekanan darah dan nadi meningklat sebagai akibat nyeri dan berhubungan dengan cemas
3.    Menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini
4. Membantu dalam penurunan persepsi/respon nyeri
5. Pilihan untuk menurunkan nyeri hebat, memberikan sadari dan mnegurangi kerja miokard

1.       Perubahan terjadi pada TD ( hipertensi atau hipotensi) karena respon jantung



2.      Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung menurun membuat kekuatan nadi menungkat
3.       S3 dan S4  atau krekels terjadi dengan dekompensasi jantung atau beberapa obat
4.       Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi area iobstruksi atau kerusakan arteri koroner yang memerlukan intervensi bedah

1. Kecenderungan melakukan respon pasien terhadap aktivitas dan dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokardia yang memerlukan penurunan tingkat aktivitas
2. Menurunkan kerja miokardia / konsumsi oksigen, menurunkan resiko komplikasi
3. Aktifitas yang memerlukan menahan napas dan menunduk ( manuvervalsalva) dapat mengakibatkan bradikardi, juga menurunkan curah jantung dan takikardi dengan peningkatan TD
4. Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan




























E.   Tindakan Keperawatan 
Nama Pasien   : Ny. S
Umur               : 50 tahun
No. Reg           : 65-53-48                                                                   
No.
No. DX
TGL/JAM
TINDAKAN
TTD
1.








2







3

1








2







3
6-3-2010
9 am







6-3-2010
10 am






6-3-2010
11 am
1.          Memantau tanda-tanda vital:
S :  37oC              N : 22 x/menit
P :  96  x/menit  TD : 160/100 mmHg

2.          Membersihkan lingkungan tempat tidur pasien dan merapikannya
3.          Mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam

1.      Melakukan auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung pada pasien
2.      Melakukan pengukuran tekanan darah :
TD : 160/100 mmHg
P    :  96 x/mnt
N   :  22 x/mnt

1.      Memberitahu pasien untuk beristirahat lebih banyak
2.      Memberitahu pasien untuk tidak mengejan saat BAB
                                                        













F.   Evaluasi 
Nama Pasien   : Ny. S
Umur               : 50 tahun
Tanggal           : 6-3-2010                                                                   
No.
NO. DX
JAM
EVALUASI
TTD
1.






2.






3.
1






2






3
12 am






12 am






12 am
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : – Pasien tampak rileks
- Skala nyeri 0
- TD : 140/90 mmHg
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi

S  :  Pasien mengatakan sesak berkurang
O :  –  Pasien tampak semangat                                 
       –  tidak sesak
- N : 20 x/mnt
A :  Tujuan  tercapai
P  :  Hentikan intervensi

S : Pasien mengatakan sudah mengalami peningkatandalam aktivitas
O : – Pasien sudah nyaman dalam tidur
- Sudah bias duduk dengan tenang
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi


BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih.  Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu. 
PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia.   Penyakit jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih tua).
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.
Merokok tembakau memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular, mewujudkan  peningkatan kejadian infark miokard (MI),stroke dan kematian.

B.  Saran
Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia,maka disarankan agar para tenaga kesehatan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuaikepada lansia agar angka harapan hidup lansiameningkat.


DAFTAR PUSTAKA

Iskandar Zulkarnaen.2012.MAKALAH PENYAKIT JANTUNG PADA LANSIA.http://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-jantung-pada-lansia_26.html. (Diakses: 11 agustus 2014)
Hafid.2013.ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN PENYAKIT JANTUNGKORONER(PJK)http://hafidnurse.wordpress.com/2013/04/21/asuhan-keperawatan-pada-ny-s-dengan-penyakit-jantung-koroner-pjk/. (Diakses: 11 agustus 2014)
http://pendidikans1-keperawatan.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-pada-lansia-tn-s.html
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-36401-Kep%20Kardiovaskuler-Askep%20Penyakit%20Jantung%20Koroner.html
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1993, Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler, Jakarta: departemen Kesehatan.

Kaplan, Norman M., 1991, Pencegahan Penyakit Jantung Koroner, Jakarta: Balai penerbit buku kedokteran EGC.


No comments:

Post a Comment